Bab 1🍁

592 46 17
                                    

Baca sampai bab kelima dulu. Kalo gak srek di hati, boleh ditinggalkan:)
_____

"Jika Ia sudah berkehendak, maka terjadilah. Jika Ia ingin mempersatukan kita, maka bersatulah. Namun, jika Ia ingin memisahkan kita, maka berpisahlah."

~ Aleena Fyonita Ananta ~

_____

Devan Putra Raharja, atau biasa disapa Devan. Kakak kelas sekaligus ketua OSIS di tempat Aleena menimba ilmu. Pria dingin dan ketus, jarang sekali tersenyum. Sejak awal pertemuan, pria itu selalu saja bersikap dingin kepadanya. Wajar saja, sebab ia sudah memiliki kekasih. Walau begitu, entah mengapa Aleena dibuat terpesona olehnya.

Bukan karena ketampanannya di atas rata-rata ataupun gelarnya sebagai ketua OSIS, tapi karena sifat baiknya. Namun, rasa itu harus dikuburnya dalam-dalam. Tak mungkin ia bisa meluluhkan es kutub itu. Ia pun seperti tak asing lagi dengan pria itu. Seperti pernah bertemu, tapi tidak tahu kapan dan di mana.

-oOo-

Suara ketukan pintu terdengar. Membuat gadis yang tengah duduk di hadapan Fitria---ketua yayasan sekaligus kepala sekolah---tersentak.

"Silakan masuk!"

Seorang pria tinggi muncul dari balik pintu. Ia menghampiri sang gadis dan Fitria. Sekarang pria itu duduk di sampingnya.

"Ibu manggil saya?" ucap pria itu datar, dengan suara khasnya.

"Iya. Ini ada siswi baru kelas XI. Namanya Aleena. Kamu antar dia ke kelas XI IPA 2, ya," pinta Fitria.

"Baik, Bu," ucap pria itu sopan, sopan sekali. Walau tidak ada ekspresi sedikit pun di wajahnya. Mata Aleena terfokus padanya, terpesona.

"Sekalian nanti saat jam istirahat kamu ajak dia keliling sekolah kita, ya," pintanya lagi. Pria itu mengangguk patuh. Kali ini senyuman kecil merekah di bibirnya.

"Oh, iya. Al, kenalin ini ketua OSIS di sekolah ini. Dia kelas XII IPA 1. Ayo, kalian kenalan dulu.” Aleena mengalihkan pandangannya. Gadis itu mengangguk, diulurkan tangannya sembari mengucapkan nama. Ia tersenyum ramah, sedangkan lawan bicara dingin membalas uluran tangannya.

Demi apa? Dingin banget nih cowok. Ternyata masih ada, ya, cowok kayak dia. Aleena membatin.

"Ya, udah, kalian boleh keluar sekarang.” Wanita paruh baya dengan balutan jilbab coklat muda, serasi dengan baju dinasnya mempersilakan mereka.

"Iya, Bunda." Aleena berucap dan lagi-lagi senyuman merekah di bibir mungil ranumnya.

Bunda? Emang dia punya hubungan apa sama bunda gue?! batin Devan, mengernyitkan dahinya. Penasaran dengan gadis mungil itu, ia bertekad akan menyelidiki hal apa pun yang terkait dengannya.

Mereka keluar dari ruangan Fitria. Ia mengantar Aleena ke kelas, hening mengiringi perjalanan mereka. Tak ada yang mau mengeluarkan suara, seakan keduanya bisu. Saat jam istirahat, Devan menjemput Aleena ke kelas. Seperti yang diperintahkan Fitria tadi. Sebagai ketua OSIS sudah menjadi kewajibannya mengajak murid baru tour keliling sekolah.

"Bangunan itu aula, di sebelah kirinya toilet guru, dan di sebelah kanannya ruang OSIS." Ia menunjuk dan menjelaskan semua bangunan yang mereka lewati, satu per satu, membuat Aleena semakin terpesona.

Begitu pun dengan siswi-siswi lain yang berada di sana. Terlihat dari raut wajahnya, mereka iri melihat kedekatan Aleena dengan sang idola. Ada pula yang menatap sinis kepada Aleena, tetapi ia berusaha cuek. Ia nyaman di dekat Devan, meskipun sikap pria itu tak pernah manis dan lembut kepadanya. Gadis itu merasa seperti berada di dekat seseorang, yang sedang ia tunggu kedatangannya hingga kini ....

AldevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang