Rindu dan Benci

827 38 0
                                    

Rezka POV

"Lo itu....naksir Rissa kan?" Tanya Eky padaku.

Aku mengangkat sebelah alisku. "Lo ngomong apasih?" Tanyaku pura-pura tidak mengerti. Dan dia tentu saja tidak akan percaya begitu saja.

"Halah...boong lo."

"Maksud lo apasih?"

Eky malah terkekeh kemudian melihatku lagi. "Jujur deh lo, keliatan banget tau gak! Lo bahkan ngomong pake 'aku-kamu' ke dia. Lha..gue yang sodara lo sendiri malah di 'lo-gue' in. Sakit hati dedek tuh.." ucapnya sok sedih.

"Emangnya...kentara banget ya?" Tanyaku pelan namun bisa didengar jelas olehnya.

"Hu'um kentaraa......banget!" Tekannya.

Aku menggedikkan bahu."Jadi sekarang lo udah tau jawabannya." Ucapku santai, aku tidak takut walau dia tau aku udah naksir bahkan sayang banget sama Rissa.

"Udah gue duga." Ucapnya diakhiri kekehan.

"Lo sendiri juga naksir kan sama Rissa?" Ucapku spontan! Ahh, sial...kenapa aku menanyakan hal ini. Aku tidak tau kenapa, tapi tiba-tiba mulutku yang bego ini mengeluarkan kata-kata itu. Dan kulihat Eky yang tadinya berwajah humor dan bercanda berubah seketika menjadi datar dan serius. Dia hendak keluar tanpa menjawabku ternyata. Tapi tangannya malah kutahan.

"Iyakan?" Tanyaku memastikan. Aku hanya penasaran, sumpah cuma penasaran.

Dia berbalik dan tersenyum. "Lo sendiri tau kan...gak mungkin gue bakalan suka sama cewek yang disukai sodara gue sendiri ka." Jawabnya. Setelah mengakhiri kalimatnya diapun segera keluar meninggalkan keheranan luar biasa di otakku. Bukannya tidak percaya, hanya saja....caranya mengatakan itu seperti tidak tulus. Aarrgh! Sudahlah, lagipula belum tentu Rissa suka sama aku.

Rezka POV end

-----

Mobil Gio melesat cepat membelah jalanan jakarta yang basah. Tumben sekali tidak macet.

Di dalam mobil Gio menyetir dengan santai, berbanding terbalik dengan perasaannya yang sangat kacau. Di sampingnya Rissa menggenggam tangannya dan hanya diam dengan wajah sembab dan mata tertutup. Gio tau dia tidak tidur, pasti sangat banyak yang adiknya itu pikirkan. Mereka pulang dengan orangtuanya? Tentu. Hanya saja menggunakan mobil terpisah. Gio menolak saat ibunya meminta dalam mobil yang sama. Dia sendiri tidak tau kenapa dia sangat membenci ibunya.

"Aku seneng Papa sama Mama udah balik."

Gio tersentak mendengar ucapan Rissa yang pelan dan datar itu. Dia melirik Rissa melalui ekor matanya karena dia harus fokus mengendalikan mobilnya. Rissa tersenyum.

"Kak...aku bahagia kita udah kumpul lagi." Ucapnya. "Aku harus minta maaf...karna lupa wajah mereka. Wajah orang tua aku sendiri." Lanjutnya. Gio benar-benar sangat marah mendengar itu. Dia menghentikan mobil kemudian hanya diam tanpa mengucapkan apapun. Rissa sendiri bingung kenapa mobilnya dihentikan, padahal rumahnya sudah cukup dekat.

"Kenapa berhenti kak?"

"Kamu gak salah Rissa!"

"Kak--"

"Kamu gak perlu minta maaf atas kesalahan apapun!"

"Kak--"

"Mereka yang salah!"

"Kak--"

"Diem Rissa! Dengerin kakak...mereka yang salah! Apapun itu mereka yang salah! Lima tahun Rissa...LIMA TAHUN!!!" Gio menatap Rissa bengis membuat Rissa menatapnya tidak percaya. Air menggunung di pelupuk mata Rissa, hanya tinggal menunggu sampai air itu tumpah.

"Lima tahun itu bukan waktu yang sedikit...." Ucap Gio lebih pelan. "Mereka ninggalin kita seneng-seneng di luar sana tanpa mikirin kita sedikitpun. Mereka bahkan gak ngabarin kita selama lima tahun itu...." Lirihnya. Sangat sakit ketika mengatakan beberapa patah kata itu.

Rissa mendekat dan mengulurkan tangannya ke wajah Gio. Dia menghapus air mata yang mengalir di pipi kakaknya. "Kakak...pasti sakit banget ya." Rissa menunduk. "Aku pasti nyusahin kakak selama Papa sama Mama gak ada. Aku bener-bener adik yang nyebelin..hiks..hiks..." Rissa menangis kian sesenggukan.

Gio meraih pundak Rissa yang bergetar kemudian memeluknya. "Udah kakak bilang kan kamu itu gak salah sedikitpun. Kalaupun ada yang salah itu cuma Papa sama Mama..." lirihnya.

"Maafin kakak Rissa...Maafin kakak...." Gio mempererat pelukannya. "Maafin kakak...." Gio terus saja mengucapkan kata maaf.

Rissa membalas pelukan hangat kakaknya. Air tidak berhenti mengalir dari matanya sampai membuat baju Gio basah. "Kenapa...ka-kakak minta ma-maaf...hiks..kakak gak salah apa-apa...sa-sama Rissa..hiks.."

"Maafin kakak..."

.
.
.
.
.
.
.
Greget pengen tamatin ceritanya cepet-cepet! (Sok banget padahal otak aja buntu mikirin kelanjutan part selanjutnya:v)


Salam manis_haniza❤

LOVE YOU MY ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang