SATU

1.5K 133 15
                                    

Zhanitha membuka kedua matanya secara perlahan, setelah tertidur beberapa belas menit yang lalu di dalam sebuah ruangan yang didominasi oleh warna putih itu. Tidurnya kali ini sangat nyenyak, walaupun hanya dalam waktu yang singkat. Namun, hal itu cukup membantu memberikan relaksasi pada tubuhnya. Dia hanya meminum secangkir chamomile tea sebelum berakhir dengan menutup kedua matanya di atas tempat tidur yang tersedia di dalam ruangan tersebut.

Beberapa hari ke belakang Zhanita tidak bisa beristirahat dengan baik. Kecemasan terbesarnya yang sempat menghilang, kini telah muncul kembali. Dia tidak bisa tidur nyenyak di malam harinya dan hanya merasakan kegelisahan yang begitu besar jika berada di dalam kesendiriannya.

Munculnya kembali rasa cemas itu bermula dari tiga hari yang lalu, ketika Zhanita melihat seseorang yang pernah menjadi belahan jiwanya di masa lalu.

Aksal Garvi.

Sang Kekasih yang telah dianggapnya sebagai cinta sejati, namun dari laki - laki itulah dia berhasil mendapatkan patah hati terbesarnya dalam cinta dan juga kehidupan.

Aksal hanyalah seorang pecundang dimatanya saat ini. Seorang laki - laki yang pintar menyembunyikan alasan lain dibalik kepergiannya. Seorang mantan suami yang dengan begitu mudahnya menyodorkan secarik kertas berisi gugatan perceraian tanpa memiliki perasaan bersalah sedikitpun. Seorang Pengacara yang sangat terobsesi dengan sebuah ketenaran dan kesuksesan, sehingga cara apapun akan dilakukan untuk mencapai tujuannya tersebut.

Sore itu, Aksal sedang bersama seorang wanita dan seorang anak perempuan yang kira - kira masih berumur sekitar dua atau tiga tahun di sebuah tempat yang sama - sama sedang dia kunjungi.

Ya, tempat itu adalah sebuah restoran Jepang yang menjadi favoritnya dulu bersama seorang laki - laki yang kini statusnya telah menjadi seorang suami dari wanita lain dan juga seorang ayah dari anak hasil buah cinta mereka.

Di restoran itu, Zhanita kembali melihat sebuah senyuman yang sudah lama tidak dia nikmati selama tiga tahun terakhir. Senyuman yang mampu menghadirkan sebuah kebahagiaan serta perasaan damai selama hidupnya di beberapa tahun yang lalu. Senyuman yang dulu hanya dipersembahkan untuk dirinya dan hanya akan selalu menjadi miliknya seorang. Namun, kenyataan pahit yang tersisa adalah senyuman itu kini sudah menjadi hak dan milik wanita lain.

Andaikata dia adalah wanita itu, apakah keadaan hidupnya sekarang akan terasa sebahagia itu ? Dan apakah tawa yang akan muncul dari bibirnya akan terlihat selepas itu?

Melihat kebahagiaan dari raut muka keluarga kecil tersebut telah mampu membuat luka lama yang masih menganga di dalam hatinya kembali tersayat. Membangkitkan kembali rasa perihnya, bahkan terasa lebih perih dari sebelumnya. Seperti menabur garam di atas luka yang masih basah.

Mungkin waktu bukanlah proses atau sebuah alat untuk bisa menyembuhkan lukanya. Waktu hanyalah sebuah sarana yang membantu membuatnya lupa untuk sementara, tanpa bisa menghilangkan rasa dukanya.

Sesungguhnya luka yang Zhanita miliki tidak akan pernah bisa tersembuhkan dan akan selalu menggerogoti kebahagiaan dalam sisa hidupnya.

Dan apa itu kebahagiaan?
Satu kata itu yang tidak pernah dia temui lagi setelah kejadian tiga tahun yang lalu.

Selama ini Zhanita berusaha untuk melewati waktu yang setiap harinya terasa seperti mimpi buruk baginya. Dia hanya berpegang pada satu alasan untuk bisa tetap menjalani kehidupannya. Menolong jiwa - jiwa yang hancur, sama seperti dirinya.

Lantas, tidak akan ada perasaan yang tidak hancur jika ditinggalkan oleh seseorang yang sudah kau anggap sebagai pondasi terkuat dalam hidupmu.

Aksal Garvi adalah orang yang menjadi pegangan dan sandaran selama masa hidupnya dulu. Seorang laki - laki yang dia percayai sepenuhnya untuk menjadi satu - satunya keluarga yang hanya dia miliki di dunia ini setelah dicampakkan oleh keluarganya sendiri. Bahkan, dia rela membuang nama besar keluarganya dan dicoret dari daftar hak ahli waris. Namun, seseorang yang menjadi satu - satunya alasan untuk tetap menjalani kehidupan normalnya tersebut, kini telah pergi.

SOUL HEALER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang