"Ngapain lo ke sini?"
"Mau ketemu calon mertua."
"Apaan, sih, gak ada. Orang tua gue kerja. Udah sono pergi. Hush." Bilqis berlari kecil menuju Jordi yang duduk anteng di motor besarnya.
Jordi memberikan senyuman lebar. "Ya udah kita main di dalam rumah lo aja."
"Lo gila?!" Bilqis mendengus. "Ntar tetangga bisa mikir yang nggak-nggak ya."
"Jalan, yuk."
"Gue belum mandi."
Jordi membelalakkan matanya berlebihan. "Ini jam dua belas lewat dan lo belum mandi? Astatang."
"Namanya juga baru bangun."
"APA?!" Jordi melepas helm dan turun dari motornya. "Sekarang lo mandi cepetan. Kita jalan."
"Naik itu?" Bilqis menunjuk motor Jordi. "Panas tau."
"Matre juga ya lo. Udah deh gue tunggu di sini."
"Bentar." Bilqis kembali memasuki rumahnya.
***
Sore telah tiba ketika Jordi memarkirkan motornya di sembarang tempat-tentu saja di omeli Bilqis.
Pemandangan indah di depannya menyambut Bilqis dan Jordi-yang biasa orang lain sebut sunset. Tempat ini tinggi dan sangat bagus untuk melihat sunset bersama sang kekasih. Bilqis akui Jordi cukup keren, sebab cowok itu banyak tahu tempat-tempat indah di kota ini. Kanan-kiri mereka terisi oleh bunga-bunga dan tumbuhan liar.
"Lo mau ke pasar malam gak? Naik bianglala dengan pemandangan sunset bersama pacar adalah kenangan terindah."
"Pasar malam mah adanya malam, bukan sore apalagi siang." Bilqis membalas sinis ucapan Jordi.
Jordi membungkam perkataan Bilqis dengan genggaman erat di tangannya.
Pasar malam-atau apa lah itu-belum ramai saat Jordi membawanya ke wahana bianglala dan membeli tiket. Bilqis ingin menolak karena takut ketinggian, tapi dia tidak tega melihat wajah Jordi-yang seharian ini dihiasi kebahagiaan-menjadi kecewa ketika Bilqis menolaknya.
Bilqis mengeratkan pegangannya dan memejamkan matanya rapat saat bianglala di gerakkan.
"Lo takut ketinggian ya?" Suara jahil Jordi menyapa indera pendengaran Bilqis.
"E-enggak, kok!" Bilqis membantah.
"Tapi lo pejemin mata."
"Emang ada yang ngelarang buat pejemin mata? Gak ada, kan? Kalo lo mau ikutan tinggal ikutan aja."
Jordi mengambil tangan Bilqis. "Coba buka mata lo, liat deh indah banget."
Hal pertama yang di lihat Bilqis ketika matanya terbuka adalah matahari terbenam dengan indahnya. Ea.
"Nabila, liat sini dulu, gue mau ngomong."
"Ntar aja ngomongnya, udah nyampe paling atas nih."
Jordi menghela napasnya. "Bilqis-"
"Nabila aja. Kedengarannya aneh kalo lo manggil gue Bilqis."
"Oke, Nabila. Will you be my girlfriend?"
"Bukannya udah pacaran?"
"Ini lebih bagus, jadi terima." Jordi menggoyangkan tempat yang mereka duduki. "Terima gak? Gue goyangin terus nih."
"Mau pacaran kok maksa."
"Hehe, terima ya?"
"Karena lo udah baik sama gue jadi gue terima."
***
"Jo, pulang yuk. Gue ngantuk." Jordi mengangkat tangan kirinya untuk melihat arlojinya.
Jordi menatap Bilqis sekilas dan beralih ke ponselnya untuk menelpon seseorang. "Yuk." Jordi mengulurkan tangannya minta di gandeng.
"Ngapain ke parkiran mobil? Lo kan bawa motor." Jordi menggiring Bilqis ke mobil warna hitam di pojok.
"Biar lo bisa tidur."
"Bisa romantis juga ya lo."
"Kalo sama pacar apa sih yang enggak."

KAMU SEDANG MEMBACA
FEROX
Teen FictionNabila Qisa lebih akrabnya dipanggil Bilqis. Bilqis adalah seorang gadis yang populer dikalangan remaja. Memiliki keluarga yang sangat berkecukupan serta otak diatas rata-rata alias pintar, selain itu Bilqis cantik dan sangat ramah, baik kepada oran...