TUJUH BELAS

651 78 51
                                    


Pada akhirnya, suasana menegangkan yang sempat tercipta pagi tadi terselamatkan oleh waktu yang benar - benar berpihak pada Zhanita dan Garavian. Jam yang sudah hampir menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit memaksa Kendrick segera menarik lengan ayahnya, sesaat setelah melihat kemunculannya dari balik daun pintu kamar utama untuk bergegas masuk ke dalam mobil tanpa memberikan pertanyaan ataupun komentar tentang bagaimana bisa sosok pria dewasa tersebut muncul begitu saja dari sebuah kamar sang pemilik rumah di waktu pagi hari dengan memperlihatkan muka bantalnya. Padahal, Garavian sudah menyiapkan serangkaian kalimat beserta alasan yang mampu di terima oleh akal sehat seorang manusia. Di sepanjang perjalanan pun, Kendrick memilih untuk memasang earphone pada kedua telinganya untuk mendengarkan musik dari Ipod kesayangannya. Ya, setidaknya pagi tadi mereka bertiga tidak harus bertengkar mulut terlebih dahulu.

Di sisi lain, Garavian dan Zhanita tetap harus bersikap waspada, karena keadaan tersebut masih bersifat sementara saja. Terlepas dari tatapan curiga dan tuntutan pertanyaan seorang bocah kritis yang selalu tidak puas untuk terus menuntut sebuah jawaban lebih tadi pagi, lantas tidak dapat menjamin keselamatan diantara keduanya. Karena biasanya di lain waktu bocah tersebut akan kembali membahas perkara yang sudah berlalu dengan menyudutkan salah satu pihak dari mereka yang telah berbuat salah. Kendrick ibaratnya seperti seorang predator yang tidak pernah melepaskan mangsanya dengan begitu mudah.

Hari kini telah menjelang sore. Zhanita bertugas untuk menjemput Kendrick di sekolahnya karena Garavian sedang memiliki kesibukan yang tidak dapat dia tinggalkan begitu saja di toko kuenya. Dan disinilah wanita itu berada. Duduk termenung di dalam mobilnya yang terparkir di sebuah pelataran luas yang berjarak tidak jauh dari bangunan sekolah dengan suasana di sekelilingnya sudah terlihat sangat sunyi. Seharusnya sejak tadi Kendrick sudah melenggang pergi meninggalkan kelas dan segera menghampirinya di tempat biasa. Namun, sosok makhluk kecil tersebut masih tidak kunjung muncul.

Zhanita memilih untuk bersabar dalam beberapa menit ke depan sambil memejamkan kedua matanya. Posisi kepalanya menengadah memandangi langit - langit mobil dengan tatapan kosong. Lamunannya kembali menguasai tingkat kesadaran dirinya yang sudah mulai melemah. Dan sesekali indra penciumannya menghela nafas panjang lalu menghembuskannya secara kasar.

"Audrey adalah mendiang istriku. Maaf, aku tidak tahu bahwa selama ini masih saja meracaukan namanya di dalam mimpi dan tidurku."

Perkataan Garavian yang sempat diungkapkan tadi pagi sesaat sebelum dirinya membuka pintu kamar masih terngiang jelas di dalam benak wanita berparas cantik itu. Pria itu masih belum bisa berpisah dari bayang - bayang masa lalunya. Dan mungkin saja, bermain - main dengan sebagian besar teman kencannya merupakan sebuah bentuk pengalihan dari rasa sedih yang ingin terus dia hindari selama ini. Walaupun, pada kenyataannya pria tersebut tidak akan pernah bisa terus - menerus lari dari kenyataan untuk bersembunyi dalam rasa sakitnya.

Zhanita merasa bahwa dirinya tidak akan pernah bisa menang. Bersaing dengan seorang wanita yang telah tiada terasa lebih berat daripada harus bersaing dengan sosok wanita yang masih hidup di dunia nyata. Dia menyadari jika dirinya tidak akan pernah bisa menjadi satu - satunya wanita yang berada di dalam hati dan pikiran seorang pria yang mulai disukainya dalam beberapa waktu yang lalu.

Lalu, bagaimana dia bisa mempercayai cinta untuk yang kedua kalinya dan menjadikan Garavian sebagai pijakan hidupnya? Sementara di sisi lain kehidupan sang pria masih terjebak dalam masa lalunya sendiri yang sepertinya enggan untuk dia tinggalkan. Ditambah lagi, dirinya pun sedang berusaha melepaskan diri dari jeratan masa lalunya yang sangat pahit dan telah berhasil memporak - porandakan seluruh hidupnya. Tidak akan ada yang bisa menguatkan keduanya, karena jiwa - jiwa mereka masih terbenam dan berkubang di dalam rasa sakit itu sendiri.

SOUL HEALER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang