Entah kenapa kalau melihat wajah Bilqis mengingatkan Jordi pada seorang sahabatnya. Naurelia Refanya alias Aurel, Jordi tahu Aurel pintar dan menyukai matematika tapi cewek itu memilih masuk jurusan IPS karena tidak suka pelajaran IPA. Jordi sudah hapal sehabis bel istirahat selesai pasti Aurel meminta izin ke perpustakaan untuk belajar dan mengambil buku yang di butuhkannya. Jordi pernah bertanya kepada Aurel, mengapa Aurel selalu belajar ke perpustakaan setelah bel istirahat selesai? Jawabannya karena udah kebiasaan. Aneh sekali, bukan?
Salah satu dari banyaknya kegiatan yang harus Jordi lakukan hari ini, kenapa dia harus terjebak di perpustakaan bersama Bilqis? Berhadapan langsung dengan buku pelajaran dan harus diam sepanjang mereka belajar. Padahal, Bilqis tahu bila Jordi itu tidak bisa diam barang satu detik pun. Jordi mengambil pulpen dan buku milik Bilqis yang tidak terpakai dan membuka lembaran terakhir buku itu, dia menulis sesuatu dan menutup kembali bukunya, lalu meluruskan tangannya, pegel.
"Pegel ya duduk terus?"
"Iya." Jordi menatap Bilqis yang sedang menaruh pulpennya dan menyenderkan punggungnya ke bangku.
"Gue nggak tuh."
"Lo kan tiap mau ujian-"
"Tiap hari." Bilqis mengoreksi.
"Iya itu maksud gua. Lo kan tiap hari selalu belajar dan menjadi penghuni tetap di perpustakaan ini." Jordi menekankan kata 'tiap hari' sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Pantat lo gak tepos duduk terus?"
"Enggak lah, sinting." Bilqis melirik Jordi dari ujung matanya. Kentara sekali cowok itu sangat bosan berlama-lama di sini menemani Bilqis yang masih ingin belajar. "Lo pulang duluan gih kalo bosen."
Jordi menggeleng dan memainkan pulpen Bilqis ditangannya. "Enggak."
"Ya udah kita pulang aja deh, bentar gue beresin dulu." Bilqis membereskan buku yang ada di meja-tidak lupa mengambil pulpen ditangan Jordi dan memasukkannya ke dalam tas.
Senyum lebar terbit di bibir Jordi. "Akhirnya. Alhamdulillah ya Allah. Semoga hamba tidak datang ke tempat ini lagi. Aamiin." Jordi bergegas mengambil jaketnya yang tergeletak di meja dan menyusul Bilqis di pintu perpustakaan.
"Nabila, lo ngapain belajar terus? Lo kan dapet juara pertama pas olimpiade matematika. Kalo gue jadi lo, gue ogah belajar lagi."
"Lo gak liat sahabat lo itu yang berada di peringkat kedua?"
"Oh iya, si Aurel juga kerjaannya di kelas belajar mulu. Gue juga jarang liat dia main handphone, paling kalo penting doang."
"Bentar." Bilqis berjongkok dan mengikat tali sepatunya yang lepas. "Lo mau tau? Pas olim gue sama Aurel kayak orang musuhan. Saling beradu siapa yang paling pinter, tapi gue yang menang haha."
"Sekarang masih musuhan?"
Bilqis menggeleng. "Enggak."
Tinggal beberapa langkah lagi sampai ke mobil Jordi, tapi cowok itu berhenti mendadak dan matanya fokus menatap sesuatu di ponselnya. Bilqis yang disebelah Jordi ikutan berhenti dan mendekati cowok itu, dia menoel lengan Jordi dengan tatapan heran. Jordi menoleh dan menurunkan ponselnya agar Bilqis bisa melihat. Layar ponsel Jordi menampilkan sebuah video dua orang cewek-itu Fairuz dan Nayla yang sedang melakukan pembullyan terhadap seorang cewek. Wajah cewek yang di bully oleh sahabat Jordi tidak asing, Bilqis merebut ponsel ditangan Jordi dan di tonton sampai habis video tersebut.
"Lo dapet video ini kapan?"
Jordi mengangkat kedua alisnya. "Barusan-eeeh handphone gue mau dibawa kemana woy!"
Jordi mengikuti arah perginya Bilqis yaitu ke belakang sekolah-di mana sahabatnya sedang membully seseorang. Bilqis telah sampai di sana, tangan kanannya memasukkan ponsel Jordi ke saku roknya dan menghampiri Reina yang hampir saja ditarik rambutnya oleh Fairuz. Iya, sahabatnya di bully oleh Fairuz dan Nayla. Keadaan Reina sangat mengenaskan, seluruh tubuhnya basah kuyup dan berbau telur busuk yang menyengat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEROX
Teen FictionNabila Qisa lebih akrabnya dipanggil Bilqis. Bilqis adalah seorang gadis yang populer dikalangan remaja. Memiliki keluarga yang sangat berkecukupan serta otak diatas rata-rata alias pintar, selain itu Bilqis cantik dan sangat ramah, baik kepada oran...