FEROX - 7

32 5 0
                                    

"Adik gue ada masalah apa sama lo?" Aurel menarik rambut Lea.

"AURA DORONG GUE DI TANGGA!" Lea berteriak depan muka Aurel tidak takut.

Aurel mengangkat tangannya dan bersiap menampar Lea tapi tangannya ditahan Nayla. "Main nyante aja." Aurel menurunkan tangannya.

"Gak sengaja, tuh." Aura menyahut. "Makanya kalo duduk jangan di tangga, goblok."

Jordi hanya melihat dengan tangan terlipat di depan dada dan menguap bosan. Tadi pagi Aurel memberitahukan di grup kalau dia terpaksa masuk karena Aura terlibat perkelahian. Jadi, mereka memutuskan masuk sekolah-termasuk Bilqis yang masih berada di rumah Marizka.

Aura memang bukan cewek lemah yang pasrah di bully, tapi cewek itu bisa membalas lebih parah dari yang Lea bayangkan. Saat masih kecil Aura memaksa ikut sekolah bersama kakaknya dan orang tua mereka menaruh Aura seangkatan dengan Aurel. Dulu, yang paling membekas di ingatan mereka Aura pernah membully anak cewek kelasnya hingga meninggal. Aura tidak pernah melibatkan mereka dalam urusan membully orang, alasannya adalah masalah pribadi. Tapi hari ini Aurel dan yang lainnya tidak ingin kejadian itu terulang kembali dan menyelesaikan masalah ini dengan campur tangan mereka.

"Udah lah, kak. Dari awal anak ini emang cari masalah sama gue. Biar gue aja yang urus, lo mundur aja." Aura maju beberapa langkah dan melepaskan tangan Aurel yang menjenggut rambut Lea. Tangan kanan Aura dengan bebas menampar keras pipi Lea.

Capek memberi tahu Aura tapi tidak di dengarkan, Aurel mendekati sahabatnya dan ikut menonton perkelahian adiknya. Takut-takut adiknya itu melewati batas, Aurel berdiri di belakangnya.

"Lo mau?" Fairuz menjulurkan makanan ringan bermerk Sukro di hadapan Aurel. "Tau gini gue GoFood popcorn biar makin seru nontonnya."

"Oh, iya, ada yang lupa." Tisya membalikkan badannya dan menarik tangan salah satu lelaki di dekatnya. "Ambilin sepuluh bangku cepetan."

Lelaki itu nurut saja di suruh Tisya karena takut di bully.

"Nah, gini kek dari tadi. Kita jadi juri yang mendukung seratus persen adek Aura." Rara mengambil kuaci dari saku roknya dan mulai memakannya.

"AYO ADEK AURA SEMANGAT!" Marizka berteriak heboh. "Go go-loh kok kayak judul lagu yang sering di dengerin si Rara sih?"

Jordi terkejut saat tangan seseorang menepuk bahunya. "Apa sih-eeeeh pacar, ada apa?"

"Kenapa lo gak lerai?" Bilqis menunjuk Aura dan Lea.

"Males, ntar gue yang di bunuh ama Aura."

"Lo-"

Jordi menaruh telunjuknya di bibir Bilqis. "Ssst, untuk urusan ini lo gak boleh ikut campur, oke?"

Bilqis mengangguk patuh.

"Soalnya mereka berdua udah dari dulu berantem dan belum menemukan waktu yang tepat untuk balas dendam satu sama lain." Jordi berbisik saat mengatakan kalimat itu.

"Oh."

"Sialan, gue udah ngomong panjang lebar lo balasnya 'oh' doang."

"Teman lo semuanya gila ya? Santai banget malah nonton sambil makan."

"Iya, dong!" Jordi memberikan dua jempolnya. "Nanti pulang bareng gue ya?"

Bilqis mendongak untuk menatap Jordi yang lebih tinggi darinya. "Gue pulang ke rumah."

"Ke rumah Uweng, kan?"

"RUMAH GUE LAH." Bilqis berseru jengkel dengan nada meninggi.

Jordi terdiam sebentar dan mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya, gapapa, gue siap anterin kemana pun lo mau."

Bilqis mengerutkan keningnya. "Apa sih, gila. Gak nyamb-jangan megang-megang wajah gue, setan." Bilqis menurunkan tangan Jordi dari wajahnya dengan kasar.

"Wajah lo udah gue pegang."

"KAPAN?!" Bilqis menarik-narik seragam Jordi.

"Waktu lo pingsan." Jordi tertawa. "Gue juga gendong dan meluk lo, hehe."

"Jadi lo gak ikhlas?" Bilqis menyipitkan matanya. "Karena gue gak suka berhutang budi sama orang lain, lo mau di gantiin apa? Gue kabulin."

"Janji? Bakal di kabulin semua, kan?"

"Iye bawel."

"Pacaran sama gue dan utang budi lo pas pingsan selesai. Gimana? Deal?"

Bola mata Bilqis melebar sempurna dan ingin protes tapi Jordi sudah mengangkat jari kelingkingnya.

Bilqis menghembuskan napasnya. Pasrah aja. "Ya udah. Sampe kapan?"

"Apanya yang sampe kapan? Selamanya lah."

"Ya, ya, terserah lo deh."

"Yes." Jordi mengelilingi Bilqis dan mengucapkan kalimat itu berulang kali.

"Mulai deh gilanya. Lo jadi pacar gue jangan malu-maluin gue dong. Mau taruh di mana muka gue?"

Jordi cengengesan dan memberikan finger heart. "Maap, sayang."

FEROXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang