Bab 3🍁

156 21 0
                                    

Pagi ini, Aleena datang lebih lambat sepuluh menit dari biasanya. Ia hampir saja lupa membawa buku Biologi. Gadis itu menyusuri koridor sekolah menuju ke kelas. Di perjalanan dilihatnya adik kelas yang memakai rok terlalu pendek menurutnya.

"Hei! Kamu!" Gadis itu menoleh dan menghentikan langkahnya.

"Kenapa, Kak?" Ia sudah salah, tapi masih bertanya. Membuatnya sedikit kesal.

"Kamu tanya kenapa? Rok kamu itu kependekan. Besok harus diganti sesuai dengan aturan sekolah!" Teguran tegas dari Aleena membuat gadis itu menunduk. Ia akan marah? Tentu tidak. Sebab ia tahu Aleena ketua OSIS sekarang. Sudah menjadi kewajiban Aleena menegur murid yang tidak menerapkan aturan.

"I--iya, Kak. Maaf, saya permisi.” Gadis itu berlalu. Aleena segera melanjutkan perjalanan ke kelas. Takutnya bel sudah berbunyi ketika ia sedang menegur gadis tadi.

***

Hampir sampai di kelas, ia mendengar kericuhan. Ia melirik jam di ponselnya, ternyata bel masuk lima menit lagi berbunyi. Ia heran, tidak biasanya jam segini kelas sudah ramai. Aleena segera membuka pintu karena penasaran. Takut terjadi hal yang tak diinginkan.

"Congratulation, Aleena!"

Sungguh, ia terkejut. Ternyata kericuhan tadi berasal dari mereka yang menyiapkan surprise untuknya.

"Thank you, All!" ucapnya tersenyum bahagia.

Ternyata masih ada orang yang menyayanginya, selain Seno, keluarga Fitria, dan Bi Surti. Devan? Ia tidak yakin pria itu menyayanginya. Ia bersyukur memiliki teman seperti mereka. Selalu mendukungnya, menghiburnya, dan hari ini mengagetkannya. Sungguh, mereka benar-benar teman yang diimpikan Aleena selama ini.

'Andai dulu teman-temanku seperti sekarang ini. Mungkin kenangan yang terukir sangat indah.'

Kesekian kalinya kepingan-kepingan kejadian itu kembali terlintas di benaknya. Membuat cairan bening menggenang di pelupuk matanya, lagi.

"Kaget gak, Al?" Jenny menepuk pundak Aleena, membuyarkan lamunannya.

"Banget malah. Siapa yang rencanain, nih?"

"Kami, dong!" aku kedua sahabatnya.

"Ya, tentunya atas persetujuan gue," ujar Glen---ketua kelas---yang tiba-tiba nimbrung.

"Makasih, ya," ucapnya, hanya dibalas anggukan oleh pria itu.

"Makasih, ya, Semuanya!" ucapnya semangat. Hari ini ia begitu bahagia, hingga air mata ingin menetes.

"Sama-sama, Al!" sahut mereka.

Mereka mengeluarkan kue tart yang bertuliskan "Congratulation, Bu Ketos!”. Ia tersenyum geli membaca kata terakhir. Jenny memberikan pisau kepadanya. Dipotongnya kue tersebut dan diletakkan di piring kecil yang sudah dilengkapi dengan sendoknya. Ia memberikan potongan pertama kepada Jenny dan Syila. Namun, mereka menolaknya. Aleena bingung dengan penolakan kedua sahabatnya itu.

"Al, sebeneenya ... ini bukan sepenuhnya rencana gue sama Syila. Ada orang lain yang rencanain ini pertamanya," aku gadis berambut lurus itu.

"Oh, ya? Siapa? Apa aku kenal sama dia?" tanya gadis itu penasaran. Syila tak menjawab, gadis itu malah menyuruhnya berbalik. Dengan cepat ia menuruti sahabatnya itu. Ia sudah tidak sabar melihat orang yang mengusulkan kejutan ini. Apa mungkin ia punya penggemar rahasia? Sepertinya tidak, ia tidak se-famous itu.

Saat ia berbalik, seseorang berdiri di ambang pintu. Menyandarkan bahunya di pintu kayu itu. Betapa terkejutnya ia, ternyata orang yang dimaksud Jenny itu Devan!

AldevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang