[XIV] TBI [Revisi]

57 2 0
                                    


"Cepet keluar ini kamar gue, di panggil mama"

•••

Detak jantung sherill bergerak 2 kali lebih cepat dan dengan susah payah ia menelan salivannya.

Sherill berjalan mengekori Leo.

"Nama mu siapa?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan ramah.

"Sherill Bu" ia hanya tersenyum untuk merespon.

"Cantik"

"Cantik? Halahhhh dimana mana lebih cantik pacar ley kali ma"

Nampak sherill yang mematung mendengar pernyataan dari Leo. Rupanya Leo punya pacar? Bagaimana dengan sherill? Oiya sherill kan bukan siapa siapa, ia hanya pengagum rahasi dan bahan bualan Leo.

"Bantuin saya yuk?" Sherill tersenyum dan mengangguk.
Rupanya sherill dibawa kedapur, disana sudah banyak bahan makanan. Sayuran, buah-buahan.

"Saya habis dari pasar, tolong potong sayurannya untuk di masak" sherill hanya menuruti perintah wanita paruh baya yang di ketahui ibu dari orang favoritnya.

Untung sekali, sherill selalu masak sendiri, dan akhirnya sherill tidak kesusahan membantu orang memasak, apalagi ini mama Leo.

"Kamu nge-kost disini?"

"Iya ibu, sherill asli Bogor, sekolah ke sini pun karena beasiswa"

"Beasiswa? Wa! Hebat!!" Ibu jari wanita itu mengacung begitu saja di depan wajah sherill.

"Yaampun!! Daun parsley nya gak kebeli"monolog mama Leo seraya memegangi kepala dengan kedua tangannya.

"Sherill kamu tau daun parsley?" Tanya nya dengan Nada panik.

"Tau Bu. Kenapa?"

"Okey bagus"

"Leyyyyyyyyyyy" suara nyaring wanita paruh baya itu membuat yang merasa terpanggil menjawab.

"Apa?" Leo menghampiri mama nya.

"Antar sherill ke pasar buat beli daun parsley"

"Hah? Gak, gak"

"Leo!" Mata wanita paruh baya itu hampir saja copot jika anaknya tidak mau menurut.

"Iya-iya"

•••

Sherill sudah berada di samping Leo,terdengar lagu honne location unknow menggema di dalam mobil. Sherill yang hafal dengan lagu itu, hanya bisa mengikuti lirik di alunan melodinya. Leo tidak bisa berbohong, suara sherill memang bagus. Ia pun menikmati nya. Karena gengsi, ia tidak mau gadis di sampingnya harus GR karena di puji akan suara yang indah.

"Berisik!" Sherill terdiam mematung, malu sekali rasanya.

Kapan terakhir kamu dapat tertidur tenang

Radio mobil berganti lagu, Dan Kau tau? Sherill dan Leo bersenandung dengan lagu hindia berjudul secukupnya.

"Lo suka hindia?" Sekuat baja gengsi Leo akhirnya dapat di lawan.

"Suka banget" senyum sherill merekah saat menjawab pertanyaan santai Leo. Leo melihat senyum manis sherill ikut tersenyum tipis. Tapi tidak sampai 5 detik ia mengalihkan pandangan. Begitu pun dengan sherill.
Suasana menjadi canggung, tapi percaya lah. Hati sherill sedang berpesta, sedangkan perutnya seakan-akan berisi kupu-kupu.

Leo menatap sherill yang sedang menoleh ke arah jendela mobil. Tak dia sangka kedua sudut bibirnya terangkat.

Ciiiiiitttttt

Se-begitunya menatap sherill, hingga ia tidak melihat ada seseorang tengah menyebrang jalan. Ia menginjak rem mendadak hingga tubuhnya juga terdorong ke depan.

"Haaaaa yaallah aku belum nikah, jangan dulu mati" sherill menutup matanya.

Lucu hati Leo berkata.

•••

Daun parsley sudah di dapat, tapi Leo malah mengajak sherill makan.

"Lo mau apa?"Tanya Leo seraya menyodorkan sebuah buku menu.
Tanpa melihat buku, sherill berkata " red velvet"
"Kak, bangunin aku ya kalo makanan nya udah ada, aku ngantuk banget" dengan santai sherill melontarkan kata kepada seseorang yang jelas-jelas membencinya. Leo tak membalas perkataan gadis ini. Ia terlalu fokus dengan ponsel nya.
Pesanan mereka sudah datang, tapi Leo belum juga membangunkan sherill. Leo malah melahap pesanan nya. Ada ide jahil muncul dalam benak nya. Leo mengambil daun parsley dan meninggalkan sherill sendiri dengan pesanan nya.

•••

Sherill mengerjapkan matanya pelan. Langit Jakarta sudah hampir menguning. Matanya gencar mencari orang yang bersamanya tadi siang. Tapi batang hidungnya tidak terlihat.
"Mba, laki-laki yang duduk disini kemana?"
"Ouh ia sudah pergi beberapa jam yang lalu, tapi pesanan nya udah di bayar ko" sherill terkejut bukan kepalang. Ia tak melahap red velvet sedikit pun, ia khawatir dengan keadaan dirinya. Ia keluar Cafe mencari petunjuk dimana ia berada. Tapi sherill baru pertama kali ke tempat sejauh ini. Ia berdecak kesal.

Tiba-tiba mobil merah yang tak asing bagi sherill, berhenti di hadapannya.
"Sedang apa kamu disini?" Mata sherill berbinar ketika melihat sosok Gavin.

"Ka Gavin? Aku boleh nebeng ngg ka?" Gavin mengangguk mempersilahkan.

Di mobil sherill tak hentinya menggerutu kesal

"Kenapa?" Tanya Gavin mencoba menyairkan suasana.

"Sebellllll pokoknya aku sebelllllll, Kaka tau ga? Tadi aku makan sama ka Leo, aku coba tidur kan? Aku udah minta ka Leo buat bangunin aku kalo pesenan aku dateng, tapi dia nya malah pergi"

"Udah tau dia benci banget sama kamu, masih aja mau jalan" Gavin mendadak menjadi dingin dengan nada yang datar.

"Ya kan manusia bisa berubah, aku kira ka Leo udah baik sama aku" Gavin menatap sherill dengan tatapan bengis dan tak suka.

"Kok gitu tatapan nya? Cemburu ya?" Mendengar perkataan sherill. Raut wajah Gavin berubah menjadi datar se datar datarnya.

"Sudah sampai. Jangan lupa, nanti malam ada performance." Sherill terdiam sebentar.

"Tapi ka, setelah performance aku mau nongkrong ya di Cafe Kaka" kedua alis Leo terpaut.

"Aku ada janji sama kak Alex, belajar bareng"

"Oh" Leo menyalakan mesin mobilnya.

"Hati hati calon imam" seketika mesin mobil Leo mati mendengar ucapan sherill.

"Ciaaaa baper yak? Hayo baperrrr" Gavin melihat sherill tengah tertawa manis padanya.

"Heu? Baper sama yang suka di bully?" Dan itu kata-kata terakhir yang keluar dari Gavin sebelum ia berlalu meninggalkan sherill.

•••


Saran!!!
Baca dari awal, ada beberapa part yang di ubah.

The Beauty Inside [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang