Malam harinya, sekitar pukul sepuluh malam Garavian baru memarkirkan Ford Ranger hitamnya di depan sebuah rumah bercatkan putih milik Zhanita. Pria tersebut datang terlambat karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan di toko kuenya. Tak hanya itu, dia pun sengaja mengulur waktu untuk berusaha menetralkan hati dan pikirannya yang sempat kacau sejak siang tadi.
Ketika memasuki area living room, tidak ada sesosok manusia pun di dalam sana. Biasanya, Zhanita dan Kendrick akan berada di sana untuk menonton acara televisi atau hanya sekedar bersenda gurau. Tetapi, malam ini suasana di dalam rumah begitu sangat hening.
Garavian pun melangkahkan kedua kakinya untuk mencari yang empunya rumah, sampai sepasang netranya tertuju pada sebuah pintu ruang kerja yang masih setengah terbuka. Dia pun menuju ruangan tersebut untuk memastikan masih ada orang yang berada di dalam sana.
"Malam!" sapa Garavian. Saat itu juga dia langsung melihat Zhanita yang sedang membereskan beberapa dokumen di atas meja kerjanya.
Wanita itu mengenakan setelan kaos tipis dan rok pendek di atas lutut yang berbahan linen. Tak hanya itu, sebuah kacamata berbingkai tipis bertengger di atas hidung mancungnya yang semakin menambah kesan bahwa selain cantik, Zhanita juga terlihat sangat sexy pada malam itu. Presensi seorang pria tampan yang masih berdiri dan menyelipkan tubuhnya di antara daun pintu ruang kerja miliknya pun, telah mampu menghentikan aktivitas yang tengah dilakukannya. Dia langsung menerbitkan senyuman lebar dari bibir tipisnya.
"Hai! Kenapa pulang terlambat? Toko kamu......"
"Kendrick mana?" potong Garavian. Seakan tidak mau peduli dengan sapaan balik dari Zhanita. Dan ya, wanita itu pun memang sudah terbiasa dengan sikap tidak sopan yang sering dilakukan oleh lawan bicaranya tersebut selama ini.
"Kendrick sudah tidur duluan tadi. Akhir - akhir ini, dia menghabiskan waktunya untuk terus belajar. Perlombaan sains kan tinggal beberapa bulan lagi. Jadi....."
"Bocah itu tidur di kamar kamu lagi?" potong Garavian kembali.
"Gara, aku belum selesai berbi......"
"Jawab saja pertanyaanku, Zhanita," tuntut Garavian. Zhanita hanya bisa memutar kedua bola matanya mendengar Garavian yang sudah mulai mendominasi.
"Kendrick tidur di kamar atas. Dia memilih tidur disana karena ingin tidur berdua denganmu. Jadi, sebaiknya kamu....."
"Oh, ya? Baguslah," potong Garavian dengan nada datar.
Zhanita sudah menampakkan ekspresi kesalnya karena setiap kali dia berbicara, pria yang sedang berdiri di seberangnya tersebut tidak memberinya kesempatan untuk sekedar melengkapi semua kalimat yang terlontar dari mulutnya.
Pria berbadan tegap itu pun mulai memajukan langkahnya menuju tempat Zhanita berdiri saat ini, sesaat setelah menutup pintu ruang kerja dengan sangat rapat dan menguncinya dari dalam.
"Kamu sudah makan?" tanya Zhanita. Dia berusaha sebisa mungkin meredam rasa kesalnya yang sempat timbul beberapa saat yang lalu.
"Belum. Aku sedang tidak nafsu makan," jawab Garavian dengan nada ketusnya.
"Hmm....kamu sedang merasa kesal saat ini, chef?" tanya Zhanita sambil menatap nanar kedua bola mata berwarna coklat terang itu. Sebenarnya, suasana hati Garavian mulai mendingin saat mendengar panggilan chef yang keluar dari mulut wanita itu. Namun, dia segera menepis kelemahannya tersebut dengan tujuan melanjutkan kembali misi untuk meluapkan kekesalannya pada malam itu.
"Bukan kesal, tapi aku sedang marah," jawab Garavian cepat. Dia menghentikan langkahnya saat jaraknya sudah sangat dekat dengan lawan bicaranya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL HEALER [COMPLETED]
RomanceZanitha Lizandra. Psikolog. Ceria. Energik. Dan penyuka hujan. Keadaan pun berubah sejak tiga tahun yang lalu. Ketika belahan jiwanya harus pergi meninggalkannya begitu saja demi sebuah obsesi. Ketika dirinya pun harus bertahan hidup dengan terus me...