FEROX - 2

53 5 1
                                    

"Jo, kemarin lo nganterin Bilqis pulang?" Jordi baru menapaki anak tangga pertama berhenti dan memutar badannya. Pagi-pagi sudah diberi pemandangan indah, yaitu melihat enam gadis remaja-Fairuz, Aurel, Rara, Nayla, Tisya dan Marizka-yang berdiri dengan tatapan tajam.

"Enggak, kok." Jordi menelan ludahnya diam-diam, ia sedikit segan melihat Fairuz dan Tisya yang mulai mendekatinya. Jordi meraba-raba pegangan tangga, perlahan-lahan mundur dan menaiki anak tangga, setelahnya Jordi berbalik dan ngibrit menjauhi mereka menuju kelasnya.

Sebentar-sebentar, Jordi tidak boleh lari ke kelasnya atau dia akan ketahuan. Mengumpat di Ruang OSIS adalah pilihan terakhir Jordi, untung Ruang OSIS tidak jauh dari tempat dia berdiri, setau Jordi Ruang OSIS tidak dikunci makanya itu dia langsung membuka pintu dan menutupnya cepat-cepat.

Mereka ber enam adalah gadis-gadis yang ganas dan tukang membully, kalau tadi Jordi tidak kabur, dia akan dipegangi dan dipaksa memberi tahu sampai mereka puas lalu melepaskannya. Itu hanya berlaku teman segengnya saja, lain lagi kalau orang lain, mereka akan membully habis-habisan sampai orang itu kapok dan takut melihat mereka. Yaaaa, ketahuilah sahabat Jordi tidak ada yang miskin, mereka semua sangat berkecukupan. Hidup dengan bergelimang harta adalah kebahagiaan mereka, membully orang adalah kesukaan mereka. Dengan uang semua bisa selesai, bukan?

Jordi melihat arloji yang terpasang di tangan kirinya, sekarang pukul 6 lewat 35 menit, bentar lagi bel masuk berbunyi dan koridor pasti sepi. Jordi berdiri dan mendekati pintu, dia laki-laki gentle jadi harus menghadapi mereka bila tidak mau dikatain pengecut. Setelah membuang napas dia membuka pintu dan berjalan santai menuju kelasnya untuk menaruh tas. Pagi ini adalah jadwal olahraga kelas Jordi.

Memasuki kelas tempatnya belajar Jordi mengalihkan pandangannya agar tidak melihat pojok kelas tempat mereka duduk. Belum juga sampai tempat duduk, lengannya sudah ditarik.

"Tenang-tenang."

"Apa sih, Jo. Padahal kan kita cuma mau nanya doang. Alay banget." Marizka melempari kepala Jordi dengan sampah kacang.

"Cerita dong, Jo." Rara mendorong bahu Jordi.

"Jadi gini." Jordi menjelaskan. "Kemarin kan ketua kelas dikumpulin buat rapat OSIS, gue lupa bawa kertas yg dibagiin di sono, makanya si Bilqis nganterin ke gue, gue kan gak enak udah ngerepotin dia nyampe naik-naik ke atas segala buat nyamperin gue. Jadi gue anterin ke parkiran, tadinya pengen sekalian anter pulang, tapi dia udah di jemput."

Aurel melirik sekilas ke arah Iklal. "Kata Iklal lo kemarin nganterin Bilqis pulang. Nih setan satu kalo bikin gosip suka ngada-ngada." Aurel mengambil segenggam sampah kacang dan melemparkannya ke muka Iklal.

"Ya Allah, Iklal. Gue jadi lo sih sakit hati, mana lemparnya ke muka." Raihan memegangi mukanya dramatis.

"Diem lo." Lagi-lagi Aurel bertindak ganas dengan cara menarik rambut Raihan sampai kepalanya tertunduk.

"Adoooow sakit, tai." Raihan berteriak histeris.

"MAKANYA GAK USAH IKUT CAMPUR." Aurel berteriak di depan kuping Raihan.

Raihan menepuk-nepuk lengan Aurel. "Iya, Aurel, maaaaaaf. Lepasin dong."

Aurel menarik tangannya dari rambut Raihan.

"Gue denger-denger si Bilqis anak orang kaya juga ya? Masukkin ke geng kita aja." Rara tiba-tiba bertanya.

Jordi berhenti mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Dia gak suka ngeliat orang di-bully, kasihan katanya."

"Sok suci," celetuk Nayla.

Sedetik setelahnya bel masuk berbunyi, tidak lama Pak Agung memasuki kelas dan memberi arahan apa saja nanti yang dilakukan saat olahraga. Pak Agung menyuruh mereka semua untuk naik ke atas karena sekolah mereka menyediakan dua lapangan, yaitu indoor dan outdoor. Lapangan outdoor berada di lantai lima, bayangkan saja betapa capeknya naik anak tangga terus-menerus. Pernah sekali Fairuz bilang ke Kepala Sekolah agar memakai lift, Kepala Sekolah menolaknya. Tidak sampai di situ, ke esokkan harinya Fairuz kembali mendatangi Kepala Sekolah, menawarkan dirinya yang memasang dan membayarkan seluruh biaya lift jika Kepala Sekolah mengizinkan memasang lift di kelas mereka, hanya di kelas mereka, tidak di kelas-kelas lain. Jawabannya sama saja Kepala Sekolah tetap menolaknya dengan tegas.

Walaupun kelas mereka dengan lapangan outdoor hanya berjarak satu lantai, mereka tetap capek karena harus naik ke lantai empat untuk menaruh tas dan melanjutkan naik ke lantai 5 untuk berolahraga. Jordi sering menyarankan jam olahraga dipindahkan dari yang tadinya pagi menjadi tiga jam sebelum pulang sekolah, tapi Pak Agung menjawab tidak bisa karena bukan dia yang bikin jadwal. Rasanya sekolah ini pingin Jordi beli, abisnya setiap ngasih saran selalu ditolak.

Sesampainya di lapangan outdoor mereka langsung disuruh berbaris, berdoa dan memulai pemanasan. Olahraga hari ini adalah bermain bola, minggu depan pengambilan nilainya. Mereka di bagi beberapa team, satu team diberi maksimal sepuluh orang.

***

Bilqis sedang mengerjakan soal matematika yang akan dikumpulkan setengah jam lagi, ia terlihat tidak ada hambatan saat mengerjakan soal tersebut, beda dengan teman sebangkunya, Reina. Buku Reina masih bersih, belum terisi setitik pun tinta pulpen. Selesai mengerjakan Bilqis ingin mengumpulkan, tapi ditahan oleh Reina, Bilqis melihat buku Reina dan menghembuskan napasnya lelah, dengan baik ia menggeser bukunya yang sudah terisi jawaban.

Reina mengucapkan terima kasih tanpa suara, karena takut kedengaran guru matematika mereka, guru itu sangat galak dan suka menyiksa. Memberi tugas yang banyak padahal banyak murid tidak mengerti. Reina telah menyelesaikan soal-karena nyontek-dan memberikan kembali ke Bilqis yang langsung dikumpulkan olehnya. Melangkah ke meja guru dengan penuh keyakinan dan diiringi decakan kagum teman-teman sekelasnya, dia kembali duduk dan menyuruh Reina mengumpulkan juga, Reina menggeleng. Guru itu pasti akan tahu bila Reina nyontek ke Bilqis, karena mengumpulkan setelahnya. Reina bilang akan mengumpulkan saat teman-teman sekelasnya ikut mengumpulkan, biar gak keliatan nyontek, katanya. Terserah saja lah intinya sekarang Bilqis bingung mau ngapain, tanpa ragu Bilqis berdiri dan meminta izin keluar.

Sejujurnya dia bosan di kelas dan memilih keluar kelas, langkah kakinya membawa dirinya menuju kantin di lantai dasar dan kelas Bilqis di lantai dua. Ia memesan jus alpukat dan duduk di salah satu bangku. Tak lama kemudian kantin di datangi murid berpakaian olahraga, di pojok ruangan terlihat komplotan Jordi, dia menyesal keluar di jam sekarang karena kelas Jordi sedang olahraga. Bilqis langsung pergi meninggalkan kantin, tapi salah satu dari mereka menyadari dan memanggil Bilqis.

"Lho, itu kan, Bilqis. Bilqis! Bilqis!" teriak salah satu dari mereka yang Bilqis tahu namanya adalah Marizka.

Mampus! Mala petaka! batin Bilqis.

FEROXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang