[XIII] TBI [Revisi]

49 2 3
                                    

Brughhhh

Aaarghhh ceroboh sekali gadis ini, hingga tidak melihat ada kaki yang menyandungnya.
Tubuhnya terbaring di atas lantai lorong. Sang pemilik kaki hanya tersenyum tipis menatap korbannya yang sedang meringis kesakitan.

Kesakitan yang diiringi tawa dari yang melihat adegan itu. Sherill menatap sang pemilik kaki, dia adalah Leo. Leo mengangkat sudut bibir kirinya dan melipat tangannya di depan dada.

"Malu ya?" Ucap nya seraya mendekati sherill Leo menjambak rambut sherill.

"Kenapa si lo ngga keluar aja dari sini" pria berdarah dingin itu melepas tangannya dari rambut sherill dengan kasar. Dan berlalu pergi

Kali ini sherill tidak tahan, ia tidak kuat lagi dengan penyiksaan ini, ia ingin melawan tapi nyali nya belum cukup untuk bisa melawan pria favoritnya.

Sherill melepas sepatu lusuh nya, dengan keberanian sebesar Merapi, ia melempar ke arah kepala Leo.

Brakkkkk

Leo tau siapa pelakunya, tanpa membalikan tubuh, Leo menoleh ke arah sherill. Senyum licik dari Leo terlihat oleh sherill membuat ia menyesal melempar sepatunya. Pasti akan ada sesuatu besar terjadi.

Perlahan tapi pasti membalikan tubuhnya, perlahan juga, ia menghampiri gadis itu.
Mengambil sepatu yang sudah mengenai kepala bagian belakang.
Dengan kecepatan bak kecepatan cahaya:v sepatu lusuh itu ia kembalikan kepada sang pemilik dengan kencang bahkan sangat kencang, hingga sepatu itu mengenai kepala sang pemiliknya sendiri.

Kali ini sherill mendapat rasa sakit 2 kali dari Leo. Tenaga Leo yang begitu besar untuk melempar sepatu. Kepala sherill berdenyut tak karuan. Kini Leo sudah dekat.

"Udah berani lo sama gue hah?" Semrik Leo berhasil membuat sherill ciut.

Kebetulan yang sangat di rencana kan, ada ember berisi air bekas pel, senyum Leo semakin merekah. Perlahan Leo mengambil ember itu, tak disangka. Dengan wajah tanpa dosa ia tumpahkan isi ember tersebut ke atas kepala sherill. Bau dan kotor yang sherill dapat dari air tersebut.

Mendapat perlakuan tersebut, sherill hanya memejamkan mata.

"Air nya sama kaya lo, sama sama kotor"

Sherill mengepalkan tangannya. Kali ini ia tidak bisa tinggal diam, ia harus melawan. Bagaimana pun hampir ratusan kali disekolah ini ia diperlakukan tidak adil.

Di ember tersebut masih ada sekitar 1/4 air tersisa. Sherill tersenyum ke arah Leo, sedangkan tangannya, menyentuh ember. Dengan susah payah sherill menjinjitkan kaki untuk memperlakukan Leo seperti yang Leo lakukan padanya sekarang. Dengan perlahan juga sherill menumpahkan seluruh isi air bau nan kotor.

"Kaka juga ngga beda sama air nya, sama sama kotor"

Leo membulatkan matanya tak percaya, bagaimana bisa gadis ini berani melawan nya?

Dengan sangat cepat, sherill berlari ke lantai 1. Tapi Leo tidak tinggal diam, ia mengejar gadis yang membuat nya basah dengan bau dan kotor.

Sambil berlari air mata sherill keluar tanpa memberi tahu. Kini sherill berada di toilet siswa, isak tangis yang memenuhi toilet, dengan gema yang begitu khas.

Kini Leo tau gadis itu berada, semrik senyum licik nya begitu jelas tercetak.
Perlahan ia memasuki toilet, melihat gadis yang sedang menundukkan kepala dan memeluk lutut nya sendiri.

"Lemah" suara yang tidak asing di telinga sherill. Membuatnya mengangkat kepala dan berdiri.

"Mimisan lagi? Gue semakin yakin, lo ngga akan lama lagi disini" sherill melihat keadaannya di depan cermin toilet. Yang di katakan Leo tidak salah, hidung sherill di penuhi dengan darah segar yang mulai keluar. Dengan segera, sherill membersihkan darah yang bisa jadi semakin dibiarkan semakin banyak.

"Kak, sebenarnya salah aku apa?" Ucap sherill seraya mendekati Leo. Suara yang lemah dan lembut di telingan leo, membuatnya tidak tega, apalagi darah di hidungnya semakin banyak.

"Yak— ya gue gak suka aja orang miskin sekolah disini, bisa-bisa reputasi sekolah ini ancur" sherill mengerjapkan matanya beberapa kali, pandangannya kabur, keadaan tubuhnya pun oleng, hingga akhirnya, tubuh sherill ambruk di dada bidang Leo.
Leo terkejut tak kepalang, ia tak tau apa yang harus di perbuat.

"Aaarghhh emang Nyusahin!!!!"

"Gue harus gimana? Kalo ke UKS, bisa-bisa dia ngomong kalo gue udah bikin dia kaya gini"

"Kalo ngga ke UKS kemana lagi?"

Leo memikirkan apa yang harus dilakukan.
Leo menatap gadis yang menempel di dadanya,  kulit putih, hidung yang tidak terlalu pesek dan rupa yang imut. Leo menyibak rambut sherill yang basah untuk di kaitkan ke belakang telinga. Tak disangka kedua sudut bibir nya terangkat, mencetak senyum manis disana.

"Buset!!! Gue kenapa? Bener kata orang dikamar mandi banyak setannya." Tanpa kata kata lagi, Leo mendekap tubuh mungil gadis ini.

✨✨✨

Kini sherill berada di sebuah ruangan besar, ruangan bernuansa putih, dengan barang-barang mewah. Kau tau? Sherill berada di rumah Leo. Tidak mimpi lagi ia bisa menginjakkan kaki di rumah si aktor halu.

Leo berada di dalam kamarnya, melihat sherill tegah terbaring menutup matanya.
"Sebenarnya dia cantik si, tapi sayang. Miskin"
Kedua sudut bibir Leo terangkat, ia mendekat kan wajah nya dengan wajah sherill.
Napas sherill yang lembut menyerbu wajah Leo, leo tersenyum di depan wajah sherill yang berjarak beberapa senti.

Sherill mengedipkan kedua matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kornea matanya.

Leo mengangkat wajah nya dan membuka mulutnya.

"Apa yang gue lakuin" dengan cepat Leo keluar dari kamarnya.

Sherill memijat keningnya yang masih terasa pusing. Dilihatnya keadaan sekitar.

"Tadi aku mimpi kak Leo mau cium aku?"

Ia batu sadar dengan keadaan tubuhnya, ia tidak lagi memakai seragam sekolah.

"Aaaaaaaaaa" teriaknya dengan sangat keras.

Tiba-tiba seorang pria bernama Leo membuka pintu melihat gadis itu dengan kesal.

"Apasi teriak-teriak"

Sherill terkejut bukan kepalang, melihat siapa yang datang. Dengan spontan ia melempar bantal, guling yang dekat dekatnya.

"Kaka brengsek"

"Kurang ajar"

"Mana mama nya? bakal aku kasih tau kelakuan anaknya"

Leo menggeram kesal, ia menghampiri sherill.

"Heeehhhh lu kira di rumah segede ini ngga ada pembantu?" Sherill yang berniat melempar bantal kini di arsipkan:v.
Betul juga apa yang dikatakan Leo, rumah seperti istana ini tidak ada pembantu?.
Sherill mengangkat bibirnya tanda malu.

"Eheheh maaf ka"

"Cepet keluar ini kamar gue, di panggil mama"

•••

Saran
Baca dari awal, ada beberapa part aku ubah.

Vote

The Beauty Inside [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang