feby putri-Halu🎶
•••
Siders=orang galau
Vote! Jangan mau jadi orang galau.•••
Sang Surya sudah siap dengan sinarnya untuk menghangatkan bumi.
Sherill mengerjapkan matanya, untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kornea mata.
Kepala masih terasa pening, dan sekarang ia sadar bahwa bukan di kost nya, ia bangun dari tidurnya, dan ia tak tau harus berbuat apa, karena ini bukan rumahnya, ia nampak mondar-mandir tak jelas di pinggir ranjang, ia menggigit bibir bawahnya.
Keadaan kamar yang berantakan dengan serakan majalah.
Suara pintu yang dibuka dari luar sana, membuat gadis itu senang. Akhirnya datang seorang wanita paruh baya, sepertinya itu simbok.
"Mbok?" Tanya sherill.
"Iya non, ini makan dulu" jawab si mbok seraya menyodorkan sebuah mangkuk berisi bubur.
"Ngga usah mbok, aku mau sekolah aja, ada ka Gavin?" Mbok hanya mengangguk.
Dan mbok pergi keluar kamar, tak lama datang Gavin yang sudah siap dengan seragam putih putihnya.
"Ka Gavin aku harus pulang, aku mau sekolah" Gavin menatap datar.
"Kaka"
Tanpa kata kata Gavin mendekati gadis yang hanya setara dengan pangkal lehernya, lalu Gavin menempelkan pipinya ke kening sherill, parfum khas pria itu begitu tercium jelas oleh sherill, karena jarak mereka begitu dekat.
"Keningmu masih panas" sherill menggeleng.
"Apasi ka, sentuh sentuh, ka Gavin apain aku? Hah? Jujur?"
"Saya tidak tertarik dengan tubuh lidi mu" ucap Gavin datar, tak berekspresi.
Sherill menatap Gavin kesal.
"Aku sekolah aja ka. aku cuman pusing dikit" lagi lagi Gavin menatap gadis di depannya dengan datar dan mengerutkan keningnya.
"Terserah, seragammu?" Ucap Gavin acuh tak acuh.
Sherill menepuk jidatnya.
"Yaampun, kan aku cuci di kost arghhh, tapi kayanya udah kering, yaudah ka Gavin aku mengucapkan terima kasih banyaaaakkkkkk atas bantuan Kaka, sekarang aku pulang dulu, nanti bajunya aku cuci." Ucap sherill yang diiringi oleh tatapan datar Gavin.
Gadis itu masih berada di dalam kamar, merapikan ranjang tempat ia berbaring dan tak lupa dengan majalah yang berserakan.
"Udah rapi, sekarang aku pulang" ucap sherill seraya meraih tangan Gavin dan mencium nya.
Gavin yang mendapat perlakuan itu membelalakkan matanya dan mengerutkan dahinya.
"Apaan si" ucap Gavin ketus.
"Emang gabole ke Kaka kelas cium tangan? Ngga cium bibir ini kali ka"
"Emang mau?" Tanya Gavin dengan seringai menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Inside [Revisi]
Подростковая литератураTak habisnya aku dibully, tak habisnya aku di caci dan di maki. Dan bodohnya, aku malah menyukai kaka kelas yang selalu membully ku tanpa henti. Tapi semakin aku di bully olehnya, semakin rasa suka itu tumbuh menjadi rasa cinta. Cover by:Maaljs