Pak Budi diam sejenak. Sedangkan satu ruangan ricuh. Penasaran dengan siswi yang akan menggantikan posisi Devan.
"Kira-kira siapa, ya, Al?" tanya Syila. Aleena hanya menggidikkan bahunya.
Bisikan mereka terdengar samar-samar di telinganya. Whatever, ia tidak peduli. Ia mengambil ponsel dari saku rok abu-abu panjangnya. Membuka aplikasi Wattpad, membaca setiap cerita yang muncul di beranda. Ia memang sangat hobi membaca.
"Yang Bapak pilih menjadi ketua OSIS tahun ini adalah ...." Pak Budi sengaja memotong kalimatnya, untuk membuat kesan dramatis.
"Aleena Fyonita!" Semua orang terbelalak mendengarnya, termasuk Devan. Sedangkan gadis yang disebutkan namanya masih asyik membaca.
"Al," panggil Syila pelan. Ia tak menoleh sedikit pun, masih fokus dengan bacaannya.
"Aleena!" Ia menggoyangkan tubuh sahabatnya.
Gadis itu terkejut. "Kenapa?!" balasnya. "Kenapa mereka natap aku kayak gitu?" Ia menyadari semua mata tertuju pada dirinya, bingung.
"Lo jadi ketua OSIS, Al!" seru Syila.
"Hah?!" Aleena menatap sahabatnya tak percaya. Bagaimana tidak? Ia belum genap dua bulan menjadi anggota, tapi sekarang sudah jadi ketua. Tentu saja ia terkejut.
"Aleena!" Ia menoleh ke arah suara bariton yang memanggil namanya.
"I--iya, Pak," balasnya, gugup.
"Ayo, maju!" pinta Pak Budi.
"Sa--saya, Pak?" tanya Aleena memastikan. Pak Budi mengangguk. Gadis itu menghela napas berat, lalu beranjak dari tempat duduknya. Ia menghampiri dua pria di depan itu.
"Selamat, ya! Mulai sekarang kamu ketua OSIS SMA Adhitama!" tutur Pak Budi. Aleena membalasnya dengan senyum simpul, seraya menyalami pria paruh baya itu.
"Selamat!" ucap Devan tersenyum menjabat tangannya.
Aleena membalas senyumannya. Pria itu memakaikan jas OSIS kepadanya. Di bagian dada sebelah kanan jas itu telah tertera nama lengkap dan jabatan Aleena. Ia merasa senang dan hampir tak percaya. Padahal, ia baru satu semester lebih berada di sekolah itu. Ia juga tak percaya melihat Devan yang tersenyum manis kepadanya untuk yang pertama kali. Catat itu, pertama kali!
'Apa aku mimpi? Kalau iya, kenapa aku gak bangun? Kayaknya ini bukan mimpi, deh. Ini nyata!' batin Aleena kegirangan.
***
"Hei!" sapa Syila menepuk pundak sahabatnya yang sedang bersama sang pacar.
"Eh, elo, La. Gue kira siapa tadi," balas sahabatnya, Jenny. Ia menoleh sesaat, lalu melanjutkan makannya.
"Makanya jangan pacaran mulu sama Kak Dirga!" sindir gadis berpostur tinggi itu yang masih berdiri. Jenny menghentikan aktivitasnya, menatap tajam ke Syila.
"Halah, bilang aja iri. Makanya lo cari pacar sono!" jawab Jenny yang mulai memanas.
"Dih, siapa juga yang iri," kilah Syila. Ia memutar boleh matanya malas.
"Elo yang iri!"
"Nggak, ya!"
"Iri aja bilang."
"Nggak, gue gak iri!"
Setelah perdebatan singkat itu, Aleena dan Syila duduk satu meja dengan Jenny dan Dirga, pacarnya.
"Eh, itu jas lo, Al?" tanya Jenny menunjuk jas OSIS yang ia letakkan di meja.
"Iya. Tad--"
"Tadi dia dilantik jadi ketua OSIS sama Pak Budi," potong Syila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldeva
Roman pour AdolescentsSelamat membaca❤ Kritik, saran, tanggapannya dibutuhkan. [BELUM DIREVISI] TERBIT✅ _____ Menaruh hati pada sahabat lama bukanlah suatu kesalahan baginya. Namun, karena ia sudah memiliki kekasih, itulah kesalahannya. Maka keputusan yang harus ia lakuk...