"Tumor otak metastasis", ucap Narendra dengan nada berat. Tiga kata itu sesungguhnya memberikan efek yang memiliki guncangan besar bagi setiap yang mendengarnya, termasuk Zhanita.
"Operasi pengangkatan harus dilakukan karena panjangnya sudah lebih dari empat centimeter. Setelah itu kamu akan menjalani proses radiasi dan kemoterapi," lanjut Narendra. Sebelumnya dia tak kuasa untuk menyampaikan berita buruk tersebut. Pagi tadi saat membaca hasil biopsi dia hanya bisa tertegun lama dan sempat menangis diruang prakteknya. Pada akhirnya dia pun segera berdiskusi dengan dokter spesialis bedah saraf dan dokter spesialis bedah onkologi yang menjadi rekannya di rumah sakit yang sama.
Zhanita yang sudah mampu memahami situasi hanya bisa tersenyum pasrah. Gejala yang selalu dirasakannya sudah mampu memberikan segudang arti bahwa penyakitnya itu sangat serius. Selain harus merasakan sakit yang begitu hebat di bagian kepalanya, terkadang wanita itu merasakan penglihatan kedua matanya yang mulai kabur. Bahkan, seringkali dia kesulitan untuk melafalkan beberapa kata yang agak susah untuk diingat. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya dia juga merasa hal tersebut bersifat wajar. Mengingat kontrol rutin yang seharusnya tetap dilakukan pasca kanker ovariumnya tidak dia jalankan setelah kejadian tiga tahun yang lalu.
Berkebalikan dengan suasana hatinya yang sedang kacau, Zhanita hanya bisa memberikan sentuhan sederhana pada bagian punggung tangan Narendra untuk berusaha menenangkan keadaannya yang terlihat begitu frustasi.
"It's oke, kak. Lakukan saja tindakan apapun yang menurut kakak merupakan jalan terbaik demi pengobatanku. Aku percayakan sepenuhnya." Lagi - lagi Zhanita hanya bisa berkata dengan tenang dan dengan mudahnya wanita itu bisa meluncurkan kata - kata tersebut dari mulutnya. Serangkaian tes sudah dijalani oleh wanita itu sejak beberapa hari yang lalu. Jika hasil yang keluar tidak sesuai harapan, lalu apalagi yang bisa dia perbuat saat ini? Bukankah menjalani dengan tetap berusaha melewati segalanya telah menjadi pilihan terbaiknya sejak awal?
"Zha, jujur ini sangat berat untukku. Banyak resiko yang bisa terjadi dan mungkin saja........" Narendra tidak mampu lagi meneruskan perkataannya. Dia ingin marah, mencaci maki seorang wanita ceroboh yang sedang berada di hadapannya saat ini. Kendati demikian, dia hanya mampu membelai puncak kepala yang menjadi pasiennya, sekaligus menjadi wanita yang masih tetap dicintainya hingga saat ini.
"Kalau kak Naren tidak yakin seperti ini, lalu bagaimana denganku?" Kali ini tatapan Zhanita terlihat semakin nanar. Dalam, menggelap, seakan menyiratkan bahwa dia benar - benar butuh pertolongan. Narendra hanya mampu membenamkan wajah cantik itu ke dalam dekapannya. Rasa sakit yang menghujam keduanya seolah - olah membangkitkan perasaan tegang seperti empat tahun yang lalu. Bahkan, kali ini terasa lebih buruk.
"We can get through this," ucap Narendra sambil menahan rasa sesak yang menyelubungi dadanya.
"Aksal menceraikanku tiga tahun yang lalu karena aku tidak bisa memberikannya keturunan. Dia berselingkuh." Zhanita tiba - tiba meluapkan segala kesedihannya di hadapan orang yang masih merengkuh tubuh mungilnya dan sekaligus menjadi orang yang sangat dia percayai. Narendra yang mendengar itu pun langsung melepaskan rangkulannya dan memberikan tatapan menuntut sebuah penjelasan.
"Kak, kali ini aku harus berjuang satu kali lagi. Demi dua orang manusia yang sangat membutuhkan kehadiranku di kehidupan mereka. Please help me," lirih Zhanita yang sudah terisak dalam tangis. Narendra meremas bagian rambutnya penuh frustasi. Dia merasa bingung dan sekaligus iba.
"Aku akan menceritakan semuanya pada kakak, tapi tidak disini. How about tonight? At dinner?" tanya Zhanita penuh harap.
"Sure. I'll pick you up arround 7 p.m." Narendra langsung menanggapi. Zhanita hanya mengangguk pelan sebelum akhirnya sebuah kecupan hangat mendarat di bagian keningnya. Dia pun akhirnya meninggalkan ruangan itu untuk kembali ke apartemen sewaannya selama di Singapura.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL HEALER [COMPLETED]
RomansZanitha Lizandra. Psikolog. Ceria. Energik. Dan penyuka hujan. Keadaan pun berubah sejak tiga tahun yang lalu. Ketika belahan jiwanya harus pergi meninggalkannya begitu saja demi sebuah obsesi. Ketika dirinya pun harus bertahan hidup dengan terus me...