11 - Pembobolan

1K 177 31
                                    

Bunyi suara ketikan keyboard terdengar ditengah sunyi nya malam kamis ini. Nuca sedang fokus sekali mengerjakan task nya yang tumben sekali belum selesai untuk sprint kali ini. Sesekali ia meneguk secangkir kopi hangat disampingnya lalu kembali mengetik lagi.

"Nuc!" Pintu kamar Nuca tiba-tiba terbuka, Richard berdiri dari sana masih dengan gitar ditangannya memangil Nuca. Kakak sulung Nuca itu baru pulang manggung dari kafe seperti biasanya.

Nuca pun menoleh, "Eh bang udah pulang"

"Ibu kemana?"

"Udah masuk kamar barusan"

"Ooh" Richard berjalan mendekat lalu duduk di kasur milik Nuca. Ditatapnya sang adik yang seperti biasa terlihat lelah. Kantung mata Nuca makin hari makin hitam saja menurutnya.

"Gimana kerjaan lu? Aman?"

"Yaa lumayan bang. Ini lagi ngerjain proyekan" jawab Nuca. Kemudian mereka sama-sama diam termenung.

"Abang gimana? Masih lancarkan manggung nya?" Kini giliran Nuca balik bertanya.

"Eh gue udah kasih tahu lu belum sih?"

"Ha? Apaan bang?"

Richard sedikit tergelak, "Gue dapet job jadi pembukaan di java jazz tahun ini. Gokil banget kan"

"Eh seriusan bang?" Nuca terkejut mendengarnya. Meski ia tidak pernah datang ke konser-konser begitu, Nuca tahu kalau java jazz salah satu acara besar.

"Ya walaupun bukan termasuk ke acara inti sih. Cuma jadi penghibur awal-awal doang"

"Wiiih.. tetep keren kali bang" jawab Nuca yang tersenyum sumringah sambil bertepuk tangan didepan Richard.

Richard pun tertawa, "Gue punya beberapa tiketnya gratis, lu ambil aja yak kalau mau" Richard pun bangkit dari kasur Nuca. Nuca hanya mengiyakan meskipun ia tidak tertarik untuk datang ke acara penuh lautan manusia itu.

"Yauda gue tidur dulu ya. Lu jaga kesehatan Nuc, nanti malah drop kalo dipaksain"

"Iya bang"

***

"Kali keduaa.. pada yang samaa hooo~" suara senandungan terdengar dari mulut gadis manis yang saat ini terlihat bahagia. Sudah dua bulan setengah ini ia melakoni sebuah proyek aplikasi untuk suatu rumah sakit yang baru dibangun di daerah Bandung.

Semakin hari Tiara semakin terlihat senang karena proyek nya ini segera selesai. Ditambah lagi sejak mendapat masalah mengenai keruwetan client beberapa minggu yang lalu, segalanya tiba-tiba menjadi lancar dan mulus. Tidak ada kendala berarti yang datang. Semuanya berjalan sesuai rencana, dan anggota tim nya juga mengerjakan proyek tersebut dengan disiplin dan baik.

"Hei buk, minta tanda tangannya" tiba-tiba Keisya datang mengejutkan Tiara yang ternyata sedang memakai earphone.

"Eh kaget aku!"

Keisya tersenyum melihatnya, "Ini" ia menyodorkan selembar kertas dihadapan Tiara.

"Opo iki?"
(Apa ini?)

"Bacaen sek taa"
(Baca dulu)

"Surat ijin pengaksesan..." Tiara membaca surat tersebut. Matanya bergerak dari atas hingga ke bawah dengan cepat.

"Buat kamu ta?"

"Iya aku pengen nge cek sesuatu di database"

My CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang