13

182 23 2
                                    

Sementara tangan Yeri di tahan di atas kepala dengan tangan kanan Chanyeol, tangan kirinya sibuk membuka satu persatu kancing seragam Yeri.

Tank top hitam yang di pakai Yeri terlihat keseluruhan.

Chanyeol mencoba untuk mencium bibir Yeri, tapi dengan cekatan Yeri menghindar beberapa kali.

Dalam hati Yeri sudah merapalkan doa meminta ampun kepada Tuhan. Sekaligus berdoa meminta pertolongan.
Yeri ingin sekali menyumpahi Chanyeol, tapi saat ini bukan waktu yang tepat.

Yeri sebenarnya bisa berteriak meminta tolong. Tapi dia tidak bodoh. Semua ruangan La Regla pasti kedap suara, ia tidak ingin menghabiskan suaranya.

Di lain tempat, Yeji sudah menggeram menahan amarah nya. Ia ingin sekali menonjok wajah tampan Chanyeol, tapi tangan nya di tahan Changbin.

Ralat, pergelangan tangan nya di tahan Changbin dengan tenaga kuli.

Yeji sendiri bingung. Apa otak Changbin sudah berubah bentuk menjadi sebesar biji kacang hijau? Kenapa dia diam melihat Yeri di tindih oleh laki laki?

Apa jangan jangan Changbin sengaja menjadikan Yeri sebagai hiburan?, batin Yeji.

Yeji menggigiti bibir bawahnya. Oh Tuhan, ia benar benar tidak sudi jika Yeri berciuman dengan si bangsat Chanyeol.
Apalagi sampai tubuh Yeri di sentuh.

Yeji akan pastikan Chanyeol mendapat balasan yang setara.

Terdengar dobrakan pintu dari handphone milik Changbin. Yeji buru buru memicingkan matanya, melihat siapa yang datang.

"Kan udah gue bilang, kita tinggal tunggu. Ini semua udah ada di dalem rencana gue." Ucap Changbin sambil menghela nafas.

Sedangkan Yeri dan Chanyeol sama sama melihat ke arah pintu.

Mark tidak membuang waktu. Ia langsung menuju Chanyeol dan menonjok lelaki itu hingga terpental ke lantai. Matanya menatap Chanyeol marah.

Mark sibuk melihat Chanyeol yang kesakitan memegang pipi kiri nya. Lucas dan Yuqi juga ikut masuk ke dalam, mereka segera membantu Yeri keluar dari ruangan itu.

Yeri tidak dapat menahan senyumnya, rencana gila Changbin akhirnya selesai.

Dari depan pintu ia bisa melihat Mark melayangkan tinju an kepada Chanyeol. Garis bawahi, secara membabi buta. Dan lagi, tanpa ampun.

Setelah puas membuat Chanyeol bonyok sana sini dan pingsan dengan darah segar mengalir dari hidungnya, Mark langsung mencari keberadaan Yeri.

Ternyata Yeri masih menunggu di depan ruang La Regla. Beruntung sekarang masih jam pelajaran, jadi lorong ruang organisasi sepi.

Yeri sudah memakai seragamnya dengan benar. Dan ketika melihat Mark keluar, ia menatap Mark sambil tersenyum.

Yeri kehilangan akal sehatnya. Setelah kejadian beberapa menit yang lalu, ternyata ia masih bisa tersenyum.

Mark tidak mengatakan apapun. Ia segera berlari ke Yeri, tampang khawatir terlihat di wajahnya.

Kaget. Satu kata yang Yeri rasakan. Ia tersentak ketika tiba tiba Mark menarik nya ke pelukan, Yeri tidak bisa bereaksi saat tangan Mark memeluknya erat. Pikiran nya hilang secara tiba tiba.

Rasa hangat menjelar di tubuhnya. Telinga nya jelas mendengar suara degupan di dada Mark yang tidak beraturan. Kenapa Mark se khawatir ini?

Sesudah puas memeluk Yeri, tangan Mark naik ke wajahnya. Ia menangkup wajah Yeri dengan kedua tangan, kemudian menatapnya dalam.

"Lo gapapa kan? Gak ada yang luka kan? Lo di apain aja sama si brengsek itu?" Raut khawatir jelas terlihat di wajah Mark.

Yeri hanya tertawa canggung, "Gue? Gue gapapa kok, gapapa."

Sepertinya Mark tidak percaya apa yang di katakan Yeri. Ia menatap Yeri dari atas sampai bawah, mencari bagian tubuh mana yang terluka.

Yeri kembali merasakan sesuatu di perutnya. Perasaan aneh saat pertama kali bertemu dengan Mark. Apa sebegitu khawatir nya Mark kepada Yeri?

Enggak enggak, jangan kepedean dulu Yer. Dia pasti begitu juga gara gara trauma soal kakaknya, kata Yeri pada diri sendiri.

---

Yeri melamun di balkon kelasnya sambil melihat ke arah lapangan. Anak anak kelas Mark dan Lucas terlihat sedang dalam pelajaran olahraga.

Bel pulang masih 3 jam lagi. Dan beruntung nya, guru mata pelajaran Yeri saat ini sedang ada urusan. Makanya ia sendirian di balkon kelasnya.

Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, ia puas terhadap dirinya sendiri.

Pertama, ia membantu Mark menjebloskan pelaku pembunuhan kakak nya itu ke penjara.

Yeri lega karena si brengsek Chanyeol itu di bawa polisi setelah sadar dari pingsan nya.

Dan kedua, ia akan mendapat bayaran sebagai tanda terima kasih dari Changbin.

Omong omong tentang kejadian itu, Yeri jadi ingat perbuatan Mark kepadanya.

Seberapa besar ke khawatiran Mark padanya. Seberapa besar rasa peduli Mark terhadapnya.

Mungkin Mark trauma melihat kejadian seperti itu. Mark teringat kakak nya yang pernah di lecehkan juga.

Tapi entahlah. Jujur, Yeri sedikit membawa hati tentang kejadian tadi.

Sebuah tangan mendarat di pundak Yeri. Membuatnya berbalik dan langsung bertatapan dengan orang yang sedari tadi menganggu pikiran nya.

"Halo," Mark tersenyum manis. "Jangan bengong nanti kerasukan. Mikirin apaansi? Mikirin gue?"

"Kok lo jadi ketularan pede nya Lucas sama Woojin sih?" Yeri menatap Mark malas.

Sedangkan yang di tatap hanya tertawa. Mark bergerak ke sebelah Yeri, ikut melihat ke arah lapangan.

"Yer, makasih ya."

Yeri menengok, menatap Mark heran, "Thanks for?"

"Gara gara lo ngikutin rencana tolol nya Changbin, Chanyeol bisa dapet balesan yang pantes. Gue gatau dia bakal di kenain berapa pasal, tapi yang pasti orang tua gue juga bakal bikin dia di hukum mati." Ucap Mark panjang.

Yeri mengangguk, "Lo udah di kasih tau emang rencana Changbin apa?"

"Udah, dan emang rencana dia tolol abis. Bisa bisa nya dia bikin lo jadi umpan, ngasih tau gue di detik detik terakhir lagi. Kalo lo sampe beneran di cium sama dia, mungkin tadi dia udah mati di tempat." Kata Mark lagi, kemudian mengangkat bahunya acuh.

"Yang penting, sekarang masalah lo selesai kan? Lo bisa tenang sekolah disini sekarang." Yeri menampilkan senyum nya.

"Hari ini lo lagi mau makan apa, Yer?" Tanya Mark tiba tiba.

Yeri mengernyitkan dahi, "Gue sih lagi mau indomie, udah lama juga ga makan mie lagian. Kenapa tiba tiba nanya gitu?"

"Yauda balik sekolah bareng ya, nanti lo gue traktir makan mie di tempat biasa." Lagi lagi, Mark tersenyum. "Buat bales kebaikan lo, sekalian minta maaf gara gara hampir nyelaka-in lo."

Yeri tertawa canggung, "Lo ngajak gue nge date ceritanya?"

"Iya, kita nge date."

initié, +99 line. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang