[XII] TBI [Revisi]

46 2 0
                                    

Akhirnya setelah keluar keringat cukup banyak, sherill sudah selesai menyapu halaman. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju taman belakang.

"udah hampir 2 tahun sekolah disini, baru tau taman belakang nya bagus banget"

Terlihat disana terlihat seorang pria dengan posisi duduk memegang lutut nya sendiri.

"Kak gavin?"

"Hmm" jawabnya singkat tanpa menoleh. Dengan cepat, sherill mengambil posisi untuk duduk di sebelah gavin. "Kaka ngapain disini?"

"Penting untuk kamu tau?" kepala sherill memutar 180° dengan sembraut wajah sebal kepada pria di sebelah nya.

"Sebel!!" bentak sherill.

"Ya ngga penting si, cuman basa-basi aja ka hihi" lanjutnya. Tatapan gavin begitu tenang menatap ke depan sana, tidak tahu apa yang ia lihat.

"Liatin apa sih ka?"

"Penting untuk kamu tau?" mata sherill membelalak mendegar ucapan gavin yang tenang.

"Gak ada kalimat lain apa?"

Tak ada jawaban dari gavin.

"Kenapa sih ka, ka gavin selalu terlihat tenang? Ngga kaya cowok-cowok lain?" ujar sherill tiba tiba setelah mereka hening beberapa menit.

Gavin menoleh pada gadis di sebelah nya, tatapan dalam yang begitu mengesankan, wajah tampannya terlihat jelas oleh sherill.

"Harus saya jawab?"

"Yaiyalah, kan aku nanya"

"Saya diam, karena menurut saya diam lebih baik dari pada harus banyak bicara yang tidak berguna"

"Bukan karena kaka murid baru disini?" perlahan gavin menggelengkan kepala.

"Dari saya berusia 7 tahun, saya tidak pandai untuk bersosialisasi. Bahkan, dari kecil saya tidak punya kawan"

"Oiya, saya ingat,  saya punya 2 kawan kecil. Tapi saya lupa nama dan wajah nya. Yang saya ingat nama teman lelaki saya, namanya Mahesa dan teman perempuan satu lagi nya saya lupa" senyum sherill melengkung di bibirnya.

"Dan sekarang, aku teman ke 3 kaka" ujar sherill seraya menyodorkan tangan kanan nya.

Gavin menoleh ke-arah sherill, menatap tangan mungil sherill yang menggantung di atmosfer.

"Ah, saya malas berteman dengan anak yang suka di bully, nanti saya juga kena bully" raut tulus dari sherill seketika luntur hanya dengan beberap kalimat dari leo. Melihat raut sherill, gavin tersenyum lebar menampilakn deretan gigi rapi serta gingsul sebalah kiri.

"Yaudah ngga apa-apa, mungkin sekarang kaka ngga mau aku jadi temen kaka. Tapi nanti, kaka pasti jadi.."

"Pacar mu" ucap yang cepat menyalip apa yang sherill katakan. Dengan cepat sherill menoleh dan menautkan dahi.

"Tapi itu tidak mungkin" ujar nya dengan tenang. "Pastilah, nanti kaka pasti mau jadi temen aku, bahkan sahabat terbaik aku"

Kringg
Kringgg
Kringggg

Bel terdengar nyaring di indera pendengaran. Sherill berdiri dan melempar senyuman termanis kepada gavin. Sedangkan gavin menatap mata hitam pekat sherill.

"Aku ke kelas dulu ya ka" sherill pergi menuju kelasnya. Tanpa meninggalkan kata-kata lagi.

Gavin membaringkan tubuhnya diatas rumput taman, menatap langit. Senyuman dari kedua sudut bibir Alex tercetak begitu saja tanpa kendali.

•••

Saran!!
Baca dari part sebelumnya, ada beberapa part yang aku ubah.

Vote!!

The Beauty Inside [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang