Khawatir

713 40 4
                                    

Jadi guys, ini sebenernya mau update 3 hari yang lalu ll. Tapi, malah lupa. Hehew, sowwy ya:v

-----

Rezka POV

Entah sudah putaran keberapa ini. Dari sepulang sekolah aku hanya memutari kamarku.

"Kamu kok muter gitu Rez?" Itu Mama.

"Ma!?" Aku mendengus. "Ketuk pintu dulu napa." Ucapku.

Mama terkekeh. "Kenapa hah?" Tanya Mama. Dia mendekati kasurku dan duduk di bibir kasur. Aku melakukan hal yang sama.

"Nggak kok." Ucapku.

"Aneh kamu." Mama memutar bola matanya. "Anterin Mama yuk, ke toko kue langganan. Mama lagi pengen makan pie susu." Ucap Mama.

"Iya Ma." Entahlah, aku tak bisa menolak permintaan bidadari di hadapanku ini. "Mau langsung sekarang?" Tanyaku.

"Terserah kamunya." Jawab Mama.

"Yaudah. Rezka ganti baju dulu. Abis itu kita berangkat." Mama mengiyakan. Mama keluar dari kamar dan wajahku kembali khawatir. Aku khawatir padanya. Anak nakal itu. Aku takut dia tidak pulang kerumah lagi, seperti waktu itu. Hari dimana dia bertengkar dengan Rissa, dia menginap di hotel semalaman. Dan hari ini aku khawatir dia akan menginap di bawah emperan atau jalanan atau juga di club malam. Ahh, tidak mungkin. Rezky tidak mungkin seperti itu.

Aku segera mengganti baju dan keluar. "Yuk Ma." Ajakku.

Mama menoleh, dia tersenyum. "Ayo."

-----

Warna oren itu menyebar di langit, di arah barat. Mengerubungi matahari yang sudah mengantuk dan ingin beristirahat. Mama keluar dari toko. Ya, sedari tadi aku menunggu di luar. Hanya bersandar pada mobil, sambil sesekali mengecek ponsel tanpa bosan. Tentu saja kalian tahu alasannya, bukan? Di ponselku ada gambar gadis cantik yang menggemaskan.

"Kok di luar?" Tanya Mama padaku.

"Kenapa?" Aku bertanya balik.

"Gak capek berdiri?" Mama please, Rezka gak lemah.

"Gak lah."  Jawabku. Aku mengambil kantong plastik yang di genggam Mama. Membukakan Mama pintu. Mama tersenyum lembut melihat perlakuanku.

"Makasi." Ucapnya. Aku hanya mengangguk. Kemudian, aku berjalan ke pintu kemudi dan masuk. Kuletakkan kantong plastik itu di belakang dan bersiap menyalakan mobil. Aku sempat melihat ke arah toko kue, disana ada gadis yang berdiri menghadap ke arahku. Kami sempat bertemu pandang, dan setelahnya aku mengemudikan mobil menjauh dari toko itu.

"Rezka."

"Iya Ma?" Sahutku tanpa menoleh, aku pokus ke jalanan. Meski sudah mendapat SIM, tetap saja jika membawa orang-orang yang masuk dalam daftar 'kesayangan-ku' aku masih benar-benar khawatir. Bagaimana jika aku lalali? Bagaimana jika aku membuat mereka dalam bahaya? Aku menggeleng keras, menepis segala pemikiran buruk itu.

"Mama mau tanya sesuatu." Mama agak mendekatkan badannya.

Aku terkekeh. "Tanya apa Ma?" Aku melirik Mama sebentar. "Ngerasa lagi gibah sama Mama sendiri, Hahaha.."

"Kamu mah!" Mama memukul lenganku pelan. Dia juga terkekeh.

"Iya, Rezka kenapa?" Tanyaku.

"Bisa aja." Mama terkikik.

"Ha?"

"Udahlah lupakan." Mama mengibaskan tangannya, Mama kembali menegakkan tubuhnya.

"Kenapaaa Maaaa?" Tanyaku panjang.

"Udahlah, kamu mah becanda terus!" Mama mengibaskan tangannya lagi ke arahku.

"Mama? Bilang aja ma, mau tanya apasih lagian?" Tanyaku.

"Tapi jawab yang jujur ya?"

"Emm."

"Tuh kan!"

"Iya, iya." Aku terkekeh. Senang juga menggoda Mama. "Jadi, mau tanya apa?"

"Ini soal Eky." Oh my Gosh, padahal aku daritadi berusaha banget buat gak bahas Rezky. Aku diem aja gak jawab. Masih bingung, mau jawab apa , kalau misalnya Mama nanya dimana Rezky? Rezky? Rezky? Ahh, pusing mikirin jawaban.

"Ka?"

"I-iya Ma?"

"Kok kamu diem?" Mama mengernyit.

"Nggak kok."

"Ini Mama mau nanya! Kamu ini!"

"Yaudah tanya aja Ma." Ucapku.

"Eky gimana di sekolah?" Aku pikir Mama bakalan nanyain Rezky dimana.

"Maksudnya?"

"Ya, dia gimana? Nakal gak? Bandel gak?" Oh, aku pikir mau tanya apaan.

"Ya gitu." Jawabku. Entahlah, aku bingung mau jawab apaan. Mau jawab iya, tapi dia gak pernah langgar aturan. Mau jawab nggak, tapi tadi pagi....

"Gitu gimana?" Mama melihat ke arahku.

"Nggak nakal kok Ma." Jawabku, aku tersenyum tipis. Kudengar Mama menghela napas.

"Bagus deh." Ucapnya.

"Oh iya, Ma." Aku ingin menanyakan ini daritadi.

"Kenapa?"

"Eky... kira-kira udah pulang belum?" Aku bertanya dengan sangat pelan.

"Loh, kamu nggak tau?"

"Kenapa?" Aku mengernyit heran. Aku menghentikan mobil, kami sudah sampai di rumah. Namun, masih diam melanjutkan percakapan.

"Dia tadi telpon Mama. Eky bilang kalo dia ada tugas kelompok. Jadi, dia pulangnya telat." Wajah Mama sangat santai. Aku sedikit terkejut sebenarnya.

"Oh gitu, ya?" Aku mencoba menjawab sesantai mungkin. Rezka melihat keluar, gerimis.

-----

Author POV

Rissa berjalan dengan sangat pelan. Dia berbohong kepada kakaknya, mengenai menginap di rumah Vanya. Dia pulang dengan berjalan kaki. Tersenyum sesekali saat ada orang yang melewatinya di trotoar.

Apakah jalan dari sekolah menuju rumahnya jauh? Jangan ditanya, sangat jauh. Rissa berhenti di depan minimarket. Masuk dan membeli sebotol Sprite. Setelah itu, duduk di depan minimarket. Mengeluarkan jaket berwarna pink-nya dan memakainya untuk menutupi seragam sekolah.

"Permisi." Rissa mendongak mendengar suara berat khas cowok itu. Rissa tak menjawab, dia malah melipat tangan di atas meja dan menjatuhkan kepalanya disana.

Cowok itu menyesap minuman bersoda di tangannya. Sesekali dia melirik ke arah cewek di depannya, wajah cewek itu terlihat sangat kusut dan lelah.

"Jangan ditatap!" Rissa menyentak cowok itu sampai tersedak. Rissa terlihat panik, dia jadi merasa bersalah karena cowok itu tak berhenti batuk. "Sorry-sorry."

Rissa mengulurkan minumannya, padahal di tangan cowok itu juga menggenggam minuman. Namun, tangannya malah di genggam saat menyodorkan minuman itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sorry ya guys, kalo kelamaan updatenya. Pahamin aja ya, musim banyak tugas. Apalagi cerita saya nambah satu. Udah pada tau, belum? Saya buat cerita horor loh, cek aja langsung. Jangan lupa Vote ya😊

Salam manis_haniza♥️

LOVE YOU MY ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang