19. Olimpiade

526 44 51
                                    

Semilir angin pagi menerpa wajah kedua gadis cantik yang kini duduk di sebuah bangku putih panjang yang terbuat dari besi. Bangku itu sedikit berkarat karena memang cukup lama tak ditempati.

Daun-daun kering mengotori taman belakang sekolah. Memang tak pernah ada yang membersihkannya. Katanya, tempat ini angker.

Sunyi. Alicia dan Laras saling diam. Keduanya menatap pepohonan di depannya. Padahal tak ada yang menarik dari pohon rindang itu. Namun, keduanya terlihat begitu menikmati pemandangannya.

"Gue minta maaf, Ci." Laras membuka pembicaraan. Pandangannya masih lurus ke depan.

Alicia menatap Laras yang duduk di sampingnya itu. "Maaf?" tanyanya kemudian.

"Maaf karena gue udah bikin keributan barusan." Kini Laras mengubah posisi duduknya menjadi menyamping.

"Kamu nggak perlu minta maaf, Ras. Makasih karena kamu udah belain aku."

"Mereka salah memperlakukan lo kayak gitu," ucap Laras sambil menatap Alicia tak berkedip.

"Mau gimana lagi, Ras? Sebaik apapun tindakan kita, di mata pembenci akan tetap terlihat buruk."

Laras manggut-manggut. Yang dikatakan Alicia memang benar.

"Emang ya, mulut mereka tuh minta dicabein!" Sambil mengubah posisi duduknya Laras menimpali. Kini ia kembali menatap pohon matoa yang berdiri tak jauh darinya.

"Aku beruntung punya teman kayak kamu, Ras." Senyuman tulus terukir di wajah cantik Alicia. Ia menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah karena terkena angin.

"Gue juga, Ci." Sontak Laras memeluk erat tubuh Alicia. Aroma stroberi dari rambut gadis yang ia peluk menyeruak masuk ke indra penciumannya.

Alicia membalas pelukan Laras dengan hangat. Ia mengelus punggung gadis cantik itu pelan.

"Permisi, Kak." Suara seorang gadis berambut hitam pendek membuat Alicia dan Laras melepaskan pelukannya lantaran terkejut.

"Iya, ada apa?" tanya Laras. Ia menatap adik kelasnya itu dengan bingung. Dahinya berkerut.

"Ini buat Kak Alicia." Gadis berbando merah itu menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang kepada Alicia.

"Dari siapa?" tanya Alicia bingung. Mau tak mau ia terima pemberian adik kelasnya itu.

"Aku permisi ya, Kak." Bukannya menjawab, gadis berkulit kuning langsat itu malah berlari meninggalkan Alicia dan Laras yang masih diliputi rasa penasaran.

"Buka deh, Ci! Gue jadi penasaran."

Alicia segera membuka kotak merah muda yang ia bawa. Isinya membuat gadis bermata cokelat cerah itu menarik kedua sudut bibirnya sehingga membentuk sebuah senyuman yang sangat manis.

"Cie ... lagi-lagi dapat susu kotak dari pengagum rahasia nih," goda Laras sambil menyenggol lengan Alicia. Ia tersenyum jahil. Kedua alisnya naik turun.

Tak menghiraukan gadis jahil yang duduk di sampingnya, Alicia segera mengambil dan membaca sebuah note yang menempel di susu kotak itu.

Tutup telinga dan tetap fokus!
Semangat olimpiadenya, my sunshine!

Di sudut kanan bawah note terdapat sebuah bunga matahari kecil yang digambar dengan bolpoin.

Tak Harus SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang