"Jaemin lo bisa diem gak sih?!!"
"Ini cara udahannya gimana woy?!"
"Eh ini ko gue kalah mulu si!"
"Eh Haechan bego!"
"Diem dulu anjeng."
"PUSING BANGET GUE SAMA KALIAN ASTAGA."
Suasana dirumah Nayeon sangat ramai, berisik, pokoknya kalau ada Jaemin dan Haechan udah deh, nggak akan bisa kalem. Daritadi mereka bermain ps punya adiknya Nayeon.
"Udahan ah Chan, bosen." Jaemin mengeluh ia meletakan stik ps itu disamping Haechan yang masih fokus.
"Iya ah bosen." lalu nggak lama Haechan ikutan.
"Yeon, gue sama Haechan udahan nih, gak ngerti cara matiinnya tapi. Lu yang gituin ya? Hehe."
Nayeon melirik Jaemin sinis dengan terpaksa dia mengiyakan, aku cuma geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. Oh iya, kami semua sedang main kerumah Nayeon awalnya Jeno dkk ingin kerumah Jaemin tapi Sua membujuk Nayeon agar kerumahnya saja, supaya kami semua (ceweknya) bisa ikut main katanya.
Nayeon awalnya menolak, tapi Sua menjelaskan kalau dia sendirian dirumah dia ingin main tapi nggak mau dirumah Jaemin karena takut pacarnya marah. Lagi lagi Nayeon cuma bisa pasrah.
Iya, Nayeon emang sebaik itu.
Aku sih sebenernya malas, cuma Mela daritadi menyuruhku ikut. Biar makin seru katanya.
"Lo ada gitar gak Yeon?" ini Jeno, daritadi dia sibuk bermain basket bersama Chenle dihalaman rumah Nayeon.
Nayeon menggeleng, "Dikamar adek gue, males ah gue keatas." jawabnya.
Jeno mendengus, "Ah lo mah, gue mau nyanyi nih buat Caca." dia meliriku, lalu mengedipkan salah satu matanya.
Aku mengalihkan pandanganku dari Jeno, bisa-bisanya dia.
"Yaelah Jen! Pepet terus sampe dapet!" kata Jisung.
Haechan ikut-ikut, "Jangan kasih kendor euy!"
Renjun mengalihkan pandangan dari hape. "Asik makan-makan nanti." katanya, lalu sibuk lagi dengan game dihapenya.
Jaemin duduk disampingku, mengusap kepalaku. Aku menoleh kepadanya, "Nancy gimana, No?" tanyanya, tapi matanya kearahku.
Aku menunduk sedikit menjauh dari Jaemin. Perasaanku mulai gaenak kalau sudah menyangkut Nancy.
"Temen, Jae, santai aja." jawab Jeno.
"Yakin temen?"
"Iya."
"Halah Jen-"
"ASSALAMUALAIKUM!" kami semua menoleh kearah pintu.
"Tumben lo udah pulang." ucap Nayeon.
Oh, adiknya Nayeon. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Dia melepas sepatunya, masih dengan baju smpnya yang sudah tidak dimasukkan. kancing atasnya sudah terbuka, tipikal cowok nakal. Dia tersenyum begitu melewati kami, lalu langkahnya terhenti saat di depanku aku menatapnya bingung dia masih memasang senyuman diwajahnya.
"Temennya ka Nana?" aku bingung.
Nayeon maksudnya?
"I-iya." jawabku.
Dia mengangguk, lalu menjulurkan tangan nya. Aku menyambutnya. Canggung. Dia kenapa sih?
"Saya Haruto, adiknya ka Nana. Kelas sembilan, bentar lagi lulus, sebenernya saya mau lanjut sekolah di Bandung sih, tapi kayaknya mau lanjut di sekolah ka Nana aja."
Loh, aku nggak nanya.
Aku berusaha melepas tanganku darinya mungkin dia sadar lalu melepasnya. Aku tersenyum tipis, "Ke-kenapa emang?" tanyaku basa-basi.
Dia mengangkat bahu, "Soalnya baru tau kalo temennya ka Nana bidadari." jawabnya.
"Bidadari?"
"Iya."
"O-oh."
"Ka, tau gak bidadarinya siapa?"
Aku menggeleng.
"Ini yang ada didepan saya."
Maksud dia ..., aku?
Aku nggak tau harus bereaksi apa jadi aku cuma senyum tipis. Astaga kenapa sih?
Mela berdekhem, "Ada yang panas tapi bukan kompor." ucapnya.
"Aduh dek lo masih kecil, belajar gombal darimana?" tanya Jisung.
Nayeon menghela napas, dia cukup terkejut dengan yang diucapkan adiknya ku rasa. "Udah! Lo ngapain malah gombalin temen gue sih?"
Haruto tersenyum, "Abis cantik." dia mengerling ke aku.
Aku mengalihkan pandanganku. Aduh Haruto! Mending kamu fokus belajar aja! Astaga, rasanya aneh digombali oleh orang yang berusia lebih muda dariku, walaupun aku dan Haruto hanya selisih satu tahun, mungkin?
"Masuk kekamar lo, Ru!" ucap Nayeon, dia mendorong adiknya menjauh.
"Mampus lo Jen ada saingan. Adeknya Nayeon mayan tuh! Cakep!" ini Chenle.
Jeno mendengus, "Halah masih kecil." ujarnya percaya diri.
"Yaelah beda setaun doangan, kalo Caca gamau gue aja deh Yeon." Mela ikut bersuara.
Nayeon tertawa. "Adek gue gapernah godain cewek, dia susah buat suka sama cewek karena mau fokus basket dan sekolah dulu katanya. Tapi kayaknya dia suka sama lo deh Ca."
Renjun mendekat kearah Jeno, "Mamam Jeno punya saingan!" katanya.
Aku menggeleng cepat. "Ap-apaan sih! Bercanda doang kali dia." ucapku.
"Tetep gantengan gue kan Ca?" ini Jeno.
Aku menggeleng, "Jelek." lalu tertawa.
Dia menghampiriku lalu mencubit pipiku, "Lepas ih sakit!"
Jeno menggeleng, dia terus mencubit pipiku lalu mengelitik pinggangku. Astaga.
"Iya Jeno ganteng! Ampun Jen!"
Dia berhenti, lalu tersenyum.
Aku diam, lalu nggak tau kenapa aku ikut tersenyum melihat Jeno.
"ADOH JADI NYAMUK GAIS!"
"UDAHAN YOK BUBAR!"
"BALIK-BALIK!"
"ADUH MATA GUE GAK SUCI LAGI!"
"CHENLE MASIH KECIL YA ALLAH!"
"JANGAN PACARAN DIRUMAH GUE WOY!"
Aku langsung menjauh dari Jeno tapi dia menahan tanganku. Memasukan tanganku disaku hoodienya, aku menatapnya heran dia bersender di bahuku. "Tangan lo enak di pegang." diam-diam aku tersenyum.