Mystic Apartement 9

822 67 10
                                    

Jangan berpikir (Part 2)

Setelahnya mereka Gempa dan Ice pun menatap ke puncak gunung dimana sang pemimpin para Ushi-oni tinggal. Menyiapkan hati untuk menemuinya hanya demi menanyakan kenapa para siluman bawahannya itu sering turun dan meneror pemukiman dibawahnya.

Dan keesokan harinya.

"Hoaammm..." Gempa tampak berdiri di belakang kasir sembari menguap lebar. Kedua belah kelopak mata bawahnya agak sedikit menghitam yang menandakan jika dia kurang tidur.

Hingga beberapa saat kemudian Yaya menghampirinya dengan agak cemas. "Kakak kelihatan lelah sekali. Apa terjadi sesuatu yang buruk di gunung tadi malam?" tanyanya.

"Tidak apa-apa, hanya sedikit kewalahan saja saat menaiki tangganya." Jawab Gempa datar sambil mengibaskan tangannya seperti orang yang sedang mengusir lalat. "Terutama dengan Gyuuki sebanyak itu, aku tidak mau mengeluarkan banyak kekuatan dan membuat tempat itu hancur gara-gara aku" lanjutnya bergumam sendiri dengan volume yang sangat kecil.

"Eh apa?"

"Bukan apa-apa. Ngomong-ngomong kau tidak kuliah hari ini?" ujar Gempa mengalihkan topik pembicaraan.

"Hari ini aku cuma ada satu kelas dan kuliahnya kosong karena dosennya ada urusan di luar kota, jadi aku libur hari ini" jawab Yaya. Yang hanya disahut Gempa dengan sebuah anggukan tanda paham.

'Tulalit...Tulalit..."

Tiba-tiba saja ponsel pintar milik gadis berkerudung pink khas itu berdering yang menandakan ada panggilan masuk. Buru-buru Yaya mengeluarkan alat komunikasi itu dari kantong celananya, ia menatap pada layar panggilan masuk dan menemukan jika Halilintar lah yang menelponnya.

"Tunggu sebentar Kak Gempa." Katanya sesaat sebelum menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut. "Halo, Halilintar? Bagaimana disana? Maksudku gedungnya, apa dinding yang hancur kemarin sudah diperbaiki?" tanya gadis itu pada orang yang berada di seberang telpon dengan begitu khawatir.

Mengingat karena pertarungan tidak diprediksi kemarin fasilitas kampus menjadi rusak, dan karena mereka terlibat tentu saja mereka harus bertanggung jawab.

"Iya. Dan malah lebih baik lagi... Bekasnya sama sekali tidak ada" jawab Halilintar dingin. Saat ini kedua matanya asik menatap ke arah lantai 5 dan memperhatikan dengan begitu detil bagian dinding yang hancur kemarin.

"Eh? Yang benar? Kacanya juga masih sama? Maksudku itu kan kaca hias antik yang sudah tidak dijual lagi sekarang"

"Lucu kau menyadarinya. Tapi yang kulihat sekarang gedung ini baik-baik saja kacanya lengkap dan tidak ada bekas renovasi, tertutupi dengan sempurna seolah-olah memang tidak pernah terjadi apapun dari awal. Lalu untuk saksi mata yang melihat Thorn berubah tadi malam juga sudah diatasi. Entah bagaimana orang-orang itu melakukannya"

"Syukurlah karena sekarang kau punya koneksi baik dengan orang dari SHAMAN. Kalau tidak, entah apa yang harus kita lakukan"

"Ya aku juga heran tiba-tiba saja mereka menawarkan bantuan."

"Mungkin mereka berterima kasih padamu karena sudah membantu dalam menangkap dan menjebloskan Thomas ke penjara."

Fanfiction ElementalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang