6. Teror

821 179 144
                                    

Pukul 17:30 langit berubah warna menjadi jingga. Pertanda akan datang sang malam. Semilir angin menemani langkah Alicia menuju rumahnya. Berjalan melewati gang kecil nan kumuh sudah menjadi kebiasaan gadis itu akhir-akhir ini.

Setibanya di rumah, Alicia langsung mendapati mamanya sedang duduk menangis sesenggukan di ruang tamu. Alicia terkejut bukan main. Siapa yang membuat mamanya menangis seperti ini?

Alicia pun segera mendekati wanita mengenakan daster bermotif bunga itu. Ia langsung memegang kedua tangan mamanya.

"Ma, apa yang terjadi?" tanya Alicia pelan.

Tidak ada jawaban dari mamanya. Alicia pun mengeratkan pegangan tangannya pada sang mama. Ia tatap wajah mamanya dalam.

"Ma, cerita sama aku. Ada apa?" tanya Alicia lagi sambil menatap mamanya.

Siska -mama Alicia- menunjuk sebuah kotak hitam yang tergeletak di meja sebagai jawaban.

Alicia segera mengambil kotak hitam itu. Ia pun segera membuka tutupnya. Sontak Alicia terkejut. Yang dilihatnya adalah sebuah foto dirinya dengan mamanya yang dilumuri dengan darah, dan juga 2 ekor tikus yang sudah mati. Apa maksudnya?

Alicia pun mengambil dan membalik foto tersebut. Terdapat sebuah tulisan disana.

Bukan cuma lo yang bakalan bermain di permainan ini Siska. Tapi anak lo juga! Gue pastiin kalian berdua menderita!!

Alicia refleks membuang foto itu setelah membaca tulisan dibaliknya. Gadis itu segera memeluk mamanya erat. Dia seperti ingin menyalurkan kekuatan kepada mamanya.

Alicia penasaran dengan orang yang mengirim kotak itu. Siapa dia sebenarnya? Apakah dia sama dengan orang yang meneror keluarganya tengah malam waktu itu? Mengapa harus dirinya dan mamanya yang diteror?

Ah terlalu banyak pertanyaan yang memenuhi benak Alicia saat ini. Sebenarnya gadis itu juga takut. Apa yang akan terjadi kedepannya?

Setelah dirasa mamanya cukup tenang, Alicia pun melepaskan pelukannya. Ia memegang pundak sang mama dengan tangan kanannya.

"Ma, percaya sama Alicia, semua akan baik-baik aja." Alicia mencoba meyakinkan mamanya. Ia tidak ingin mamanya larut memikirkan teror ini.

"Cia, sekarang kamu mandi lalu makan ya. Mama mau shalat maghrib dulu," tutur mamanya sambil menghapus sisa-sisa air matanya.

Setelah kepergian mamanya dari ruang tamu, Alicia termenung sebentar. Tak habis pikir, ada orang yang mau meluangkan waktunya hanya untuk meneror keluarganya.

Alicia segera beranjak meninggalkan ruang tamu untuk melaksanakan perintah mamanya. Gadis yang masih mengenakan seragam sekolah itu terlebih dahulu memasuki kamarnya untuk menyimpan tas sebelum menuju kamar mandi.

Alicia berharap semoga setelah mandi, segala pikiran kacaunya segera menghilang.

🌻🌻🌻

Memang baru beberapa hari Elang bersekolah di SMA Tunas Bangsa. Namun, dia telah memiliki best friend yang luar biasa. Bagaimana tidak? kedua temannya itu berhasil menyulap kamarnya menjadi seperti kapal pecah.

Kamar bernuansa monochrome itu saat ini sangat berantakan. Bungkus makanan berserakan, komik-komik tergeletak di lantai. Kasur yang sebelumnya rapi namun kini berantakan. Ditambah lagi suara kedua temannya yang bagaikan toa.

Benar-benar seperti kapal pecah.

"Wuhuyy gue dapet nomernya!" Teriakan Elang yang tiba-tiba membuat kedua temannya terkejut.

Tak Harus SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang