5 - Langit Menangis

1.5K 143 22
                                    

Kadang Tiara tidak mengerti dengan jalannya hidup ini. Tidak bisa kah manusia selalu bersenang-senang saja tanpa adanya kesusahan? Seperti yang ia rasakan saat ini. Otaknya sedang pusing memperhatikan sederet baris kode yang ada di layar laptop nya.

"Error dimana nya sih?!!" Tiara tak kuasa untuk berteriak pada akhirnya. Beberapa karyawan langsung menoleh kearah nya.

"Eeh sori sori" Tiara pun langsung menyengir menyadari suaranya barusan menganggu karyawan lain.

Tiara menoleh ke arah samping, "Loh Nuca kemana?" tanya nya.

"Tadi sih gue liat lagi diluar sama kak Lini"

Tiara mengerutkan alisnya. Entah karena bingung atau kesal. Pasalnya pria polos nan lugu yang sejak beberapa hari duduk disampingnya itu ternyata berguna juga untuknya. Sesuai dengan dugaannya, Nuca memang jago sekali. Tiara sesekali suka bertanya sesuatu hal pada Nuca, begitupun sebaliknya. Kehadiran pria itu cukup membantunya lah bisa dibilang.

Tapi sekarang, disaat seperti ini, ia tidak ada. Sudah sejak satu jam lalu Tiara tidak mengerti dimana letak kesalahan dari kode yang ia buat.

"Dari tadi dia sama mamalini?" Tanya Tiara pada Dio, salah satu tim yang ada di divisinya.

"Tadi gue pas bikin kopi ketemu mereka di pantry"

Tiara menghela napas nya lalu kembali menghadap laptopnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain kembali berpikir. Nanti saja kalau Nuca sudah kembali, ia baru akan bertanya. Tetapi Tiara berharap kode nya sudah berhasil sebelum Nuca datang.

Satu menit..

Lima menit..

Lima belas menit..

Tiara mengacak-acak rambutnya frustasi. Persetan, ia benar-benar tidak mengerti lagi. Tiara pun beranjak dari kursinya untuk pergi keluar ruangan.

Tidak ada pesan error dari programnya. Tetapi hasil data yang keluar tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Sungguh, masalah yang seperti itu jauh lebih memusingkan dibanding ia mendapat pesan error.

Kesalahan logic.

Saat berjalan menuju pantry Tiara tak sengaja melihat Nuca dari kejauhan. Di dekat gudang.

Bersama Lyodra.

Tiara mengerutkan alisnya. Ia melihat Nuca yang sedang celingak celinguk entah kenapa. Kemudian Lyodra tertawa setelahnya.

Tiara tidak tahu kalau Nuca punya kedekatan tersendiri dengan Lyodra seperti itu. Setaunya Nuca sering mengobrol dengan Mahalini, tapi tidak dengan anak-anak yang lain yang diluar divisi nya.

Tugas nya udah selesai apa gimana sih si Nuca ini, bisa bisa nya dari tadi santai santai ngobrol sana sini.

Tak sengaja Nuca melihat ke arahnya. Tertangkap sedang memperhatikannya, buru-buru Tiara pergi dari situ. Lebih baik ia mendinginkan kepalanya dengan secangkir teh hangat. Tiara pun pergi menuju pantry.

***

"Duluan yaa mamii" Ziva melambaikan tangannya ke arah Mahalini yang sedang berdiri di lobby.

"Bentar jipp" Sementara Samuel masih membenarkan tali sepatunya yang lepas. Terpaksa gadis mungil itu menghentikan langkahnya untuk menunggu Sam.

"Eh ada Nuca tuh! Bareng Nuca aja mamii"

Mahalini pun menoleh ke samping. Benar saja, disana ada Nuca yang sedang berjalan ke arah mereka. Ke arah pintu keluar lebih tepatnya. Mahalini tersenyum ke arah Nuca.

My CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang