EPILOG

1K 80 38
                                    

Kedua sosok itu terlihat begitu bahagia saat sedang bercengkrama di sebuah ruangan keluarga yang selalu menjadi tempat favorit bagi mereka berdua untuk menghabiskan waktu bersantai bersama. Sang anak perempuan berusia lima tahun itu terlihat sedang sibuk menyusun puzzle Frozen kesukaannya, sementara kedua netra sang ayah terus mengekori setiap pergerakan lincahnya.

"Daddy, can I ask you something?" tanya anak tersebut saat telah selesai menempelkan potongan puzzle terakhirnya.

"Sure, baby. What do you wanna ask?" Garavian langsung meraih tubuh mungil itu untuk segera didudukkan di atas pangkuannya.

"Why did you choose 'Zhanita' as my name?" Pertanyaan tersebut sontak membuat Garavian langsung terperangah. Dia langsung terdiam beberapa saat.

"Don't you like that name, baby?" Garavian yang masih diliputi rasa bingung kemudian membalikkan pertanyaan.

"No, I'm just curious. Why you don't give me a name like 'Elsa' or 'Anna'?" jawab Zhanita sambil agak memanyunkan bagian bibirnya. Tawa Garavian pun langsung pecah begitu saja. Sedangkan anak perempuannya langsung membalikkan badan untuk menatapnya secara langsung. Pandangan kedua manik coklat itu menuntut sebuah penjelasan. Namun, baru saja Garavian akan menjawab, suara yang lain tiba - tiba muncul dari arah belakang.

"Because we love that name, baby. Zhanita is a pretty woman, very kind, smart, strong and persistent. I hope you can have a character like her," jelas sang ibu sambil membawa sebuah gelas berisi susu, lalu langsung menyodorkannya kepada sang anak.

"Drink your milk and go to bed, oke?" ujar sang ibu kembali. Kedua tangannya mengusap puncak kepala anak perempuannya. Zhanita pun langsung menuruti perintah ibunya, walaupun masih banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan. Pasalnya, dia lebih segan kepada sosok yang telah melahirkannya ke dunia. Dia pun mulai meneguk susu pemberian ibunya dalam waktu singkat. Setelah itu, bocah itu pun langsung memberikan kecupan selamat malam kepada kedua orang tuanya secara bergantian. Lalu langkah kecilnya mulai menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Sepeninggal anaknya tersebut Garavian merasa canggung jika harus menghadapi sosok wanita yang sedang bersamanya saat ini. Terlepas dari pernikahan mereka yang sudah menginjak usia lima tahun, dirinya tetap merasa segan dengan kebersamaan mereka berdua. Faktanya, kemesraan yang selalu mereka perlihatkan pun seolah - olah hanyalah sebuah tuntutan dan kewajiban saat tampil di depan umum, dihadapan kedua belah pihak keluarga mereka beserta di depan Zhanita yang merupakan buah hati mereka berdua. Ya, tentu saja Kendrick tidak masuk hitungan orang - orang yang pantas untuk dibodohi.

"Biar aku yang tunggu Kendrick pulang," kata Nathania yang selalu menyadari kekakuan suaminya.

"Kamu yakin?" Garavian sempat meragu karena istrinya juga pulang telat dari rumah sakit malam itu.

"Yakin," jawab Nathania sekenanya. Selama ini dia selalu berusaha tidak menunjukkan kesedihan yang dirasakannya. Sejak peristiwa malam keramat yang terjadi lima tahun yang lalu segala hal dalam hidupnya sudah terenggut begitu saja. Garavian dan juga dirinya sama - sama harus terjebak untuk menghabiskan sisa hidup mereka berdua di dalam satu atap. Pernikahan seharusnya berlandaskan cinta, namun bagi mereka hal tersebut hanyalah sebuah ikatan yang hanya didasari rasa tanggung jawab semata.

Lima tahun telah memberikan banyak berbagai pelajaran hidup bagi Nathania. Pun kebiasaan tinggal bersama dengan seorang pria tampan dan berkharismatik itu menjadikan hati dinginnya mulai merasakan apa itu cinta. Namun, berbeda jauh dengan hatinya yang sudah mulai terbuka, Garavian seakan telah menutup rapat seluruh bagian hatinya tanpa ingin ada satu celah pun yang tersisa.

SOUL HEALER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang