Yaya melongo hampir tidak percaya dengan apa yang dilihat dengan kedua mata kepalanya itu. Ice… sedang duduk lemas di lantai dengan baju setengah basah karena keringat dingin, nafasnya menderu dengan berat dan masih tersengal-sengal. Sementara Blaze berada di belakangnya sedang menggigit ekor miliknya.
Eh tunggu. Ekor?
Mungkin kalian juga tidak akan percaya dengan apa yang terjadi sekarang tapi inilah kenyataannya. Saat ini Ice berubah wujud menjadi seekor makhluk dengan tubuh manusia tapi memiliki ekor panjang berwarna putih sepasang telinga kucing dengan warna yang sama pun terlihat mencuat di atas kepalanya, dan itu asli. Tapi bukan hanya Yaya saja yang dibuat syok dengan hal ini, kedua makhluk yang salah satunya merupakan siluman itu pun dibuat kaget setengah mati. Blaze yang melihat reaksi dari gadis berhijab itu pun seketika langsung melepaskan gigitannya pada ekor Ice, membuat bocah bermanik aquamarine itu bisa menggerakan kembali benda tersebut dengan bebas dan menyentakkannya secara refleks.
Tapi yang terjadi selanjutnya bukannya membuat lebih baik malah memperburuk keadaan karena membuat Yaya semakin yakin jika ekor itu dan telinga itu benar-benar bagian tubuh dari bocah berwajah teduh tersebut. "Hii…. I-Ice, apa yang terjadi padamu?... Ekor dan telinga itu… asli?" tanyanya jijik sekaligus lemas, tangannya bergetar hebat, jika tidak berpegangan pada gagang pintu mungkin saat ini Yaya sudah ambruk ke lantai.
Ice hanya membuang nafas berat dan mengalihkan pandangannya ke arah lantai. "Blaze, kebodohanmu membuatku mati." gumamnya dengan nada malas.
"Apa yang sebenarnya sedang terjadi disini? Ice adalah siluman, ini bohong kan? Lalu kalau Ice adalah siluman, mungkinkah tetanggaku yang lain juga? Nggak. Nggak mungkin para tetanggaku yang baik itu adalah makhluk-makhluk yang ku benci" kira-kira begitu dalam batin gadis itu sekarang, dia benar-benar terpukul melihat kenyataan yang ada di depan matanya saat ini.
Merasa harus bertanggung jawab tentang hal ini, bocah beriris jingga kemerahan itu pun segera bangkit berdiri untuk menghampiri Yaya yang masih terlihat sangat sangat syok "Sepertinya aku terpaksa harus meluruskan hal ini" gerutunya sambil mengusap kepala belakangnya yang tak gatal dan menghela nafas berat. "Nee-san, kau mungkin sangat syok dengan hal ini. Tapi apa yang kau lihat tidaklah sama dengan yang kau pikirkan" lanjutnya lagi yang saat ini sudah berada tepat di hadapan Yaya.
"Jadi biarku jelaskan, sebenarnya–"
Belum sempat Blaze melanjutkan ucapannya tiba-tiba saja Yaya langsung menyela dengan menodongkan senter sekaligus stun gun pemberian Gempa yang tentu saja sudah diaktifkan mode kejut listriknya. Kedua manik mata bocah berusia 15 tahun itu pun membulat sempurna dan dengan refleks dia segera mencondongkan agak ke belakang untuk menghindari sengatan dari benda itu. Karena asal tahu, terkena itu sedikit saja sakitnya nggak main-main. Apalagi stun gun itu bukan senjata sembarang.
"Jangan mendekat. Jawab dengan jujur, kau ini manusia atau bukan? Kalau bukan… maka aku akan menyerangmu dengan ini!" ancam Yaya yang terlihat sangat-sangat marah saat ini.
"Oi! Itu artinya aku jawab jujur atau enggak Nee-san akan tetap menyetrumku kan!?" protes Blaze panik.
"Ahh~ Secara tidak langsung dia ngaku kalau dirinya bukan manusia… Blaze, Blaze. Bego mu itu nggak sembuh-sembuh ya dari dulu…" sindir Ice dan sukses membuat bocah bermata jingga itu kesal.
"Diam aja kau, dasar kucing pemalas!" protesnya dengan sebuah tinju kepalan tangan kiri yang ditujukan pada Ice. Dan seketika yang diancam pun langsung bungkam dan memutar matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfiction Elemental
AcakKisah para elemental boboiboy yang berwujud manusia namun bukan manusia. Yaya hanya bisa berlindung pada mereka.Yaya merasa semuanya tidak terlalu buruk, tinggal bersama mereka merupakan hal yang sangat indah. Mulai dari bermain dengan mereka, belaj...