Entah aku yang berlebihan atau entahlah aku nggak paham. Aku jadi canggung dengan Jeno, dia masih usil seperti biasanya tapi aku tidak membalas semua keusilannya seperti biasa semenjak pertanyaan Renjun beberapa waktu lalu aku merasa seperti orang ketiga diantara Jeno dan Nancy. Memang aneh. Padahal aku nggak tau mengenai cewek bernama Nancy itu, dan tentang kedekatannya dengan Jeno.
Tapi kemarin aku sempat dengar Haechan meledek Jeno seperti ini, "Yailah, Jen, tinggal tembak apa susah nya. Keliatan tuh Nancy juga suka sama lo."
Lalu dengan sengaja aku melirik Jeno dan ternyata dia juga sedang menatapku. Aku buru-buru mangalihkan pandanganku darinya, tak lama aku mendengar Jeno berkata, "Temen doang elah, Can." dan Haechan menimpalinya dengan kalimat-kalimat ledekan andalannya.
Ah, aku nggak tau apa yang kurasakan. Semua campur aduk. Aku ingin tau siapa cewek yang dimaksud teman-teman Jeno, sejauh apa kedekatan mereka. Tapi aku nggak ada hak. Aku hanya sekedar temannya. Lagipula mungkin yang aku rasakan bukan semacam rasa baper, suka or something like that. Aku yakin itu. Nggak mungkin aku suka Jeno, ya 'kan?
"Ca? Ngelamun aja." aku tersenyum tipis, tumben Jaemin menyapaku biasanya dia cuma bisa meledek itupun jarang kalaupun bukan di grup chat.
"Ngapain lo nyamperin gue? Tumben. Biasanya gangguin Mela tuh." ucapku, dia duduk dibangku Mela tepat disampingku. Kebetulan Mela sedang menumpang di tempat Jisung untuk tidur.
Jaemin tertawa, "Lagi tidur tuh anaknya. Kasian juga gue sama Mela, libur dulu deh gangguin dia." aku ikutan tertawa.
Lalu hening. Aku sibuk dengan hapeku dan Jaemin sibuk memainkan tempat pensilku sambil bernyanyi, jangan tanya dia bernyanyi apa. Jaemin cuma bersanandung dengan kata 'nanana nunanana'.
Jaemin berhenti memainkan tempat pensilku, dia menarik gelang hitam yang kupakai. "Nanti pulang sekolah bareng gue, ya?" aku menatapnya heran. Dia kenapa sih?
"Lo kenapa? Sumpah aneh banget sih lo tiba-tiba ngajak pulang bareng." kataku.
"Ya emang kenapa? Kan rumah kita juga searah, gaada salahnya dong?" jawabnya gitu.
Aku cuma ngangguk-ngangguk aja. Lumayan dapat tumpangan gratis, hehe. Jaemin tertawa lalu mengusap rambutku kemudian pergi untuk menganggu Jisung dan Renjun yang sedang bermain game.
Aku menghela napas, aku bosan. Aku menghampiri Nayeon dan Sua yang sedang membicarakan boygroup kesukaan mereka, selalu deh mereka tuh. "Ngomongin apa sih?" tanyaku.
Sua menjawab dengan antusias, "Ini Nct 127 comeback! Liat tuh! Gila ga sih? Abs dimana-dimana cuy!" dia menunjuk salah satu member boygroup tersebut yang memang menampilkan abs nya.
Aku tertawa, "Dosa lo nontonin aurat orang!" kataku. Sua mendengus, melanjutkan kegiatannya.
"Kayak lo gapernah liat abs bias lo aja maemunah." ucap Nayeon.
"Emang gapernah." jawabku.
"Caca mah diem-diem nontonin gue yakin." sahut Sua. Tau aja dia, hehe.
Aku bersandar di pintu kelas, menonton aksi debat Jaemin dengan Nayeon dan Sua. Mereka bertiga piket, lalu Jaemin tidak mau piket dengan alasan aku nebeng dengannya. Astaga.
"Lo galiat tuh Caca udah nungguin gue? Kasian dia kelamaan nunggu nanti!" ucap Jaemin sambil menunjukku.
Sua menyubit lengan Jaemin sampai dia mengaduh. "Lo harus piket, gamau tau ya gue. Nyapu doang apa susahnya si Jae? Caca juga gamasalah nunggu lo, ya gak Ca?" aku cuma mengacungkan jempolku menjawab pertanyaan Sua.
Jaemin mendengus kearahku, "Ah lo mah! Kan gue gamau piket biar lo juga cepet-cepet sampe rumah."
"Nyinyinyi." ledekku.
Aku tertawa melihat bagaimana Jaemin menyapu dengan tampang kesal. Apalagi Nayeon tak berhenti mengoceh sampai Jaemin menutup telinganya dan mereka berdua kembali berdebat. Aku mengalihkan pandangan, ternyata Jeno belum pulang, dia bersandar di dinding kelas sebelah. Sedang menatapku.
Aku mencoba tersenyum tipis kearahnya, dia melambai lalu berjalan kearahku. "Nungguin siapa?" tanyanya.
"Jaemin, dia ngajak pulang bareng tadi." jawabku seadanya.
"Oh, pantes tuh anak diajak nongkrong dulu gamau." ucap Jeno.
Aku menatapnya, "Nongkrong?" tanyaku memastikan, dia mengangguk. "Ngerokok?" tanyaku lagi.
Dia tersenyum, mengusap pipiku pelan lalu tangannya beralih kerambutku. Dia menyelipkan beberapa helai rambut kebelakang telinga. "Iya, Ca. Sambil ngobrol." jawabnya.
"Jangan ngerokok, Jen." ucapku.
"Susah, Ca."
"Gak sehat, Jeno." ucapku lagi.
Dia memegang tanganku, menggenggamnya. Lalu mencubit hidungku pelan. "Gapapa." ucapnya pelan, aku menatapnya, dia tersenyum sampai matanya terlihat sangat kecil. "Makasih udah perhatian. Gue seneng." lanjutnya.
"NGAPAIN KALIAN DEKET-DEKET GINI?!" Jaemin datang lalu berdiri ditengah-tengah aku dan Jeno. Kemudian dia memegang tanganku dan membawaku pergi.
Sebelum menarikku lebih jauh Jaemin berbalik menghadap Jeno, "Nanti gue nyusul, Jen." gitu, lalu Jeno mengangguk.
Dijalan aku bercanda dengan Jaemin, tidak terlalu hening perjalanan pulangku dengan nya. Lalu Jaemin memperlambat laju motornya, "Itu si Jeno sama Nancy?" aku bisa dengar dengan jelas Jaemin berbicara seperti itu. Lalu dia menyetarakan motornya dengan Jeno.
Aku sebenarnya nggak mau lihat. Tapi entah kenapa aku penasaran dengan Nancy. Jaemin menyapa Jeno, dia terlihat kaget saat Jaemin menyapanya. Pandangan Jeno beralih kepadaku, dia tidak menyapaku sama sekali. "Makin lancar aja pdktnya bos!" ucap Jaemin.
Jeno tidak menjawab apa-apa, mukanya terlihat kesal, aku heran. Apa dia sedang bertengkar dengan Nancy? Aku menatap si Nancy ini, dia bersandar di pundak Jeno sambil bermain hape. Sama sekali tidak peduli tentang keberadaanku dengan Jaemin.
Selang berapa lama Jeno menaikan kecepatan motornya. Meninggalkan aku dan Jaemin. Dia juga tidak bicara apa-apa daritadi. "Jeno kenapa si, Ca? Kayak kesel gitu pas tadi gue sapa." kata Jaemin. Aku cuma diam.
Gak tau ah, pusing.