[XVII] TBI [Revisi]

91 3 3
                                    

Seperti apa yang Alex katakan, sore ini ia akan mengajak sherill ke Mall. Entah untuk apa Alex mengajak sherill.

"Mau apa ka?"

"Pertama, lo minta ngundurin diri jadi office girl disini karena lo udah punya 2 pekerjaan sampingan, sebagai pengisi acara di Cafe star dan sebagai guru privat gue"

"Euu tapi ka ——"

"Udah, gue bayar ko"

"Bukan itu, aku kayanya ngga bakal belajar bareng lagi"

"Itu mau lo?? Okeh ngga apa apa tapi besok Leo bakal tau semua nya"

"Kak aku mohon jangan!"

"Yaudah lo nurut aja ngga susah ko"

Sherill tidak bisa berkutik lagi, kini ia terjebak di tengah lingkaran api seolah olah ia akan terus berada di tengah tengah sampai api itu padam.

•••
"Udah?" Baru saja sherill keluar dari ruang sekretariat ia harus di kagetkan dengan suara Alex. Kepala sherill hanya mengangguk lemas.

"Okeh, sekarang kan masih jam lima" ucap Alex seraya melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tanga.

"Kita jalan-jalan dulu gimana? Setelah itu gue anter ke kost terus belajar bareng dan lo manggung. Gimana?" Sherill menjadi dibuat bingung dengan ucapan Alex. Ia teringat akan ucapan maya yang kasar untuk menjauhi Alex.

"Ayo buru" mau tak mau, ia harus menurut kepada Leo. Sherill membuntuti Leo bak induk ayam dengan anak nya

"Barengan dong" tangan Alex dengan lembut menarik pergelangan tangan sherill.

Sherill mengira, pergelangan tangannya akan di lepas saat itu juga oleh Alex. Tapi nyata nya, Sampai ia berada di sebuah toko pakaian, tangan Alex tetap setia melingkar di pergelangan tangan sherill.

"Lo cobain bajunya"

"Iya ka tapi anu eu itu——"

"Anu? Jangan bikin gue ambigu. Apasi?"

"Tangannya lepasin dulu hehe" nada sherill yang hati hati membuat Alex malu sendiri.

Dress merah elegan begitu cocok dengan tubuh sherill. Bagian lengan yang yang dipotong sampai lengan atas, memberi kesan mewah untuk gadis ini.

Di pandang nya sherill dalam dalam oleh Alex hingga tidak disadari kedua sudut bibir Alex terangkat kagum.

"Cantik" samar samar sherill mendengar kata seperti itu, hingga ia tidak yakin apa kata itu untuk dirinya?.

"Apa ka?" Sadar akan ucapan barusan, Alex menjadi salah tingkah, mengalihkan pandangan ke sekitar.

"Eu ngga ngga itu tadi ada cewe cantik lewat, iya cewek cantik lewat"

"Ouh gitu" sherill menganggukkan kepalanya berkali kali.

"Mb, ini dress bungkus satu"

"Eh ngga usah ka, aduh ngga ngga"

"Udah ambil, dress lo pada norak tau ga? Setidaknya ini bisa di pake buat performance di Cafe star" bohong sekali, sejujurnya Alex kagum dengan sherill yang memakai dress tosca yang sherill pakai kemarin malam.

"Ambil di kasir ya mas"

•••

"Kemana lagi ka? Udah pulang aja"

"Dua item lagi"

Langkah Alex mengajak gadis ini ke sebuah toko alat sekolah, yang dijual disini tidak hanya pulpen dan kawannya. Melainkan semua yang berbau dengan sekolah. Seperti seragam, tas, sepatu dan lainnya.

"Mba, carikan seragam buat dia"

"Dan lo, pilih tas yang pengen lo mau"

"Ngg ka, aku gak bisa"

"Kenapa?"

"Terlalu merepotkan"

"Gak, pokoknya ambil aja, kalo nolak, siap siap aja" di balik ancaman Alex, sherill juga memikirkan ancaman maya yang pasti akan lebih dahsyat jika ia melihat sherill berdua dengan Alex.

•••

Malam telah tiba, performance di cafe milik gavin akan di laksanakan oleh sherill.

Balutan kain dress merah yang alex belikan untuk sherill kini begitu cocok dengan polesan make up polos yang menempel di wajah sherill.

Tak ada celah untuk alex berhenti membuka mulut karena melihat sherill yang berbeda.

"aku tau ko, aku cantik" dan kini alex tetangkap basah, raut wajah yang malu, rupanya membuat sherill tertawa. "hahahahah, kaka lucu tau ga hahahah" tercetak disana senyum indah dari alex "pertama kali liat lo ketawa" seketika suasana menjadi canggung di antara mereka berdua.

"Sebentar lagi, acara di mulai" datar, itu ekspresi gavin ketika ucapan yang ia lempar pada sang pengisi acara. Entah apa yang membuat nya menjadi lebih datar dari biasanya.

"iya".

Langkah kecil nya, menjadi pusat perhatian banyak nya orang di cafe ini, semua terlihat kagum dengan tampilan berbeda dari sang vokalis.

"selamat malam para pengunjung, wah hari ke hari makin ramai aja ya hehe. Dengan ramai nya cafe ini, saya akan memberi sedikit penyair yaitu one only-pamungkas"

Teriakan yang heboh dari pengunjung menjadi semangat tersendiri bagi sherill.

Suara yang sempurna, menjadi sebuah ukiran indah di bibir gavin. Senyuman tipis yang nyaris tak terlihat. Tatapan sherill tertuju pada gavin yang sedang tersenyum padanya. Di balas nya senyuman itu.

"ka gavin, makasih ya udah rekrut aku sebagai pengisi acara" ujar nya tiba-tiba setelah ia menuruni panggung.

Tak ada respon dari gavin, ia hanya menatap sherill dengan datar dengan kedua tangannya ia masukan kedalam jeans.

"kaka jawab dong" gavin memutar bola matanya malas.

"hmm"

"hmm doang?"

"terus saya harus bagaimana?" muncul ide jahil dari benak sherill. "besok kaka traktir aku" ucapan sherill berhasil membuat mata gavin membelalak sempurna.

"kamu yang berterima kasih kenapa saya yang harus traktir kamu"

"kalo gak ada aku, pasti cafe kaka itu ngga se-rame ini"

"pamrih" sherill terkekeh dengan ujaran gavin. Yang tanpa di sadari, gavin tengah menatap dalam gadis ini.

"aku cantik kan?" kedua alisnya naik turun berkali-kali.

Senyuman tipis gavin yang begitu manis berhasil membuat sherill melongo. Di keluarkannya tangan kanan gavin, dengan lembut dan pelan, di cubitnya pipi sherill. Dan berkata "gak!" begitu saja gavin meninggalkan sherill dengan raut wajah yang menyebalkan. Tak di sadari, ada alex yang menatap di pojok sana.

"jangan cemberut, udah jelek nambah jelek"

•••

Saran ku, baca dari yang revisi ya, ada sedikit perubahan.

Vote!!
Mulai hargai jari ku yang keriting

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Beauty Inside [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang