Kedua mata Garavian masih memandangi layar ponsel yang sengaja disimpan tepat di atas meja kerjanya saat ini. Semenjak dari satu jam yang lalu dia masih termenung dan sesekali mendenguskan nafasnya secara kasar. Pikirannya terasa begitu kalut, sehingga dalam seharian ini dia tidak memiliki gairah untuk memasuki area Pastry kitchen.
Selama hampir dua minggu ini, Garavian merasa jika Kendrick dan Zhanita sedang menghindarinya. Dan seolah - olah mereka telah bekerja sama untuk membuatnya seperti seseorang yang sedang diasingkan karena telah melakukan sebuah kesalahan besar. Berbagai pemikiran dan rentetan pertanyaan pun menghinggapi benaknya dalam beberapa hari ini. Entah kesalahan apa yang telah dilakukannya? Sehingga kedua orang itu sudah memperlakukannya seperti orang asing. Bahkan, secara berturut - turut selama dua kali di akhir pekan Kendrick memilih untuk menginap di rumah Zhanita dibandingkan tinggal di apartemen dan menghabiskan waktu bersama dengannya.
Satu jam yang lalu Garavian mengirimkan sebuah pesan terhadap wanita yang selalu memenuhi pikirannya belakangan ini. Isi pesan tersebut menyatakan sebuah ajakan makan malam kepada Zhanita. Namun, wanita itu belum juga merespon pesan tersebut. Perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Zhanita benar - benar telah menyiksa perasaannya. Dia harus segera mengambil langkah untuk bisa menyelesaikan suatu permasalahan di antara mereka, walaupun jauh di dalam pikirannya sendiri tidak pernah merasa telah melakukan kesalahan dalam bentuk apapun kepada wanita cantik itu.
Gara, bisa antarkan baju sekolah Kendrick untuk besok? Dia ingin menginap lagi disini. Kebetulan, besok jawal saya senggang, jadi saya bisa mengantarnya untuk pergi ke sekolah.
Pesan dari Zhanita tersebut langsung membuyarkan lamunan Garavian. Dia sedikit mengernyitkan dahi saat membacanya. Wanita itu tidak merespon ajakan makan malamnya hari ini, namun menyuruhnya untuk mengantarkan baju sekolah anaknya.
Dinnernya bagaimana Zhanita?
Dua detik kemudian Garavian mengirimkan balasan tersebut dengan perasaan yang cukup berdebar. Berharap bahwa ajakan makan malamnya kali ini tidak akan ditolak oleh wanita tersebut setelah beberapa waktu yang lalu dia harus menerima serangkaian penolakan.
Saya sudah janji untuk dinner di rumah dengan Kendrick. Next time maybe, Gara 🙂
Garavian mendenguskan nafas untuk ke sekian kalinya. Pria tersebut lagi - lagi harus berlapang dada untuk bisa menerima kenyataan pahit yang kembali disuguhkan oleh wanita yang sedang diharapkannya itu.
***
Pukul delapan malam Garavian sudah tiba di rumah Zhanita. Selain membawa perlengkapan sekolah Kendrick, pria itu pun membawa dessert yang telah dibuatnya sendiri beberapa jam sebelumnya.
"Selamat malam !" sapa Garavian saat sudah berada di area living room. Dari ruangan tersebut, dia bisa melihat sosok Zhanita yang sedang membereskan peralatan bekas makan malam yang masih terlihat berantakan di atas meja makan. Kendrick pun seolah tidak ingin kalah untuk membantu pekerjaan wanita tersebut.
"Hai, Gara ! Kamu telat datang, kita baru saja selesai makan," balas Zhanita sambil masih sibuk membereskan meja makan.
"Tidak apa - apa. Dari awal pun kalian memang tidak ada niat mengundang saya untuk makan bersama," sahut Garavian dengan enteng. Namun, lontaran kalimatnya tersebut langsung mampu membuat Zhanita menghentikan aktivitasnya.
"I-itu....maaf, saya......"
"Tidak apa - apa, Zhanita," potong Garavian sembari menerbitkan senyuman sinisnya.
"Saya sangat mengerti, jika kehadiran saya disini pastinya akan membuat kalian merasa tidak nyaman. Kalau begitu, saya permisi."
Garavian meletakkan sebuah paper bag yang berisikan baju sekolah Kendrick dan jinjingan kecil berisi dessert yang dibawanya tadi di atas meja ruang tengah. Dia langsung melangkahkan kakinya untuk melenggang pergi dari ruangan itu. Zhanita dan Kendrick saling bertatapan satu sama lain melihat sikap aneh yang telah ditunjukkan oleh Garavian pada saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL HEALER [COMPLETED]
RomanceZanitha Lizandra. Psikolog. Ceria. Energik. Dan penyuka hujan. Keadaan pun berubah sejak tiga tahun yang lalu. Ketika belahan jiwanya harus pergi meninggalkannya begitu saja demi sebuah obsesi. Ketika dirinya pun harus bertahan hidup dengan terus me...