Pilu

1K 44 3
                                    

Guys part ini khusus Gio lagi ya. Rissa nya part depan aja, hehe.

Ada yang mau aku bikin cerita Gio gak?
.
.
.

Gio mengantar Rissa ke sekolah.  Katanya dia akan menginap di rumah Vanya nanti malam, jadi dia tak ingin membawa mobil sendiri.

"Diem aja Ris." Tegur Gio. Tak biasanya Rissa jadi pendiam seperti sekarang. Apalagi bersama Gio, dia biasanya akan cerewet.

"Hm." Rissa memandang ke luar jendela. Kepalanya terasa berat. Dia kurang tidur semalam.

"Makasih kak." Rissa menutup pintu mobil.

Mobil Gio melesat meninggalkan sekolah Rissa. Dia tak ada kelas pagi ini, lagipula dia malas ke kampus.

Pikiran Gio sedang kacau. Kepalanya dipenuhi oleh Lilis, Rissa, dan Orangtuanya.

Krittt!

Gio mengerem secara mendadak saat melihat pejalan kaki yang di jalan. Dia tidak pokus pada jalanan.

"Sial!" Gio segera keluar dan mencari sosok yang ditabraknya. Gadis itu pingsan. Gio mengusap wajahnya kasar. Dia segera meminta bantuan pada tukang ojek yang lewat untuk mengangkat barang yang dibawa gadis itu, sementara Gio mengangkat tubuh gadis itu ke dalam mobilnya.

-----

"Dia hanya pingsan, jangan khawatir. Sebentar lagi pasti sadar."

"Gak ada yang luka kak?" Tanya Gio pada dokter di hadapannya. Dokter ini merupakan kakak kelasnya dulu di SD. Gio lupa dia siapa, yang dia ingat bahwa dokter ini merupakan kakak kelasnya. Dan tipikal yang ramah di mata Gio.

"Nggak ada. Mungkin dia cuma terlalu kaget sampai-sampai pingsan begitu." Ucap dokter seraya tersenyum. "Kalo gitu saya tinggal dulu ya. Masih ada pasien." Lanjutnya.

"Iya kak. Makasih ya." Ucap Gio. Lalu dia masuk ke ruangan sepeninggalnya dokter itu di hadapannya.

Gio berdiri di samping ranjang. Dia melihat gadis yang terkulai di atasnya.

Aku merasa pernah bertemu dengannya. Tapi.....dimana?

Gio memang merasa tak asing dengan wajah itu. Gio adalah orang yang tidak mengingat bagaimana setiap orang berlalu lalang di kehidupannya. Jadi dia mudah lupa wajah seseorang jika hanya melihatnya sekali ataupun sekilas.

Gio menggedikkan bahunya acuh tak acuh. Dia membuka ponselnya dan mencari-cari akun Lilis di Instagram. Benar, dia menjadi stakler dari seorang Lilis. Bukan ada perasaan khusus, tapi dia hanya merasa khawatir. Sial, dia teringat pada surat yang diberikan Lilis waktu itu.


Sampai Jumpa Gio jelek, sinting, dan nyebelin.

Gio hanya menggenggam surat itu tanpa berniat membacanya. Malam semakin larut. Dia duduk di sofa empuk yang di sediakan di balkon. Matanya menatap kosong. Satu kata yang bisa menggambarkan keadaaanya saat ini.

Kacau.

Ya, seperti itulah. Pikirannya berkecamuk tidak teratur. Di samping keadaan keluarganya yang tidak menghangat, sekarang pikirannya bertambah lagi. Otaknya seakan sudah tidak menampung masalah lagi. Sedikit saja masalah menyelip di otaknya, dia merasa akan benar-benar kehilangan kewarasan.

Gio tertawa miris. Dia meremas surat di tangannya.

Setelah beberapa lama, dia menjadi penasaran. Sangat penasaran. Akhirnya dia mengumpulkan keberanian untuk membaca surat itu.

LOVE YOU MY ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang