Pembalasan dari Masa Lalu (Last Part)
.
Malam itu pun berakhir dengan tenang, setelah melakukan pembersihan Fang dan yang lain turun dari bukit dan mencari warung makanan enak yang masih buka di jam-jam tutup tersebut. Dan keesokan harinya, sabtu pagi yang cukup cerah walaupun terasa agak dingin karena kabut yang masih mengitari kota membawa uap-uap air turun ke permukaan tanah.
Sementara itu di kamar nomor 3 apartemen Shinwa, si pemilik kamar yang lebih tua tampak sudah bangkit dari tempat tidurnya sejak tadi dan baru saja kembali dari dapur. Lalu dia pun melangkahkan kedua kakinya perlahan menghampiri adiknya yang masih tertidur nyenyak di tempat tidurnya dan langsung menempelkan tangannya pada dahi bocah tersebut.
"Untunglah… sepertinya panasnya sudah turun" gumamnya menghela nafas lega. Sembari menurunkan tangannya kemudian dia pun mencoba membangunkan anak tersebut. "Blaze…"
"Ughh…" bocah itu melenguh ketika namanya dipanggil oleh si kakak.
"Bangunlah, tadi Kakak membuatkanmu bubur. Cepat makan biar perutmu nggak kosong" kata Halilintar dan hanya dijawab dengan sebuah gumaman malas oleh Blaze.
Pemuda itu pun menghela nafas. "Habis ini aku mau ke Minimarket sebentar. Apa kau mau sesuatu?"
Blaze menggeleng. Dia sedang tidak menginginkan apapun saat ini padahal biasanya pas lagi sehat ngebet banget minta dibeliin es krim atau coklat. Namanya juga orang sakit pasti mau apa aja juga nggak bakalan enak ya?
Dan Halilintar sudah terbiasa dengan sikap rewel adiknya yang bukan hanya muncul saat sedang sakit ini saja. "Kalau makan siang nanti mau apa?" tanyanya penuh kesabaran.
"Terserah Aniki aja" jawab Blaze dengan suara yang agak serak.
Halilintar pun kembali dibuat kembali menghela nafas berat. Dengan pasrah dia pun segera berdiri kembali untuk mengambil dompet yang tergeletak di atas meja belajar di sudut kamar tersebut dan segera melangkahkan kakinya menuju pintu depan.
Biasanya di udara sedingin ini orang-orang akan menjadi malas untuk keluar rumah. Jangankan keluar, untuk bangkit dari tempat tidur dan pergi mandi saja pun rasanya enggan, benar bukan?
Seperti sepasang suami istri dari kamar nomor 7 berpintu ungu apartemen Shinwa ini misalnya. Saat ini jam di rumah mereka sudah menunjukkan pukul 7.30, yang namanya suami-istri pasti tidak haram hukumnya tidur seranjang. Oke kembali ke intinya, jadi karena hari sudah pagi dan jam weker yang berbunyi pun membuat si istri secara otomatis bangun dari tidur nyenyaknya, wanita berambut hitam lebat itu pun membuka kedua matanya, menekan tombol pada jam dan meregangkan tubuhnya untuk mencoba mengumpulkan nyawa sebanyak-banyak.
Sementara di sampingnya suaminya masih nampak tertidur pulas dengan wajah yang begitu damai, Ying menatap padanya sejenak sebelum akhirnya bangkit berdiri untuk menuju kamar mandi.
Hingga tiba-tiba ada yang memegangi dan menarik tangannya hingga membuat wanita itu menjerit kaget dan melenguh ketika merasakan punggungnya mendarat kembali di atas tempat tidur empuk beralaskan kain putih tersebut.
Yang lebih membuatnya kaget tiba-tiba saja tubuhnya sudah berada dalam dekapan erat milik seorang pria yang merupakan suaminya. Ying pun menatap wajah si laki-laki berambut raven acak-acak tersebut dengan wajah memerah. "F–Fang…"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfiction Elemental
CasualeKisah para elemental boboiboy yang berwujud manusia namun bukan manusia. Yaya hanya bisa berlindung pada mereka.Yaya merasa semuanya tidak terlalu buruk, tinggal bersama mereka merupakan hal yang sangat indah. Mulai dari bermain dengan mereka, belaj...