14 - Si Peretas

1K 218 37
                                    

Besok nya dikantor, Nuca bergerak sedikit gelisah di kursi ruangannya. Sesekali pria itu menoleh ke samping lalu kembali ke arah laptopnya. Sepertinya Nuca memiliki perang batin.

"Ehm.. Ti"

Tiara kali ini menoleh lalu menatap Nuca dengan pandangan yang sulit untuk dijelaskan.

"Kenapa Nuc?"

Nuca menghela napasnya kemudian berpikir sebentar.

"Itu yang kemarin.. ini serius Nuca mau ngomongin hal penting"

Tiara mengernyit, dari kemarin Nuca memaksanya untuk mendengarkan sesuatu yang katanya ingin Nuca sampaikan. Kemarin siang ia sedikit merasa acuh kepada pria itu sampai malam nya saat Tiara ingin pulang dari kantor Nuca masih mengatakan hal itu lagi,

"Ti.. Nuca mau ngomongin sesuatu"

"Nuc aku capek, mau pulang. Besok aja ya"

Sebenarnya hal sepenting apa yang ingin Nuca sampaikan? Mengingat Nuca ini jarang sekali berbicara dan memulai obrolan kepada orang lain, termasuk Tiara.

"Kalau kamu mau disini aja, yauda gapapa" ucap Nuca takut kali ini Tiara menolaknya lagi.

"Iya Nuc bilang aja, mau ngomongin apa?"

Nuca menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Soal yang waktu itu Samuel pernah ceritain di grup, Nuca beberapa hari ini ngecek database kita sama aplikasi kita. Ada orang yang meretas database kita Ti, makanya bisa kejadian yang kayak Samuel bilang itu"

"Sayangnya, peretas nya nggak bisa sembarang dilacak. Nuca udah coba ngedetect dia selama beberapa hari ini tapi selalu gagal. Harus ada satu kondisi  biar bisa ngedetect dia" tambah Nuca. Rekor baru bagi Tiara, seorang Nuca Putra bisa ngomong sepanjang itu di depannya. Waw.

Tiara kemudian menatap iba ke arah Nuca. Selama ini Nuca tidak pernah ia beritahu perihal masalah yang satu ini. Tiara menceritakannya ke semua temannya tetapi tidak pada Nuca. Sekarang rasa bersalah itu semakin membesar di hati Tiara karena telah menuduh Nuca sebelumnya. Aku udah tau Nuc.

"Ehmm.. sebenernya aku udah tahu juga masalah yang satu itu Nuc. Aku juga lagi cari jalan keluarnya gimana-" Tiara menunduk sebentar ke arah lantai dibawah kemudian tiba-tiba mendongak lagi.

"Kamu mau kan bantu aku cari peretasnya?"

Nuca menatap Tiara beberapa detik. Satu-satunya hal yang mencuri perhatian Nuca adalah kantung mata Tiara. Jadi sebenarnya sudah selelah apa gadis itu untuk memecahkan masalah ini?

Nuca hanya mengangkat kedua jempolnya kemudian tersenyum. Tiara sedikit tergelak melihatnya.

"Oh iya, ngomong-ngomong tadi kamu bilang ada satu kondisi yang bisa nge detect dia? Kondisi apa Nuc?"

"Ehm itu.. Ini agak susah sih. Kita bisa ngedetect dia bertepatan disaat dia lagi meretas aplikasi kita lagi"

"Maksudmu, ini bicara untung-untungan? Harus di waktu yang sama disaat kita lagi ada didatabase ngeliatin dia lagi meretas?"

Nuca mengangguk, "Cuma itu satu-satunya cara"

"Tapi kita kan gatau kapan dia bakal meretas aplikasi kita lagi? Bisa aja hari ini, bisa aja besok, bisa aja lusa.."

"Itu pun kita juga nggak segampang itu buat tahu siapa dia orangnya. Kita nggak punya key dia. Nuca juga sebenernya bingung juga, dia ini bener-bener hacker pro banget"

Tiara kemudian tersenyum, "Aku punya key nya"

Nuca sedikit terkejut mendengarnya, "Loh serius? Kok bisa?"

My CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang