Pagi itu cuaca sangat cerah. Awan putih berjajar rapi di langit yang biru. Burung-burung bernyanyi menghiasi suasana.
Sekumpulan murid sedang berolahraga di tengah lapangan. Sorak-sorai diteriakkan XI MIPA 1 untuk menyemangati teman-temannya yang sedang bertanding. Kali ini permainan basket yang menjadi materi pelajaran mereka.
"Ayo, Cia, buruan itu bolanya masukin ke ring!" Seorang gadis berseragam olahraga khas SMA Tunas Bangsa heboh di pinggir lapangan meneriaki temannya.
"Ya elah, Cia, kok bolanya malah out sih?!" ucap gadis itu lagi. Sepertinya dia gemas dengan temannya yang tidak berhasil mencetak poin.
Laras. Kini gadis bertubuh semampai dengan kulit putih itu sedang mengibaskan tangan karena merasa panas. Sesekali ia mengelap keringat yang menetes di dahinya.
Priiittt
Peluit yang dibunyikan seorang guru wanita itu menandakan berakhirnya pertandingan. Alicia bernapas lega. Akhirnya selesai sudah pertandingan menyebalkan itu.
Alicia memang tak menyukai olahraga selain joging. Lebih baik dirinya berdiam diri di kamar bersama novel-novelnya. Walaupun ia tahu olahraga memang baik untuk kesehatan, namun ia tak pernah suka melakukannya.
"Semoga materi hari ini bermanfaat. Sampai bertemu minggu depan," ucap Bu Ira -guru olahraga- mengakhiri pelajaran.
"Baik, Bu." Setelah Bu Ira meninggalkan lapangan, murid kelas XI MIPA 1 segera membubarkan diri.
"Ke kelas yuk Ras," ajak Alicia dengan wajah lelahnya. Sesekali gadis itu menyeka keringatnya.
"Ntar aja Ci, ngadem dulu." Sambil berjalan ke arah bangku yang berada di pinggir lapangan, Laras menolak ajakan teman baiknya itu.
Keduanya memilih duduk di sebuah bangku putih panjang di bawah pohon. Pihak sekolah memang sengaja menanam pepohonan di pinggir lapangan untuk dijadikan sebagai peneduh. Biasanya bangku-bangku yang berjajar rapi mengelilingi lapangan itu dipenuhi murid SMA Tunas Bangsa kala istirahat.
"Ci, lo ngerasa enggak sih, kalau akhir-akhir ini sikap Elang ke lo itu beda banget?" tanya Laras memulai percakapan.
"Beda gimana?" tanya Alicia tak paham.
"Sikap Elang ke lo itu perhatian, baik, ramah, pokoknya manis deh. Sedangkan kalau ke cewek-cewek lain? Dia datar banget, Ci. Ya, humble sih kadang," jelas Laras panjang lebar.
Raut serius Laras membuat Alicia menahan tawanya. Bagaimana bisa hanya membicarakan Elang gadis di depannya itu terlihat begitu serius?
"Enggak juga. Nyatanya ke kamu juga baik 'kan?" tanya Alicia.
"Kalau ke gue mah, baiknya cuma sebatas teman, Ci." Sambil membenarkan kuncirannya Laras menanggapi pertanyaan gadis yang duduk di sampingnya itu.
"Aku juga." Sontak Laras menatap Alicia heran. Mengapa temannya ini begitu tidak peka?
"Dia itu suka ke lo, Ci." Mendengar perkataan Laras barusan, Alicia spontan tertawa.
"Kok lo malah ketawa sih?" tanya Laras heran.
"Kamu aneh, Ras," ucap Alicia seraya berdiri meninggalkan temannya itu.
"Kok aneh sih, Ci?" Laras pun menyusul Alicia yang meninggalkannya tiba-tiba.
"Mana mungkin Elang suka sama aku?"
"Nothing is impossible." Laras yakin bahwa perkiraannya tak salah. Menurutnya, Elang memang menaruh rasa pada Alicia.
"Perasaan kamu aja kalik." Setelah keduanya tiba di kelas, Alicia segera mengambil seragam putih abu-abunya dan berniat untuk berganti baju.
"Kita lihat aja nanti. Kalau gue bener, lo wajib beliin gue bola voli baru!" Alicia pun hanya tertawa menanggapi perkataan Laras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Harus Sempurna
Teen Fiction[ON GOING] Kesempurnaan bukanlah segalanya. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kalaupun ada, itu hanya berasal dari pikiran mereka yang menganggap bahwa dirinya sempurna. Karena pada dasarnya, hati yang menunjukkan ketulusan. Bukan penampilan yan...