!!Hari ke-2 Hukuman leo sherill!!
Dengan semangat, sherill berangkat menggunakan sepeda tuanya menuju sekolah. Di perjalanan yang lumayan longgar. Tak hentinya sherill tersenyum.
Hingga ia sampai di sekolah, memparkirkan sepeda, lalu meluncur ke lantai 3. Ia masi menjalankan rutinitas nya untuk menyimpan kertas di bawah meja Leo.
Dikelas Leo sherill dengan cepat meletakan kertas berisi tulisan puitis yang ia buat malam hari setelah performance di Cafe star.Tak lupa, sherill tersenyum manis, sangat manis ka arah meja Leo.
"Entah kapan rasa itu datang, dan entah kapan juga rasa tak terbalas ini pulang" sherill bermonolog.
Dan sepatu lusuhnya mengajak sherill untuk keluar dari kelas.
"Tunggu!" Ups ada yang mendengar ucapan sherill. Sosok itu memperhatikan sherill sejak sherill menyimpan kertas ke bawah meja Leo, sosok itu tengah terbaring di kursi paling belakang.
Sherill terkejut bukan kepalang, ia berharap itu bukan suara dari sang objek halu nya. Sherill membalikan tubuhnya. Ia menutup matanya. Saat dibuka ternyata sosok Alex ada disana. Ingat siapa Alex? Dia kawan Leo.
"Ka. Kaa all eex?" Bumi seakan akan runtuh di atas kepala sherill. Alex menatap sherill terpojok.
"Jadi lo, yang buat Leo gila?" Alex mendekati sherill yang tengah mematung menatap Alex tak karuan.
"Ka aleexx aku mohon se mohon mohonnya Kaka jangan bilang ke ka Leo, kalo aku yang udah Nyimpan kertas ini di bawah meja nya."
Alex menatap gadis pendek ini dengan tatapan acuh tak acuh seraya memasukan kedua tangannya kedalam saku celana abu.
"Ka Alex mohon, aku akan lakukan apapun yang Kaka mau, asal ngga nge langgar hukum norma dan kesusilaan" ucapan sherill tadi membuat Alex membulatkan matanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Baku amat mba. Hahaha okay gue ngga akan bilang siapapun asal..." ucapan Alex terpotong oleh salipan sherill
"Asal apa?"
"Apa yaaa? Bentar gue mikir dulu"
"Lo kan pinter, lo jadi guru privat gue gimana?" Senyum sherill merekah mendengar perkataan Alex.
"Itu doang?" Alex mengangkat kedua alisnya.
"Okay aku mau, tapi Kaka janji ngga bilang apapun ke kak Leo" sherill mengangkat kelingking manis nya ke arah Alex. Alex menautkan alisnya. Dan akhirnya alex mengerti apa yang dimaksud sherill.
Satu tangan Alex di tarik dari sakunya untuk mengaitkan kelingking miliknya dengan milik sherill.
"Okay janji ya ka"
"Belajar nya mulai sore ini" ucap Alex santai.
"Aduh aku ngga bisa, pulang sekolah aku harus kerja, dan setelah kerja aku harus kerja lagi"
Lagi lagi Alex menautkan kedua alisnya.
"Lo kerja apa?"
"Pulang sekolah jadi office girl, setelah itu performance di Cafe kak Gavin"
"Gavin? Si anak baru?" Sherill hanya menganggukkan kepalanya.
"Yaudah belajarnya di Cafe si Gavin aja, gak susah kan?" Sherill menarik nafas nya panjang. Dan mengangguk.
"Yaudah deh ka, aku keluar" sherill membalikan tubuhnya gontai untuk keluar dari kelas tersebut.
Tanpa membalikan tubuh sherill berkata "udah janji ya ka, jangan bocorin" Alex mengangkat kedua sudut bibirnya.
Sherill tidak bersemangat lagi untuk menjalankan hukuman. Akibat kejadian di kelas Gavin, ia menuruni tangga satu persatu. Hingga akhirnya ia sampai di lapangan utama. Suasana sekolah masih sangat sepi, karena ini pagi sekali sekitar pukul 06.00.
Sherill duduk di atas lapangan, melipat kaki nya. Dan tangannya melempar kerikil kecil disana. Sherill menutup matanya dengan keadaan tangannya melempar batu.
"Awwww" suara bariton yang tak asing bagi sherill begitu nyaring. Rupanya sherill melempar kerikil ke sembarang arah hingga terkena kepala Leo.
Dengan cepat Leo menghampiri sherill.
"Lo dendam sama gue?"
Sherill berdiri, gugup dengan keadaannya.
"Enak ya, gue nyapu halaman, sedangkan lo? Duduk santai disini"
"Maaf ka"
"Heh gembel, gue laporin lo!"
"Jangan ka"
"Alah bodo, sebagai balesannya nih rasain"
Gavin melempar sapu lidi yang sedari tadi ia pegang dan mengangkat tempat sampah organik, yang berisi dedaunan kering.
Lalu menumpahkan semua isinya ke atas kepala sherill. Rambut sherill yang rapi kini di tutupi daun kering. Mendapat perlakuan itu, sherill hanya memejamkan matanya."Gembel" sudut bibir sebelah kiri Leo terangkat lalu meninggalkan sherill.
Sherill tersenyum atas kepergian Leo.
Ia tidak bisa marah pada Leo, bagaimana pun Leo yang sudah mengisi hati sherill selama lebih 1 tahun. Meski tidak pernah terbalas atau bahkan tidak mungkin.
Sherill memang bodoh.Apa kau sama dengan sherill? Rela di permalukan oleh orang yang disuka tanpa melawan? Pasti tidak bukan?.
Tapi sherill berbeda, ia sendiri di sekolah elite ini.Sherill membersihkan rambutnya dari tumpukan daun daun kering.
Lalu merapikan kembali daun daun ke dalam tempat sampah.•••
Leo nampak santai dengan kaki di angkat ke atas meja.
Rupanya ia tidak membantu sherill untuk membersihkan halaman. Ia berada di kantin memesan coklat panas disana."Haaaaa, Cafe nya makin rame, udah gue coba sewa artis, tapi tetep aja Cafe gue sepi. Yakali gue tarik tu gembel"
"Gimana narik nya? Males gue" ucap leo
Rupanya, saat sherill performance, ada leo disana. Menyamar.
•••
Hello readers!!
Vote ya jan songongAku saranin baca dari chapter awal
Soalnya ada beberapa yang aku ubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Inside [Revisi]
Teen FictionTak habisnya aku dibully, tak habisnya aku di caci dan di maki. Dan bodohnya, aku malah menyukai kaka kelas yang selalu membully ku tanpa henti. Tapi semakin aku di bully olehnya, semakin rasa suka itu tumbuh menjadi rasa cinta. Cover by:Maaljs