Bandara

773 38 0
                                    

Akhirnya berangkatlah Angel, Rezka, dan Rezky dengan Rezky yang menggunakan mobil terpisah yang katanya ingin pergi ke suatu tempat nanti sewaktu pulang dari bandara. Sebenarnya itu hanya alasan, dasar rezky! Dia hanya ingin menghindari kebawelan Mamanya yang tidak pernah setengah-setengah dalam bicara.

Setelah dalam perjalanan selama 2 jam sampailah mereka di bandara. Mereka duduk di kursi berderet yang diisi oleh banyak orang yang hendak menjemput seseorang ataupun bepergian ke luar negeri.

"Mm...ma, aku pergi beli minuman dulu ya." Ujar rezka seraya bangkit dari duduknya.

"Iya sana. Hati-hati ya! Awas nyangkut di koper orang." Angel terkekeh kecil.

"Yaelah Mama...doanya aneh bener deh. Mending nyangkut di hati orang. Hehehe..."

"Makanya cari pacar dong biar ga nyangkut ke mana-mana hati kamu tuh. Haha..."

"Ehh, gue ikut juga dong." Rezky bangkit mengikuti rezka.

"Ck, ngapain lo ikut?" Rezka mendengus.

"Dihh, bangga dong lo jalan ama orang seganteng dan setampan gua." Ucap Rezky dengan bangganya.

"Narsis boleh tapi jangan sampe kelewat batasss..yang ada kesannya norak!"

Rezky meninju bahu saudaranya dan cengengesan. "Tapi, gue beneran ganteng kan?"

"Sombong terosss!? Padahal noh liat wajah kita tuh sama!"

"Ya ampun ka...segitu bangganya lo yah punya wajah sama kek gua."

"Berisik!"

"Yaelah bilang aja lo-"

"Ssstt! Kalian berdua sama-sama ganteng dan tampan! Jangan berisik ini bandara! Muka sama persis aja sampe ributin siapa yang lebih ganteng dan tampan!" Angel menegur kedua putranya yang terus saja berdebat tanpa tau tempat.

"Ettdah Mama...ini bukan rumah sakit kali sampe-sampe gak boleh ribut." Ujar rezka.

"Ya udah sana. Kan kalian mau pergi beli minuman."

"Dih, mama ngusir nih ceritanya." Ucap rezky.

"Eky, lo diem gih temenin Mama. Kasian sendiri, ntar kalo kenapa-kenapa gimana?" Rezka khawatir.

"Ya ampun ka. Mama bisa kali jaga diri, kamu ini berlebihan deh. Sana-sana kalo kalian berantem terus kapan pergi beli minumnya?"

"Iyadeh Ma. Mama hati-hati ya, kalo ada apa-apa telpon kita aja!" Rezka melangkah dan melambaikan tangannya.

"Ehh, buset tungguin gue!" Rezky berlari mengejar rezka.

Angel geleng-geleng kepala melihat kedua putranya. Dia sangat bersyukur walaupun rezka dan rezky selalu ribut namun tetap akrab dan damai. Damai apaan coba? Padahal kaga pernah damai tuh dua bocah!

-----

Rissa mengurungkan niatnya untuk pergi berolahraga pagi di hari minggu yang cerah ini karna dia mendengar kakaknya sedang berbincang dengan seseorang di telpon.

Pintu kamar Gio yang sedikit terbuka membuat suaranya terdengar hingga luar, mungkin Gio tidak sadar.

"Kenapa tiba-tiba!? Kenapa gak bilang dulu dari kemaren!?"

"......"

"Gio..bukannya gak terima, tapi Rissa!? Gio gak tau harus bilang apa sama Rissa!"

Rissa semakin penasaran dengan percakapan itu. Siapa yang menelpon dan membuat kakaknya marah sepagi ini? Ahh...Rissa tidak tau, tapi dia akan mencari tau. Bukan Rissa namanya kalau tidak memecahkan ke-Kepo-annya.

Rissa tersentak saat melihat kakaknya yang memasukkan telepon ke dalam saku dan hendak keluar kamar. Dia segera menjauhkan telinganya dari pintu dan berjalan santai ke bawah.

"Rissa!?"

"Ehh, iya kak. Good morning." Rissa membalikkan badannya menghadap Gio.

"Mau kemana kamu?"

"Ini Rissa mau olahraga, biasa lari-lari keliling kota."

"Seriusan kamu!?"

"Tapi boong. Hehehe..."

"Hadeh."

"Lagian kakak sih, palingan Rissa cuma lari sekiteran sini doang."

Gio menghampiri Rissa dan mencium kepala Rissa lama. "Yaudah kamu hati-hati ya. Kakak mau keluar sebentar, ada urusan."

"Kemana?"

"Ada deh."

"Yah, kakak gak seruu.." Rissa mengerucutkan bibirnya.

"Terus yang seru apa ris?"

"Makan!"

Gio terkekeh. "Yaudah nanti kalo balik kakak beliin sesuatu buat kamu makan deh, sabun misalnya."

"Yaelah kak...itumah kagak di makan!"

"Terus?"

"Di blender terus kulkas, jangan lupa tambahin susu kental manis sama marjan secukupnya!"

"Terus?"

"Kak Gio minum!"

"Kamu mau racunin kakak?

"Mm...niatnya sih gitu! Hahaha..."

"MasyaAllah Ris..tega bener kamu sama kakak sendiri!"

"Cuma niat doang kak..."

"Kira-"

"Praktekinnya nyusul setelah niat."

"Astagafirullah ampunilah dosa hambamu ini ya Tuhan. Kenapa hamba punya adek sewaras orang gila." Gio mengelus-elus dadanya pelan.

Pletak!

"Harusnya kakak tuh bersyukur punya adek kek aku nih!"

"Apa yang harus di syukurin dari kamu ris?" Gio mengusap dahinya.

"Kaga doyan jailin kakaknya."

"Kamu bilang ap-"

"Doyannya isengin kakaknya doang. Hahahah...."

Gio menjadi geram sendiri kalo ngomong sama Rissa. Suka sekali adeknya itu memotong ucapannya. Diapun mencubit pipi Rissa gemas.

"Aduhh sakitt tauuu!" Rissa melepas paksa tangan Gio dari pipinya dan agak menjauh.

"Kamu sih! Yaudah kakak mau pergi dulu."

"Kak Gio! Rissa serius nanya...." Raut wajah Rissa yang tadinya humor sekarang tidak ada lawak-lawakannya. Sangat serius!

"Kakak~...mau kemana?"
.
.
.
.
.
Duh jadi greget sendiri pengen tamatin ceritanya cepet-cepet!
Ehh,,buat cerita ini aku gak mau ngasi
visual-visual gitu ya. Jadi~ kalian bebas berimajinasi;)




Salam manis_haniza❤

LOVE YOU MY ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang