Sudah satu minggu Bilqis beserta Jordi dan sahabatnya bolos sekolah. Di katakan bolos sekolah juga bukan karena mereka semua izin dan di izinkan pihak sekolah. Selama satu minggu juga mereka bermain bersama Bilqis.
Yang dapat Bilqis simpulkan adalah mereka tidak seperti yang dilihat orang. Cover mereka memang buruk, tapi setelah bermain bersama mereka cover buruk itu akan hilang. Dibilang baik ya emang baik, dibilang jahat emang bener jahat tukang menindas kaum lemah.
Bilqis baru keluar dari kamar mandi dan tangannya ditarik Marizka menuju tempat tidur cewek itu. "Sini duduk, gue mau ngomong."
Bilqis menaikkan kedua alisnya sebagai jawaban.
"Lo harus tau kejadian ini." Marizka menahan tawanya. "Pas lo pingsan si Jordi panik banget tau gak sih."
"Hah?"
"Hah-hoh-hah-hoh mulu lo." Marizka mendengus. "Jordi yang paling panik di antara kita, dia nepukin pipi lo, tapi lo gak bangun-bangun. Nah, di situ yang bikin dia kalap tuh si Davi ngeliatin doang, Jordi pengen gebukin Davi lagi ditahan Aurel suruh cepet-cepet ke rumah sakit."
Bilqis menggeser tubuhnya mendekat. "Terus-terus."
"Nabrak."
"Serius, ege."
Marizka berdehem. "Ya, pokoknya gitu lah. Untungnya gue kelebihan beli sapu tangan, ya udah di jadiin nahan darah lo biar gak tumpeh-tumpeh. Dasi ama gesper lo di dashboard Aurel, penuh darah. Make punya gue aja, banyak."
"Uweeeeeng!" panggil seorang lelaki yang sudah Bilqis apal suaranya, Jordi.
Jordi mengetuk pelan pintu kamar Marizka dan membukanya membuat dua orang cewek di dalamnya menoleh bersamaan.
"Ehm, hai." Jordi melambaikan tangannya kaku. "Kalian bosen gak? Jalan-jalan yuk."
"Kemana?" Marizka melihat jam yang tergantung di kamarnya.
"Muter-muter aja."
"Nanti pusing." Bilqis yang menyahut.
"Oh, iya-ya."
"Yang lain mana?"
"Tidur." Jordi membalas singkat.
"Lo mau ngajakin kita berdua atau mau ngajakin Bilqis doang?" Marizka mengedipkan satu matanya menggoda Jordi.
"Eh, anu..."
"Mau sama gue? Ya udah keluar sono gue mau ganti baju dulu." Bilqis memberikan Jordi senyuman manis membuat cowok itu langsung membalikkan badannya buru-buru.
Marizka tertawa terbahak-bahak setelah Jordi menutup pintu.
"Gue bantuin milih baju."
"Yaelah gue cuma pergi ama Jordi, bukan ama pacar gue."
"Siapa tau Jordi jadi pacar lo."
"Najis."
Marizka menggeleng-gelengkan kepalanya. "Etdah, lo mau pake baju apa?"
"Yang simpel aja, ada sweater gak?"
***
Di jam yang sama, tapi lain tempat. Jordi memakai baju hitam lengan pendek dan celana serta topi berwarna selaras. Berjalan ke meja belajarnya Jordi memilih kunci mobil yang ingin dia pakai. Lagi-lagi pilihannya jatuh pada warna hitam.
Jordi mengeluarkan mobilnya dari bagasi dan memarkirkannya di depan rumah. Dia menunggu di mobil dengan kaca pintunya yang dibuka.
Bilqis keluar dari rumah Marizka dengan sweater pink dan celana putih. Jordi memalingkan wajahnya dan menaikkan kaca pintunya.
"Lo ngapain make masker? Gue bawa mobil bukan motor." Jordi bertanya saat Bilqis sudah duduk di mobilnya.
"Lo ngapain make topi? Padahal make mobil." Bilqis membalas dengan pedas.
"Takut rambut gue berantakan." Jordi mengelak.
"Bukannya lo senang kalo rambut lo acak-acakan?" Bilqis bertanya sambil membuka maskernya.
Jordi bungkam dan memilih mengendarai mobilnya.
"Tumben lo gak banyak omong, biasanya deket gue langsung teriak-teriak macam anak perawan." Suara Bilqis memecah keheningan. "Nabila, Nabila," ucapnya setengah mengejek.
"Gue canggung di deket lo selepas kejadian itu."
"Najis."
"Omongan lo ini selain najis gak ada ya?" Jordi berdecak.
"Hehe, kok tau sih?" Bilqis terkekeh. "Kejadian itu udah berlalu, biarin aja lah."
"Lo gak bosen di rumah Uweng mulu?"
Bilqis menggeleng. "Nggak. Kan, ada geng-geng lo yang ngehibur."
Hening menyelimuti mereka.
Jordi mengajaknya mengelilingi sekitaran Jakarta dan berhenti di tempat kulineran. Tempat tersebut ramai oleh orang-orang kerja karena sudah masuk jam makan siang. Cowok itu menyuruh Bilqis untuk tetap di dalam mobil, biar dia yang membeli.
Saat Jordi sudah pergi Bilqis berpindah ke bangku yang tadi di duduki Jordi dan menyalakan mobilnya. Dia berniat meninggalkan Jordi di tempat kulineran, tapi tidak tega juga. Akhirnya Bilqis tetap menjalankan misinya.
"Sini makanan gue!" Bilqis membuka kacanya dan berseru ketika Jordi sudah dekat. Jordi memberinya kantong plastik dan dia memutari mobil. Bilqis langsung menjalankan mobil meninggalkan Jordi yang panik. Cowok itu mengejar dan mengetuk-ngetuk kaca mobil membuat orang-orang sekitarnya menoleh penasaran.
Di dalam mobil, Bilqis tertawa kencang. Dilihatnya Jordi berhenti dan dia ikut memberhentikan mobilnya. Air muka Jordi kelihatan kesal dan marah, dia berlari dan membuka pintu kemudi yang di duduki Bilqis.
Seketika Bilqis berpindah ke tempat duduk asalnya.
"Sori, gue tadi bercanda." Bilqis mengulurkan tangannya memegang lengan Jordi tapi ditahan Jordi dan beralih menggenggam tangan Bilqis. Dibawanya tangan itu ke pipinya. Bilqis melongo melihatnya dan sadar, dia langsung memukul lengan Jordi. Cowok itu mengaduh dan mengelus-elus lengannya.
"Lo ini benar-benar modus ya. Mencari kesempatan dalam kesempitan." Bilqis berujar sinis dan memberi jari tengahnya ke muka Jordi. "Fak yu."
Jordi tertawa pelan dan menurunkan tangan Bilqis. "Kamu gak inget? Kita kan, udah pacaran."
"Najis."
"Kalo gue nembak lo, di terima gak?"
"Gak."
Jordi berpura-pura menangis. "Kau sungguh menyakiti hatiku."
"Who cares?"

KAMU SEDANG MEMBACA
FEROX
Teen FictionNabila Qisa lebih akrabnya dipanggil Bilqis. Bilqis adalah seorang gadis yang populer dikalangan remaja. Memiliki keluarga yang sangat berkecukupan serta otak diatas rata-rata alias pintar, selain itu Bilqis cantik dan sangat ramah, baik kepada oran...