29. Dugaan

313 23 11
                                    

Semburat jingga yang berpadu dengan merah muda di langit sore membuat Alicia tak berkedip menatapnya. Lukisan indah karya Sang Pencipta memang selalu memanjakan mata. Burung-burung menari ria di atas sana.

Sebuah motor sport hitam berhenti di depan rumah minimalis yang tampak sepi. Elang membuka kaca helmnya sambil menoleh ke belakang dan berkata, "Lo mau ikut gue pulang, Al?"

"Eh," lontar Alicia sedikit terkejut. Saking asiknya menikmati keindahan sore hari, Alicia tak sadar bahwa ia telah sampai di rumahnya.

"Makasih ya, Lang," ucap Alicia seraya turun.

Tiba-tiba seorang wanita keluar dari rumah dengan dua tongkat yang membantunya berjalan. Dengan sedikit kesusahan wanita itu menghampiri Alicia dan Elang.

"Eh ... ada Elang. Makasih ya udah antar Alicia. Mau mampir dulu, Nak?" tanya Siska ramah.

Dengan segera Elang melepaskan helm hitamnya lantas turun. Cowok berperawakan tinggi itu membungkukkan badan menyalami Siska. "Iya Tante. Hehe maaf Tan aku enggak bisa mampir. Habis ini ada urusan soalnya," ujarnya seraya menyengir kaku.

Ini merupakan kali kedua dirinya mengantarkan Alicia pulang. Padahal gue pengin banget ngobrol sama Tante Siska. Hitung-hitung pendekatan sama calon mertua, eh, batinnya sambil tersenyum menahan tawa.

"Oh ... ya sudah Nak, tidak apa-apa. Lain kali kita ngobrol-ngobrol ya ...." Siska mengelus pundak Elang pelan.

"Kalau begitu saya permisi, Tante," ucap Elang sambil menyalami Siska.

"Hati-hati Nak, salam buat mamamu."

"Al, gue pamit ya."

Alicia mengangguk kecil dan berkata, "Hati-hati, Lang," ucapannya disertai sebuah senyuman yang terpatri indah di wajahnya.

🌻🌻🌻

"Alicia, Mama mau tanya sesuatu sama kamu."

Alicia yang sedang bermain HP lantas menoleh. "Tanya apa, Ma?" lontarnya seraya memasukkan HP ke tas selempangnya.

"Apa kamu masih boleh jualan cupcake di kantin sekolah lagi, Nak?" tanya Siska pelan.

Alicia tak langsung menjawab. Ia mengembuskan napas pelan. Entah mengapa, setiap membahas tentang cupcake-nya, ia jadi merasa sedih.

"Kepala sekolah tetap memperbolehkan aku jualan di kantin, Ma," jawab Alicia kemudian.

"Karena kamu memang tidak bersalah?" tebak Siska.

Alicia hanya mengangguk perlahan menatap wanita di sampingnya. Wanita itu tersenyum tulus seraya mengelus punggung tangannya.

"Maafin Alicia, Ma. Maaf Alicia udah mengecewakan Mama."

"Loh, maaf? Kamu enggak salah, Sayang." Siska memegangi pundak anaknya erat—seolah meyakinkannya. "Mama mengerti, Nak, memang bukan kamu pelakunya. Dan ... Mama juga enggak masalah kalau kamu memang enggak mau jualan cupcake lagi," lanjut Siska.

Alicia tersenyum haru menatap mamanya. Ia lantas memeluk Siska erat. Tanpa Siska sadari, Alicia menangis tanpa suara di pelukannya.

"Mama sayang sama kamu, Alicia. Jangan pernah merasa kamu mengecewakan Mama. Karena kamu selalu menjadi kebanggaan Mama dan papa." Siska mengelus rambut anaknya dengan penuh kasih sayang.

Sopir taksi yang mendengar percakapan antara anak dan ibu itu tersenyum haru dari kursi kemudinya. Sesekali ia mengintip melalui kaca yang menempel di atas tempatnya duduk.

Setelah Alicia tahu bahwa dia bukanlah anakku, dia tetap menganggap bahwa akulah ibunya. Bahkan ... dia tak ingin aku kecewa, batin Siska. Salah satu tangannya mengusap air mata yang tiba-tiba turun.

Alicia melepaskan pelukannya. Ia tersenyum manis ke arah Siska lantas beralih menatap jalanan lewat kaca taksi. Warung makan pinggir jalan yang biasa buka malam terlihat ramai dikunjungi pembeli. Kendaraan bermotor berlalu-lalang memadati jalan.

Alicia dan mamanya kini menuju Rumah Sakit Bakti Husada, tempat dimana mamanya dirawat beberapa pekan yang lalu. Malam ini adalah jadwal Siska untuk kontrol.

Semoga uang hasil jualan cupcake ini cukup untuk bayar obat-obatan mama nanti. Sambil tersenyum menatap bintang-bintang yang berkilau di luar sana Alicia berkata dalam hati.

🌻🌻🌻

Suasana rumah sakit yang tak pernah sepi pasien membuat Alicia merasa heran sekaligus prihatin. Sejak memasuki Rumah Sakit Bakti Husada, dirinya memikirkan mengapa selalu ada orang sakit di dunia ini, khususnya Jakarta.

Entahlah apa yang menyebabkan gadis itu berpikiran demikian. Padahal, ia tahu bahwa penyakit datangnya dari Tuhan. Dan segala sesuatu merupakan takdir dari-Nya.

Bau khas rumah sakit menyeruak masuk ke indera penciuman Alicia. Dapat ia lihat kursi tunggu panjang abu-abu yang terbuat dari besi di depannya dipenuhi para pasien yang menunggu giliran. Untung masih ada kursi kosong di bagian belakang. Karena terlalu malam ke rumah sakit, Siska mendapatkan nomor urut pemeriksaan cukup akhir.

"Ma, aku pengin ke toilet. Apa Mama enggak papa aku tinggal sebentar?" ucap Alicia.

Siska menoleh seraya tersenyum. "Enggak papa, Sayang," balasnya kemudian.

Setelah itu, Alicia segera berdiri dan beranjak pergi. Gadis itu cukup kebingungan mencari letak toilet. Alicia memang belum pernah memasuki toilet rumah sakit ini meskipun mamanya pernah dirawat di sini. Tanpa pikir panjang, gadis berkulit putih itu lantas bertanya kepada salah satu perawat.

"Mbak dari sini lurus aja, ada ruang reservasi nanti belok ke kiri, di ujung koridor belokan itu ada toilet," jelas perawat wanita itu. Tangannya menunjuk ke arah sesuai yang ia katakan.

Setelah mengucap terima kasih, Alicia melanjutkan kembali perjalanannya menuju toilet. Langkahnya menjadi semakin pelan saat melihat seorang cowok yang berdiri di meja reservasi.

Cowok itu bersama dengan seorang pria bertubuh tinggi yang sedang bercakap-cakap dengan seorang resepsionis. Jarak Alicia dengan meja reservasi cukup jauh. Terlebih lagi, banyak perawat maupun pasien yang berlalu lalang di sini.

Wajah cowok itu memang tak dapat Alicia lihat. Akan tetapi, dari postur tubuh dan juga rambutnya, Alicia merasa bahwa ia mengenali cowok itu. Jaket yang cowok itu kenakan juga tak asing di matanya.

Alicia kembali melanjutkan langkahnya sembari melihat cowok itu. Namun, saat ia sudah dekat dengan meja reservasi, cowok itu malah pergi bersama dengan pria berjas hitam tadi.

Saat cowok itu melewati pintu keluar, Alicia sempat melihat wajah cowok itu dari samping. Matanya refleks menyipit. Ia malah menjadi menduga-duga.

Apa itu Elang? tanya Alicia dalam hati.

🌻🌻🌻🌻🌻

Haii! Apa kabar? Semoga baik.
Akhirnya bisa update "Tak Harus Sempurna" ehehe

Lanjut gaa niiihh?
Lanjut dong wkwkwk
Jangan lupa vote kalau suka :)

See u! ❤

Tak Harus SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang