Gadan -43

911 47 12
                                    

Sekarang difa sudah di baringkan tidur

dokter memberikan kartu nama seseorang kepada dania dan gabriel

"ehmm.. ini, kartu nama dokter fena, dokter psikologis, dia bisa menangani orang dewasa maupun anak kecil" ucap dokter yang bernametag brian

"anak saya kenapa dok?" Tanya dania

"kemungkinan anak ibu mengalami trauma dan psikolognya bisa terganggu" ucap dokter brian

"anak saya gak akan jadi gila kan dok?" Tanya dania

"Tidak bu, kemungkinan anak ibu akan takut dengan hal hal yang berbur api atau pukulan, yaa.. semacam itu" ucap dokter bram

"yaudah, kami pamit dok" ucap gabriel

"makasih infonya dok" ucap dania

######

Sekarang dania dan gabriel sudah membawa difa untuk pulang.

"mama, aku takut"

"Difa gak usah takut, ada mama sama papa disini" ucap dania sambil memeluk difa

"mama dedenya kapan lahir?" Tanya difa

Dania ternyum kecil melihat difa "masih lama sayang, 5 bulan lagi" ucap dania

"difa sayang adik" ucap difa sambil memegangi perut dania dan mengelusnya

Tak terasa sekarang mereka bertiga sudah sampai di rumah

dania melihat satu persatu mobil

dania mengenali ketiga mobil ini

"kamu yang suruh mereka dateng?" Tanya dania

"engga dan"

akhirnya mereka masuk ke ruang tamu yang dipenuhi oleh keluarganya

"Difaaa sayangg, kamu gak papa?" Tanya diandra

"mah, maaf difa harus istirahat" ucap dania yang mengerti keadaan difa

"kalo mama atau bunda mau nodong cerita, ke gabriel ajah" ucap dania sambil melihat gabriel

Gabriel membuat wajah bingungnya dan memakai bahasa isyarat agar tidak diketahui keluarganya.

"udah kamu ajah aku mau nidurin difa" ucap dania

"aku ke kamar ya semua, permisii" ucap dania yang berjalan duluan dan gabriel dibelakangnya sambil menggendong difa

gabriel menaruh difa di kasurnya

"aku kebawah dulu dan" ucap gabriel dan di angguki oleh dania

"gab"

"iyaa"

"difa mengalami trauma lagi"

"dania, kita bisa menyembuhkan difa, waktu itu, kita sudah berhasil membuat difa seperti semula, pasti kita bisa"

"gab, kita akan menggunakan cara yang dulu, prioritaskan difa, tapi gimana sama gabi, dia masih kecil, masih butuh aku?" Tanya dania

"kamu dan aku bisa" ucap gabriel menguatkan dania dan memegang tangannya

"Aku kebawah ya" ucap gabriel dan di anggukan oleh dania

saat sampai di anak tangga terakhir gabriel sudah di tarik oleh mamanya untuk duduk dan menceritakan semuanya

"Gab" panggil bundanya tegas

"iyaiyaa"

"jadi difa diculik" ucap gabriel

"kita tau gab" ucap diandra

"eh?, udah tau?" Ucap gabriel sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"gab, terus gimana keadaan difa?" Tanya miscella

"Kemungkinan difa mengalami trauma dan psikolognya terganggu" ucap gabriel

"astgaa, kasihann" ucap miscella dan diandra

"Daddy punya kenalan dokter psikolog, dokternya pinter di ahli medis itu gab, namanya dokter fena" ucap vero

"Udah kok dad, dokter nya juga kasih kartu nama dokter fena"

"siapa yang menculik difa?" Tanya diana

"mama kandungnya sendiri" ucap gabriel

"Hah??!!" Diana kaget, ia seperti tidak percaya

"mama kandungnya?" Ucap miscella

"gak salah gab?" ucap vero

"mama kandungnya itu.., gila" ucap gabriel

"kabur dari rumah sakit jiwa" ucap gabriel

"teruss dania gimana ituu" ucap diana

"dania aduu bacot sama mamanya" ucap gabriel sambil terkekeh

"ngapain dania adu bacot sama orang gila, ya... gak bakal selesai" ucap diana

"hm."

"dania udan jadi orang tua, tapi tetep ajah bacotnya dipelihara" ucap diandra

"apalagi kalo lagi hamil gini, bacotnya bertambah 85%" ucap gabriel

"gabriel gak salah di omelin, gabriel salah
diomelin juga, apalagi ya mah, pas dia tau dia hamil, haduhhh... cerewet banget, dari pagi hampir sore kalo liat aku bawaannya marah terus, pusingg"

"sabar ya gab" ucap diana

seketika semua orang yang berada di ruang tamu terkekeh melihat gabriel

--------------------

Gak tau kenapa pengen up lagi, wkwk

makasih yang udah baca

selamat malam :):)

luvvvv uuu

jangan lupa vote dan komen

~GADAN~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang