FEROX - 4

42 5 0
                                    

Pagi ini Jordi mengendarai motornya tidak seperti biasanya yang mengendarai mobil, dikarenakan Jordi kesiangan gara-gara semalam main game sampai larut malam.

Motor yang dikendarai Jordi berhenti di depan gerbang Bilqis, hanya sekedar melihat saja apakah cewek itu sudah berangkat apa belum, eh ternyata belum. Dari motornya Jordi melihat Bilqis yang sama kesiangan seperti dirinya, terlihat jelas karena gadis itu sangat buru-buru.

Mata Bilqis terus-menerus mengecek arloji di pergelangan tangannya. Dia sedang memesan Ojek Online, tapi abang-abangnya terjebak macet. Bilqis sudah pasrah kalau dirinya terlambat dan dihukum.

"Oy, Bilqis!" panggil Jordi.

Seperti mendapat keberuntungan Bilqis langsung lari mendekati Jordi dan memohon-mohon.

"Gue nebeng lagi dong, Jo." Bilqis merapatkan kedua tangannya. "Kali iniiii aja. Gue kesiangan, lagi mesen Ojol tapi abang-abangnya kena macet. Boleh, ya?! Gak mau tau sih harus boleh."

Bilqis memaksa dan menaiki motor Jordi. "Jordi, cepetan, tinggal beberapa menit lagi gerbang di tutup."

"Bentar, ngatur hati dulu." Tapi kata-kata itu tidak terlontarkan dari bibir Jordi.

Melainkan dia menjawab. "Pegangan dulu baru gua jalanin."

"Nih, udah."

"Jangan di bahu, di pinggang dong biar mesra."

Jordi menyesal telah mengatakan kalimat itu, karena setelahnya kepalanya di toyor.

"Cepetan, ish." Bilqis memukul-mukuli bahu Jordi.

"Gue mau ngebut, gak tanggung jawab ye kalo lo jatuh."

"Bodo."

Jordi mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, membuat Bilqis serasa melayang di atas awan, tanpa di sadari dia melingkarkan tangannya di perut Jordi.

"JORDI, INI KENCENG BANGET, GILA." Bilqis berteriak.

Jordi tertawa. "INI SERU BANGET, GILA." Dia balas berteriak juga.

Untung saja gerbang sekolah belum ditutup dan bel masuk belum berbunyi, jadi Jordi bisa memarkirkan motornya dengan tenang. Bilqis masih memeluk Jordi dan Jordi tertawa sembari mengelus tangan Bilqis. "Udah sampe tau." Bilqis langsung melepaskan dan memukul punggung Jordi.

"Modus lo, tai."

"Kita kan udah pacaran, masa gak boleh modus sama pacar sendiri, sih?"

"Najis banget gue kalo sampe pacaran sama lo." Bilqis berujar sinis dan melengos.

"APA?! JADI JORDI SAMA BILQIS PACARAN?! GILA BERITA BESAR." Jeda sebentar dan orang itu melanjutkan. "WOY SEMUANYA ADA BERITA NIH! JORDI SAMA BILQIS PACARAN!"

Jordi tersenyum senang yang kelewat lebar, sedangkan Bilqis terbelalak tak percaya. Bilqis melangkahkan kakinya menjauhi parkiran meninggalkan berita hoax yang semakin menjadi-jadi.

Dalang dari semua ini adalah Jordi dan yang berteriak tadi adalah teman satu geng Jordi, kalau Bilqis tidak salah namanya Raihan.

***

Bilqis memasuki kelasnya dengan tatapan datar seolah tidak terjadi apa-apa. Teman sekelasnya memberi perhatian lebih, tapi tidak berani bertanya. Berbeda dengan Reina yang ingin memastikan.

"Bil, lo beneran pacaran sama Jordi?"

"Enggak."

"Lha, dari tadi berita lo pacaran sama Jordi udah beredar kemana-mana."

"Biarin aja."

Reina berhenti bertanya.

"Woy, Bilqis! Lo beneran pacaran sama Jordi? Gue patah hati nih." Davi, ketua kelas di kelas ini bertanya.

"Gak."

Air muka Davi berubah jadi cerah. "Noh, kan, enggak. Lagian mana mungkin sih, Bilqis yang rajin ini pacaran sama Jordi si tukang bully."

"Dav, kalo Jordi atau teman-temannya denger lo bisa abis di bully," celetuk salah satu temen sekelasnya.

"Haha, masa sih?"

"Jaga omongan lo. Pulang sekolah gue tunggu di parkiran. Duel sama gue. Kalo sampe lo gak dateng berarti lo pengecut beraninya di belakang doang." Jordi memasuki kelas Bilqis dan mendekati mejanya.

Jordi menarik bangku dan duduk di sampingnya. "Atas nama Raihan gue minta maaf. Beritanya udah reda kok."

"Bilangin teman lo jangan sampe gue gamparin." Bilqis menaruh ponselnya di atas meja. "Lo jangan kebanyakan nge-bully orang."

"Gue udah follback ig lo, lho." Jordi mengalihkan pembicaraan.

"Balik ke kelas lo. Udah bel." Davi berdiri di depan punggung Jordi.

Jordi berbalik badan dan menatapnya dengan remeh. "Kenapa? Lo cemburu gue deket sama Bilqis?"

Merasa tertantang Davi menarik kerah baju Jordi. "Maksud lo apaan?"

"Gak usah narik-narik baju gue, setan. Gue tunggu di parkiran tuh ye."

"Gue terima. Kalo bisa sekarang kenapa harus ntar pulang sekolah?"

"Oke." Jordi bangkit berdiri dan menonjok pipi Davi hingga Davi tergeletak di lantai. Davi memegang pipinya yang nyeri, setelahnya balik memukul Jordi.

Pekikan cewek-cewek di sekitarnya terdengar kencang. Bilqis mundur beberapa langkah dan Reina memegang tangannya. Baku-hantam di depan mereka semakin seru, ditambah banyak murid-murid yang melihat dari luar jendela. Tidak ingin melewatkan aksi baku-hantam mereka merekam. Ini bukan karena Bilqis tapi mereka berdua berantem karena Bilqis, maka dari itu Bilqis berusaha melerai dengan cara mendekati salah satunya.

Saat sudah dekat Bilqis menarik tangan Jordi dan menjauhinya dari Davi, tapi Davi seperti kesetanan, dia tidak terima Jordi ditarik. Davi ingin menggampar Bilqis tapi tidak jadi karena Jordi menendang perutnya kencang yang membuat Davi mundur dan menabrak meja-meja.

Melihat ada kesempatan Bilqis kembali menarik tangan Jordi dan keluar kelas. Di depan kelas teman-teman Jordi sudah berkumpul menutupi pintu.

"Lo pada bawa kabur dah si Jordi. Kalo gak di lerai gak bakal selesai-selesai." Bilqis mendorong punggung Jordi untuk mendekati teman-temannya.

"Dia kurang ajar, mestinya di tonjokin biar ngerti."

"Bisa di lanj-" Omongan Bilqis terhenti ketika Davi menarik bajunya dan menampar Bilqis. Tidak puas sampai di situ Davi menjenggut rambut Bilqis dan menjedotkan kepalanya ke tembok yang tajam dengan kencang.

Bilqis jatuh terduduk, pandangannya memburam dan dia merasakan darah mengalir dari pelipisnya. Sebelum kesadarannya hilang Bilqis sempat memandang Jordi yang menangkup pipinya dan memanggil namanya berulang kali dengan nada panik.

FEROXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang