"Hoon, kantin skuy?"
"Sokin lah."
Hari ini tepat seminggu setelah hari pertama masuk sekolah. Dan Woojin sudah dekat dengan beberapa orang di kelasnya, Woojin juga sudah menemukan orang yang mungkin nanti akan jadi teman dekatnya.
Jezheciel Jihoon Juandino, atau Jihoon.
Woojin menemukan kecocokan dari Jihoon, mereka sama sama gemar dengan game. Dan kebetulan, dulu sekolah Woojin pernah bertengkar dengan sekolah Jihoon. Saat terjadi bentrokan, Jihoon dan Woojin sempat adu tonjok.
Bukannya memendam rasa tidak suka, mereka malah menjadi dekat.
Jihoon dan Woojin berjalan ke kantin bersama sambil sesekali bercanda. Mungkin tidak mereka sadari, banyak mata memperhatikan dan berbisik mengagumi mereka.
Sesampainya di kantin, mereka segera mengantri untuk mendapatkan makanan ringan. Setelah itu mereka duduk berdua di salah satu meja kosong di tengah ruangan.
"Jin, gimana? Lo udah mutusin buat ikut?" Jihoon memulai percakapan, tangan nya sibuk memotong daging di atas nampan.
"Gue masih mikir Hoon, lagian kalo ikut juga gue ga punya keahlian. La Regla kan cuman buat anak anak yang di pilih." Woojin menghela napasnya kemudian mengeluarkan sebuah kartu dari kantung baju nya.
Jihoon juga ikut mengeluarkan kartu yang sama dari kantung celana nya, "Jin, bukannya gue mau maksa lo, tapi sayang banget kalo lo nolak. Undangan kayak gini tuh cuman bisa lo dapet sekali doang. Lagian gausah khawatir tentang keahlian, kita kan udah kepilih."
"Iyasih Hoon, cuman ya, gue merasa gimana gitu, ga enak aja---"
"Permisi, boleh gak kita gabung? Gaada tempat lagi soalnya bro."
Jihoon dan Woojin langsung menengok ke arah sumber suara. Dua orang laki laki yang membawa nampan makanan tersenyum ramah ke arah mereka.
"Eh? Boleh kok, santai. Makan bareng sini." Jihoon membalas senyum ramah kedua lelaki tadi.
Mereka berdua langsung duduk di kursi kosong sebelah Jihoon dan Woojin dan menaruh nampan makanan mereka di atas meja.
"Kenalin gue Adjiwijaya Gibrani Markano, panggil Mark aja." Sapa si rambut hitam dengan senyum manis nya.
"Abimanyu Lucas Wong, cukup Lucas aja manggil nya. Kalo bisa sih, panggil aja Lucas ganteng." Kini giliran laki laki tinggi yang memperkenalkan dirinya dengan percaya diri.
'Anjir pede banget ni orang,' Batin Woojin.
"Untung beneran ganteng, kalo enggak lo udah gue tendang kali ke amazon biar bisa ketemu ama kembaran lo." Woojin reflek berbicara, kaki nya langsung di injak kencang oleh Jihoon.
"Tau aja lo Lucas punya kembaran di amazon." Kata Mark di akhiri dengen tertawa singkat.
"Siapa emang?" Lucas mengerutkan keningnya.
"Babi hutan."
Mereka tertawa bersama dengan candaan tiba tiba tadi. Lucas memang tidak memasukan candaan tersebut ke hati, maka dari itu ia ikut tertawa.
"Kenalin, gue Jihoon." Kemudian dia menunjuk Woojin dengan dagu nya, "Yang itu Woojin."
"Kayaknya kita beda kelas, gue ga pernah ngeliat lo berdua soalnya." Kata Woojin yang di angguki Lucas dan Mark.
"Kita berdua di X IPS 5, kalo lo berdua?" Balas Lucas.
"X IPS 1."
Mark melotot, "Kalian IPS? Gue kira anak IPA, soalnya muka kalian muka muka orang pinter."
"Muka gue mah emang muka muka anak rajin, tapi kalo mukanya Woojin—" Jihoon melirik sebentar ke Woojin. "Bukan orang rajin, malahan kayak kuli bangunan."
"Mana ada kuli bangunan mukanya ganteng kayak gue? Maap maap aja nih ya, kuli bangunan gaada yang banyak fans nya kayak gue." Bela Woojin untuk dirinya sendiri.
Mereka berbincang dan kadang bercanda sambil menghabiskan makanan masing masing. Untungnya mereka ber empat cocok di satukan, apalagi Lucas dan Woojin yang selalu menjadi bahan candaan.
Di tengah obrolan mereka, Lucas tidak sengaja melihat sesuatu yang tak asing bagi nya berada di saku seragam Jihoon. Sesuatu yang ia dan Jihoon sama sama dapatkan, kartu undangan dari La Regla.
"Lo dapet juga, Hoon?"
Jihoon berhenti mengunyah makanan nya, dan melihat ke arah mana dagu Lucas menunjuk. Ia mengeluarkan kartu undangan dari saku nya.
"Bukan gue doang, Woojin juga dapet."
Lucas melirik Mark sebentar, "Kita juga dapet. Kalian ada niatan buat masuk organisasi itu?"
"Kita sih, mau mau aja. Ada keuntungan nya juga lagian." Jawab Jihoon.
"Tapi---"
Baru saja Lucas ingin kembali membuka mulutnya, Mark langsung berdiri dan tidak sengaja membanting alat makan nya ke nampan sehingga berbunyi keras.
"M-maaf, gue duluan ya." Cicit Mark.
Lucas reflek menarik tangan Mark. Tapi Mark melepasnya kuat, dan berjalan tergesa gesa keluar dari kantin. Menyisakan Jihoon dan Woojin yang kebingungan serta Lucas yang menatap kepergiannya miris.
Seketika meja yang tadi nya ramai dengan candaan menjadi hening.
Woojin dan Jihoon sama sama bingung, mereka sebenarnya ingin bertanya. Tetapi melihat keadaan, sepertinya pertanyaan mereka harus di undur.
"Maafin Mark ya, dia masih belum bisa ngontrol diri. Maafin gue juga ya jadi bikin acara makan kalian keganggu," Ucap Lucas pelan sambil menunduk.
"Harusnya kita yang minta maaf bro, kita salah ngomong di depan dia. Sorry ya, buat bayar kesalahan gue, nanti gue traktir deh." Jihoon ikut meminta maaf, Woojin hanya mengangguk, menyetujui Jihoon.
"Btw, maaf kalo lancang, do he have any problem with La Regla?" Woojin menatap Lucas penasaran, "Or do you know something about them?"
Lucas mengangkat kepalanya, menatap ragu mata Woojin. Dia mengambil napas panjang.
"La Regla gak sebaik yang kalian pikir. They are so mysterious, di balik citra bagus nya, La Regla juga punya banyak rahasia."
———
Mark berjalan santai keluar dari gedung sekolah nya yang sudah sepi. Ia tidur terlalu pulas di ruang uks sehingga bangun dengan keadaan sekolah yang sudah kosong.
Sesampainya Mark di parkiran, tepatnya di depan motor miliknya, tiba tiba seseorang dengan motor thrill hijau neon dan helm full face berhenti di dekatnya.
Dia Woojin. Falendra Woojin Tri Atmojo.
"Yo, Mark!" Woojin turun dari motornya, setelah melepas helm dia menghampiri Mark yang masih berdiri di samping motornya.
Mark tersenyum simpul menyambut Woojin, "Eh Jin, belom balik?"
"Jongkok bro, do not ask."
Mark langsung berjongkok setelah Woojin merangkul pundaknya tanpa bertanya lagi.
Selang beberapa detik kemudian, sebuah peluru pistol jatuh tidak jauh dari mereka. Jika saja Mark tidak menuruti perkataan Woojin, sudah bisa di pastikan kepalanya akan di tembus oleh peluru panas tadi.
Mark terbelakak mendengar suara ledakan pistol yang tiba tiba. Woojin segera memalingkan wajahnya menuju arah datangnya tembakan, balkon salah satu koridor gedung sekolah mereka.
Walaupun samar karena Woojin tidak memakai lensa kontaknya, tetapi jelas bahwa seseorang yang menembak adalah salah satu siswa dengan syal hitam yang menutupi setengah wajahnya.
Siswa tadi sadar jika dirinya ketahuan oleh Woojin dan dia langsung lari menghilang dari sana.
Woojin berdiri, kemudian membantu Mark yang masih shock berdiri. Mark tetap membelakakan matanya kaget.
"Mark, i am so sorry." Woojin memegang pundak Mark yang bergetar.
"Tapi, lo di incer sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
initié, +99 line.
Fiksi Penggemar"sometimes some things do not match with our expectations, and even the reality can be worse." tentang mereka yang di sebut penguasa dan rahasia rahasia kecil dari sekolah mereka, uhphrodite, 2019.