Jordi tahu memilih bolos adalah pilihan yang salah setelah berpacaran dengan Bilqis karena cewek itu meminta Jordi agar tidak sering-sering membolos sekolah. Mood belajarnya telah hilang ketika orang itu membicarakan tentang 'kita' yang sempat menjalin hubungan kurang lebih 1 tahun.
Omongan orang itu tentang Jordi yang menyukai Bilqis karena pandangan pertama benar-benar membuat Jordi berpikir 2 kali. Sejujurnya, Jordi juga mengakui kalau dia memang menyukai Bilqis saat pertama kali melihatnya mengulurkan kertas dengan ekspresi kesal. Seolah-olah memang ditakdirkan berpacaran, dia dan Bilqis dipertemukan terus-menerus dalam keadaan apapun. Entahlah mungkin hanya dirinya yang tahu atau bisa saja Bilqis juga mengetahuinya kalau Jordi telah jatuh sejatuh-jatuhnya ke dalam pesona seorang Nabila Qisa.
Jordi sekarang berada di atas jembatan memperhatikan air yang berarus deras sambil melemparkan batu kecil yang dia pungut dari sebelah kakinya. Tidak ada satupun penyesalan setelah dia memilih untuk membolos dan pergi ke tempat ini, karena kalau Jordi tetap berada di sekolah hanya kecanggungan yang terjadi ketika dia bergerak sedikitpun.
Jordi berhenti melemparkan batu ketika ponsel di saku celananya berdering nyaring, dia membuang semua batunya dan mengambil ponselnya. Dia menghembuskan napasnya kasar setelah melihat nama si peneleponnya yang tidak lain adalah Bilqis, mengapa Bilqis harus menelponnya sekarang? Ketika Jordi tidak ingin di ganggu siapapun. Tapi apalah daya Jordi yang bucin ini tidak tega menolak panggilan dari kekasihnya.
"Kok bolos?"
Oke, Jordi merasa congeknya membeku setelah mendengar kalimat utama yang menjadi sapaan dari Bilqis terdengar dingin.
"Gue jadi pacar lo bukan mau ngatur lo, Jo. Tapi, gue pengen ubah kebiasaan bolos lo yang udah menggunung di buku absen tiap gue mintain ke kelas lo. Asli, rasanya pengen gue Tipe-X in itu A di sebelah nama lo. Jangan salah sangka, gue gak pernah malu pacaran sama lo."
"Gue terhura dengernya, Bil."
"Kenapa bolos?"
"Ada masalah."
"Gue ingetin sekali lagi, gue ini pacar lo, lo bisa cerita ke gue-atau kalo lo gak percaya ya gak papa sih gak usah cerita. Sekarang lo di mana?"
"Gue, di-" Jordi mengedarkan pandangannya ke sekitar jembatan yang terasa asing di matanya. "-Gak tau di mana."
"Goblok."
Jordi emang goblok, Bilqis kemana aja ya baru tahu?
"Jo, gue tutup ya? Ada guru masuk ke kelas gue. Lo pulang, jangan keluyuran, jangan bolos juga besok."
"Iy-" Tuuuut.
Mana sempat, keburu di matiin telponnya.
Sekiranya itulah kata yang tepat untuk seorang Jordi.
***
Bilqis buru-buru mematikan sambungan telponnya ketika guru yang tidak ada jadwal mengajar di kelasnya masuk membawa kertas yang bertumpuk di tangannya. Guru itu menaruh kertasnya di meja paling depan dan bicara dengan ketua kelas, setelahnya pergi.
Anak-anak kelas mulai kepo dan mengerumuni meja paling depan untuk melihat. Davi, si ketua kelas menyuruh mereka duduk agar dibagikan. Bilqis menerima kertas yang diberikan dan membacanya, ternyata jadwal lomba Agustusan dan kolom kosong untuk mengisi nama-nama murid yang mengikuti lomba. Bilqis tidak mengisinya karena dia menjadi panitia lomba nanti.
Lomba itu dilaksanakan tanggal 18 Agustus sampai seminggu ke depan. Bilqis bisa menebak Jordi pasti mengikuti lomba futsal karena cowok itu adalah kaptennya. Selama satu tahun kenal Jordi-iya, satu tahun kenal sebagai tukang bully-Bilqis tidak pernah tertarik menonton lomba futsal yang diadakan saat Agustusan maupun class meeting di akhir tahun, tapi semenjak berpacaran dengan Jordi, dia jadi tertarik dengan semua kegiatan yang dilakukan cowok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
FEROX
Teen FictionNabila Qisa lebih akrabnya dipanggil Bilqis. Bilqis adalah seorang gadis yang populer dikalangan remaja. Memiliki keluarga yang sangat berkecukupan serta otak diatas rata-rata alias pintar, selain itu Bilqis cantik dan sangat ramah, baik kepada oran...