Bab 11🍁

74 13 0
                                        

Devan duduk termenung di kursinya. Tidak ada niat untuk menyusul temannya ke kantin. Ia masih memikirkan keadaan Aleena.

"Lo dimana, sih, Al?! Udah tiga hari lo ninggalin gue! Baru kali ini gue ngerasain kehilangan seseorang yang ... gue sayang."

"Baby!" Clarisa datang membuyarkan lamunannya.

"Kantin, yuk! Udah dua tiga hari, lho, aku gak liat kamu ke kantin," bujuk Clarisa. Ia menarik lengan kekar pria itu, tetapi segera ditepis kasar olehnya.

"Gak. Lo aja sana sama temen-temen lo!" bentaknya.

"Kamu kok gitu, sih?! Kenapa kamu bentak aku? Salah aku apa?"

"Pikir sendiri!"

"Baby, ayo! Ke kantin, yuk!" bujuknya lagi.

"Sekali gue bilang nggak ya, nggak!" Sekali lagi ia menerima bentakan dari pacarnya. "Udah sana, deh, lo! Risih gue!"

"Woi! Kalau dia gak mau gak lo paksa!" Teriakan Dirga menggema di seluruh ruangan.

"Dih! Pacar-pacar gue kenapa lo yang sewot?!" pekik Clarisa.

"Pacar lo juga manusia! Mana ada manusia yang mau dipaksa," sahut Syila yang sedari tadi geram dengan kelakuan kakak kelasnya itu.

"Mending lo pergi. Daripada nanti diserang sama Van Squad," cetus Jenny.

"Huh! Nyebelin banget, sih!" decak Clarisa meninggalkan kelas Devan.

"Yang nyebelin lo!" teriak Jenny dan Syila bersautan.

"Wih, keren cewek lo, Bro! Sekali berkata langsung kabur tuh anak," ujar Iqbal sesekali terkekeh.

"Iya, dong. Cewek gue!" ucap Dirga merangkul Jenny. Sang pacar terbelalak, baru kali ini Dirga memperlakukannya seperti ini.

"Woi! Liat sekeliling, masih ada yang jomblo, nih!" ujar Syila; nge-gas. Biasa, princess jomblo kalau lagi iri memang begitu. Abaikan saja, hihi.

"Jomblo? Siapa yang jomblo?" Iqbal menatap Syila, membuat sedikit rona di pipinya.

"Gue!"

"Lho, siapa bilang lo jomblo? Kan, ada gue." Syila terbelalak mendengarnya.

"Udah, gak usah bercanda, deh. Gak lucu tau, gak!" pekiknya.

"Siapa yang bercanda, La? Gue serius kok." Syila tak mengerti arah pembicaraan Iqbal.

Iqbal meraih kedua tangan Syila. Ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya, begitupun teman-temannya. Devan yang tadinya melamun pun menjadi terfokus dengan mereka.

"Syila, lo ... mau gak jadi pacar gue?" ujar Iqbal to the point. Sontak pipinya merona, jantungnya berdetak kencang.

"Terima! Terima! Terima!" sorak teman sekelas Iqbal yang tak tahu sejak kapan datang.

"Gimana, La?" Iqbal masih menunggu jawaban dari sang pujaan hati

"Thank you, La," ucapnya hampir memeluk Syila, tapi ditahan olehnya.

"Enak aja main peluk-peluk. Bukan muhrim!" cibirnya.

"Ya, maaf. Saking senengnya," kilah Iqbal menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"PJ!" teriak Dirga semangat 45 yang diikuti teman-temannya yang lain.

"PJ minta sama kak Iqbal aja, ya," ujarnya diselingi tawa.

"Bangkrut dah, gue nih. Kalau gue bangkrut biaya pernikahan kita nanti gimana?"

"Yee ... lulus aja belum, main nikah-nikah aja," cibir Syila menatap pacarnya sinis. Yang ditatap hanya menyengir tanpa dosa.

AldevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang