Sesuai janji. Jumat pagi ini Jeongin dan yang lain mengantarkan Hyunjin di bandara.
Tetapi hanya Jeongin yang benar-benar menunggu pemuda tampan itu sampai take off.
Chan, Changbin dan Minho ada kelas pagi. Felix dan Seungmin sedang mengurus berkas masuk universitas dan Jisung bersekolah.
Ya, Jeongin sengaja membolos untuk melihat Hyunjin terakhir kalinya sebelum pergi.
Mereka berdua duduk di salah satu caffe yang ada di bandara. Sekarang masih pukul 08.00 pagi, seharusnya Hyunjin take off pukul 09.00 tetapi delay hingga pukul 12.00.
Ditemani dua cangkir latte di hadapan masing-masing. Keduanya hanya diam membisu. Tidak ada yang berniat membuka percakapan.
Membiarkan saling menatap menyelami mata masing-masing agar tersimpan dalam kenangan.
Mengizinkan ego untuk menguasai fikiran, mereka berharap waktu tidak berjalan. Agar keduanya tidak harus terpisah.
Tapi apa daya, memang sudah hukum alamnya jika waktu tidak akan pernah berhenti. Membuat mereka semakin takut kehilangan satu sama lain.
"Ekhemm" Hyunjin berdehem. Mencoba membuka percakapan.
Membuat Jeongin yang sedari tadi menunduk segera menatap pemuda tampan itu penuh minat.
"Makasih ya sepatunya udah dipake" Hyunjin mengelus tengkuknya. Berusaha menghilangkan kecanggungan di antara mereka.
Lelaki manis itu melirik sepatu barunya. Barang couple pertamanya dengan sang dominan. Kedua sudut bibirnya terangkat, mengulas senyum tulus.
"Aku suka sepatunya kak hehehe" Ia memamerkan deretan giginya. Membuat Hyunjin merasa gemas.
Dan selanjutnya hening menyapa lagi. Tidak ada bosannya untuk menemani mereka.
🐚🐚🐚
Sudah pukul 11 siang. Hyunjin dan Jeongin berpindah duduk di ruang tunggu yang disiapkan pihak maskapai. Sebagai permintaan maaf atas penerbangan yang di tunda.
Saling duduk bersampingan, namun tetap ada yang tidak berubah. Kecanggungan senantiasa menemani mereka.
Membuat keduanya hanya saling melirik, tidak berani lagi untuk sekedar menatap mata masing-masing.
"Mama sama papa ga nganterin kakak?"
Akhirnya Jeongin memutuskan bertanya, sudah tidak tahan lagi hanya berdiam diri. Padahal waktu mereka sudah tinggal sedikit.
Maka dari itu ia berinisiatif untuk memulai percakapan. Berusaha meruntuhkan segala perasaan sesak yang hinggap.
Tidak boleh egois. Ini semua juga demi kak Hyunjin
"Mereka udah kesana dari kemarin dek" Balas yang lebih tua.
Jeongin menatap lelaki itu dengan tatapan kesal. Alisnya bertaut lucu. Membuat Hyunjin terkekeh pelan.
"Kok adek ga dikasih tau?!" Pekiknya.
Sang lawan bicara tersenyum.
"Mama sama papa gapengen adek tau. Toh mereka juga bakal balik lagi kesini kok" Jelasnya.
Jeongin menganggukan kepala.
Percakapan singkat itu telah usai, tidak ada lagi yang mengalah untuk memulai. Hingga akhirnya, hening menemani mereka, lagi.
🐚🐚🐚
Hyunjin bersiap akan masuk ke pesawat. Meninggalkan Jeongin yang berdiri kaku menatap kepergiannya.
Mata sang submissive memerah, berusaha menahan agar liquid bening miliknya tidak tumpah.
Kedua tangannya lurus berada di samping tubuh, mengepal erat menyalurkan segala perasaan yang tertahan.
Ia gigit bibir bawahnya, mati-matian menahan rasa sesak di ulu hatinya. Membuatnya sedikit sulit bernafas.
"Hiks..." Isakannya lolos, sudah tidak kuasa lagi menahan kesedihan.
Menumpahkan segalanya untuk saat ini. Terisak seraya menundukkan kepala, tidak ingin sang dominan melihat keadaannya yang rapuh.
"Je..."
Suara lembut milik Hyunjin mengalun indah di pendengarannya. Sang pemilik suara pun sudah berdiri tepat dihadapannya, meninggalkan antrian untuk masuk ke dalam.
Lebih mementingkan si kecil yang kini tengah terisak hebat. Membuat dadanya nyeri.
Merasa seperti paham apa yang dirasakan lelaki manis itu.
Jeongin menggeleng ribut. Tidak ingin mendongak untuk melihat wajah tampan itu.
"Hiks... per-hiks... pergi" Serunya dengan terisak.
Tenggorokannya terasa sakit. Efek menangis dengan hebat.
Hyunjin tidak mengindahkan perintah itu. Ia peluk erat tubuh kecil kesayangannya.
Mengecupi pucuk kepala si lelaki manis dengan lembut. Meletakkan kepalanya di perpotongan leher si manis. Menghirup dalam-dalam aroma yang akan ia rindukan.
"Jangan nangis sayang..."
Ia tepuk-tepuk punggung milik Jeongin. Yang mana justru membuat si kecil makin mengeratkan pelukan dan semakin terisak dengan hebat.
"Hiks...hiks... ja-hiks jahat"
Hyunjin memejamkan matanya. Berusaha menenangkan diri karena mendengar suara kesayangan yang menyayat hati.
"Maafin kakak... Tunggu kakak ya? hm? ya sayang ya?" Ia lepaskan pelukan. Menangkup kedua pipi si manis.
Membuat kedua netra kedua lelaki itu saling bersibobrok. Menyalurkan semua kata yang tidak dapat terucap.
"Kakak sayang kamu"
Ia mendekatkan wajahnya pada yang lebih muda. Membuat deru nafas keduanya saling beradu.
Saling memejamkan mata, hingga kedua belah bibir akhirnya bertemu.
Sang dominan menggerakkan bibirnya. Melumat bibir sang submissive yang bagai candu bagi dirinya.
Ciuman itu berlangsung selama lima menit.
Hingga akhirnya Hyunjin menjauh. Memberi jarak diantara mereka.
"Tunggu kakak sayang..."
Ia pergi. Kembali pada antrian. Meninggalkan Jeongin sendiri yang masih terus terisak .
"Ya... aku bakal terus nunggu kakak" Lirihnya.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
KADEZO || HYUNJEONG [COMPLETED]
Random"utu utu lucuna kesayangan kakak" -HHJ "apaan si babi" -YJI KADEZO; kakak adek zone