28. Tawaran Elang

322 27 24
                                    

"Welcome back to the class, Elang!"

Jam menunjukkan pukul 6:15. Ruang kelas XI IPA 2 yang biasanya masih sepi, kini berbanding terbalik. Dion beserta teman-temannya memberikan kejutan atas kembalinya Elang ke sekolah pasca sakit.

Papan tulis putih di kelas itu dipenuhi coretan gambar Doodle dan tulisan 'WELCOME BACK ELANG' berukuran besar dengan spidol hitam.

"Selamat datang, Lang!"

"Welcome back, Lang!"

"Akhirnya cowok ganteng di kelas kita masuk sekolah lagi."

"Gue senang banget deh Lang, lihat lo sekolah lagi. Lihat tuh si Sesil! Nahan rindu selama seminggu gara-gara lo dirawat di rumah sakit." Dion merangkul pundak Elang seraya menunjuk ke arah Sesil yang menatap Elang tak berkedip.

Mendengar ucapan Dion, Sesil bersembunyi di balik tubuh Rena, teman yang berdiri di dekatnya lantaran malu.

"Thanks, Yon! Thanks, guys!" ucap Elang disertai senyum lebarnya. Ia terkejut sekaligus haru atas sambutan dari teman-teman sekelasnya.

Setelah itu, Elang digiring oleh Dion menuju tempat duduknya. Buket bunga mawar yang indah nan segar tergeletak di atas meja. Sebuah foto berukuran kecil terdapat di dalamnya. Itu merupakan foto dirinya bersama dengan teman-teman sekelasnya. Note warna-warni menyelimuti cokelat batangan dengan berbagai merek yang terdapat di sana. Elang mengambil sebuah note kuning cerah lalu membacanya.

Jangan sakit lagi Lang.
Gue lebih suka lihat lo keringatan habis main basket.
-Sesil-

Sesil, gadis manis yang diduga menyukai Elang sejak cowok itu masuk di kelasnya, tersipu malu saat tahu note darinya-lah yang Elang baca pertama.

"Makasih, Sil." Dua kata yang terucap dari mulut Elang membuat Sesil tersenyum lebar hingga lesung pipinya muncul. Gadis itu sampai tak dapat berkata-kata. Ia mengangguk kecil sambil membenarkan letak kacamata bulat besar yang ia kenakan.

"Note dari kalian bakalan gue baca satu persatu. Sekali lagi makasih untuk kejutan pagi ini," ujar Elang seraya menatap sekelilingnya.

"Akhirnya lo balik ke sekolah, Lang!" ujar Dion antusias.

Elang geleng-geleng kepala mendengar ucapan Dion. Ia duduk dan berkata, "Lo mau berapa kali ngomong kayak gitu, Yon?" tanya Elang sambil terkekeh kecil.

"Habisnya lo kelamaan di rumah sakit sih. Gue bosan sama Dafa terus." Dion memanyunkan bibir. Ia pun menatap Dafa yang duduk di samping Elang.

"Gue juga bosan sama lo terus," timpal Dafa.

"Lo sih Daf, kadang kayak kutub es yang lagi beku, kadang juga cair." Dion menatap Dafa sebal. Kedua tangannya terlipat di dada.

"Lo kalau enggak ada Dafa juga enggak bakalan selamat di ulangan harian fisika kemarin kalik Yon." Miko menoyor kepala Dion sambil berucap.

Beberapa siswa masih berkerumun di meja Elang sontak tertawa sambil mengiyakan ucapan Miko.

"Ada yang udah ngerjain PR matematika?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Dion membuat suasana hening sejenak.

Tak Harus SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang