8 - Depresi

1.3K 155 18
                                    

Suasana siang ini berbeda dari biasanya. Aura yang terpancar dari sisi Tiara tidak seperti biasanya. Gadis yang biasanya lucu nan menggemaskan itu saat ini terlihat serius sekali.

"Oke kita mulai aja ya. Kalau ada yang mau menyampaikan unek-unek nya langsung aja bilang. Kalau ada kendala atau masalah selama dua minggu ini juga kasih tahu aja. Semua ini demi kebaikan kita juga buat kedepannya biar ngga keulang lagi"

"Cerita aja menurut kalian tim kita ini kerja nya gimana. Ada yang ga srek sama cara kerja nya si ini bilang sekarang. Jujur aku banyak ngelakuin kesalahan juga di sprint pertama ini" jelas Tiara lalu memperhatikan masing-masing anggotanya.

Saat ini mereka bersepuluh sedang duduk melingkar di salah satu ruangan. Tiara membuka obrolan siang ini tanpa basa-basi lagi. Langsung ke intinya saja tidak banyak juga waktu yang mereka miliki karena hari ini juga Tiara berencana untuk memulai sprint selanjutnya. Bagi Tiara kini waktu sangatlah berharga.

Tiba-tiba Samuel mengangkat tangan. Semua mata langsung mengarah ke Samuel.

"Kalau dari gue sejujurnya gue udah bisa nemuin tempo kapan gue harus kerjain bagian gue, kapan gue harus ngurus kerjaan yang lain. Mungkin karena ini baru sprint pertama, makanya kemarin masih agak nyantai gue mikirnya. Eh taunya di akhir-akhir kerepotan sendiri. Gue ngaku emang kemarin gue terlalu mikir 'ini baru awal' jadi nggak terlalu serius" Samuel bercerita dengan nada bersemangat-seperti biasanya.

"Nah iya gue kurang lebih juga sama kayak Sam. Kemarin di akhir-akhir gue baru ngerasa 'anjir tau gitu gue dari awal nge gas ngerjain bagian gue' soalnya di awal awal minggu gue masih enak-enakan. Maaf ya guys" Mahalini ikut menimpali.

Tiara diam mendengarkan mereka yang satu-persatu mengungkapkan apa yang mereka rasakan selama dua minggu ini bekerja. Untung saja mereka ternyata saling mengerti kesalahan masing-masing dan mereka bilang akan bekerja lebih serius mulai kedepannya.

"Nuc ayo ngomong nuc" kini Mahalini menepuk bahu Nuca yang duduk disampingnya.

"Eh.." Nuca sedikit terkejut lalu tersenyum. Selalu saja begitu saat ia sedang menjadi pusat perhatian.

"Iya Nuca juga sama kayak yang lain. Maksudnya kayak.. Nuca bakal berusaha kerja lebih giat lagi.. ehm.. trus.." saat berbicara, mata Nuca hanya mengarah ke Mahalini. Tidak berani menatap ke arah teman-temannya yang lain.

"Nuc liat kesini juga dong" Ujar Samuel tersenyum jahil.

"Kak Nuca hahahah" seketika Keisya malah tertawa melihat kelucuan sikap gugup Nuca itu.

Tiara tersenyum melihatnya. Nuca oh Nuca. Pria polos itu benar-benar lucu sekali. Selama beberapa minggu duduk disamping meja kerjanya, Tiara sudah bisa menilai perangai Nuca. Pemalu, suka gugup, tidak banyak bicara, tapi kadang juga terlihat cool dan jenius nya luar biasa. Tiara yakin sekali tipe-tipe pria seperti Nuca ini sangat tertutup dan tidak mudah akrab dengan wanita. Tiara sering memperhatikan setiap kali Nuca di jodoh-jodohkan dengan Mamalini ataupun Keisya, pria itu selalu menanggapinya dengan tersenyum saja. Tidak seru sekali.

"Oh iya satu lagi. Nuca mau minta maaf kemarin malem.. jujur Nuca teledor banget ngilang tiba-tiba malah ngelakuin hal yang nggak penting. Nuca ngira nya udah nggak ada lagi yang harus dikerjain-"

Nuca melirik ke arah Tiara, "Nuca minta maaf"

Tiara menaikkan kedua alisnya lalu mengangguk.

"Semangat gaes kita pasti bisa. Easy lah easy ini mah gausa dibawa serius. Chill aja gaes" Apang berceloteh seenaknya seperti biasa, membuat Samuel ingin memiting tubuh Apang.

"Ngga ada easy easy nya ini anjir Pang! Lu liat tuh muka Titi bentar lagi dah ngamuk" Mahalini menunjuk-nunjuk Tiara.

"Lu mah gitu Lin. Tau banget kelemahan gua dimana. Jangan marah yaa Ti" Apang memasang muka melas.

My CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang