"Gue yang udah masukin sampah nya"
Suara yang tidak asing lagi sherill dengar, suara yang selalu sherill nanti-nanti."Kak Leo?"
"Iya, gue"
Entah berapa kali air mata sherill lolos dari matanya.
"Eummm lo lupa? Tas lo kan di rumah gue"
Leo menatap sherill dengan nanar, badan tegap nya berdiri tepat di hadapan sherill.
"Lo cantik sebenarnya ril, cuman sayangnya penampilan lo kaya gembel" kata yang sederhana tapi menusuk. Kini air matanya tak bisa ia tahan.
Satu kelas berhenti melakukan aktivitas sebelumnya hanya untuk melihat adegan yang sayang untuk di lewatkan.
"Sa-salah aku apa ka?"
"Banyak! Kenapa lo sekolah kesini?"
"Lo ngaca!! Liat baju lo! Liat tas lo!! Liat sepatu lo!!" Benar apa yang dikatakan Leo, baju, tas dan sepatu yang sherill gunakan, memang sedikit tidak kayak pakai.
Baju seragam lusuh, tas dan sepatu yang robek.
"Bahkan lo bisa dibilang sampah"
"Emng semua orang miskin kaya aku? sampah?" Bantah sherill.
"Ya!! Semua orang miskin itu sampah!! Termasuk lo" tatapan bengis itu kembali sherill dapatkan dari mata Leo.
Keadaan sherill begitu menyedihkan.
"Dan keadaan lo menyedihkan, memalukan tau ga? Lo keluar aja deh dari sini? Kasian gue sama lo, psikis lo udah gak normal. Ga cape lo gue bully? Bahkan bukan gue aja yang bully lo, tapi satu sekolah!! Satu sekolah benci lo!!"
"Gak cape?"
Tangis sherill menjalar menjadi tangis yang menjadi jadi, sesak napas, mimisan.
"Dek? Lo ga liat dia? Bahkan dia mimisan!! Dia cewe lemah!!"
Sherill menyentuh hidung nya, dengan telunjuk. darah segar yang menempel di jari nya membuat ia terkejut. Dengan sigap ia pergi dari kerumunan kelas.
Ia berlari menuju toilet sekolah dengan kemampuan yang ia punya, langkah kakinya semakin kencang untuk menuju tujuan.
Tiba-Tiba langkah nya terhenti oleh uluran sebuah tangan yang memberikan sapu tangan.
"Kak Gavin?" Gavin hanya tersenyum.
"Duduk, biar saya yang membersihkan"
Mereka duduk di sebuah lorong sepi, sherill menatap mata hazel milik pria yang berada di hadapannya. Kedua sudut bibirnya terangkat.
"Saya memang tampan, tapi stop menatap saya seperti itu" sherill memutar bola matanya.
"Gak! Aku cuman kagum aja sama ka Gavin, cuman kak Gavin yang mau bantu aku"
"Dengan terpaksa"
Bibir sherill mengerucut tanda kesal.
"Sudah bersih, saran saya kamu pergi ke dokter untuk diperiksa"
"Ah ngga ka, ini cuman kecapekan"
"Ya sudah, saya tidak mau tau kamu bersihkan sapu tangan saya"
Punggung Gavin menjauh dari gadis yang ia tolong.
Sherill merubah duduknya untuk menatap langit yang nampak menghitam, mungkin cepat atau lambat, hujan akan mengguyur ibu kota.
Tak terasa, cairan bening itu datang lagi membasahi pipi mulus sherill.
Di lorong sepi dan sendiri yang sherill nikmati, merogoh langit untuk mencari ketenangan di baliknya.
Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sebelah sherill. Sontak sherill memutar kepalanya 90• untuk melihat siapa yang duduk di sebelahnya.
"Kak Alex?"
"Iya, pulang sekolah, gue mau ngajak lo ke suatu tempat, lo harus mau!!"
"Kemana?"
"Penasaran kan? Ikut aja makanya"
Sherill melontarkan senyuman kepada Alex, sedangkan Alex, menjadi salah tingkah atas senyum manis sherill.
"Euu yaudah rill, gue ke kelas, jangan lupa ya sore" Alex menepuk pundak sherill.
Dan yang paling berkesan, Alex mengacak puncak kepala sherill dengan lembut. Yang berhasil membuat sherill menutup mata karena tenang.
✨✨✨
Ada apa dengan Alex?
Vote💙
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Inside [Revisi]
Teen FictionTak habisnya aku dibully, tak habisnya aku di caci dan di maki. Dan bodohnya, aku malah menyukai kaka kelas yang selalu membully ku tanpa henti. Tapi semakin aku di bully olehnya, semakin rasa suka itu tumbuh menjadi rasa cinta. Cover by:Maaljs