Sequel: 2🌟

546 47 0
                                    

Dua tahun berlalu semenjak Jeongin merayakan natal dengan Hyunjin. Omong-omong setelah perayaan natal itu, Hyunjin tidak pernah kembali ke Korea.

Apalagi dengan fakta bahwa pemuda tampan itu menjadi sulit sekali dihubungi. Sekali bertukar kabar pun hanya lewat email.

Padahal dulu Hyunjin sendiri yang berkata pada Jeongin untuk tidak khawatir karena teknologi sudah canggih.

Memikirkan itu membuat Jeongin yang sabtu siang ini sedang rebahan di kasur menjadi kesal.

"Memang Hwang Hyunjin itu sialan sekali!"

"Bajingan aku benci dengannya!"

Ia terus meracau. Menumpahkan kekesalannya pada ponsel yang diremas dengan kencang.

Terlalu asik mengumpat hingga tidak menyadari suara berisik dari lantai satu rumahnya.












🐚🐚🐚

Malamnya pukul 18.30 sang bunda memasuki kamar si anak bungsu. Berniat memanggil lelaki manis untuk makan malam.

Namun sesampainya di kamar milik Jeongin, ia di suguhkan pemandangan sang pemilik kamar tidur dengan pulas.

Kedua mata rubah yang tertutup itu terlihat sedikit bengkak, pun dengan wajahnya yang berantakan.

Sang bunda menghela nafas, tidak tega melihat kondisi anaknya seperti itu.

Dengan pelan ia guncangkan tubuh si mungil.

"Adek ayo bangun udah malem" Ujarnya dengan suara lembut.

Jeongin menggeliat pelan. Berusaha membuka matanya yang terasa berat.

"Eungghh bunda?" Tanya nya dengan suara serak seraya mengerjapkan matanya pelan-pelan.

Sang bunda tersenyum melihat tingkah menggemaskan si bungsu.

"Iya sayang ini bunda. Bangun yuk udah malem, sana mandi terus turun ke bawah buat makan malam"

Memang membangunkan Jeongin utu seperti membangunkan bayi. Harus pelan dan lembut.

"Iya. Bunda turun aja nanti adek nyusul hoammm"

Ia duduk bersandar di headbad. Mengucek kedua matanya agar tidak terlalu mengantuk setelah itu bergegas menuju kamar mandi.













🐚🐚🐚

Jeongin berjalan menuruni anak tangga dengan pandangan menunduk bermain ponsel. Mengabaikan suara berisik dari ruang makan.

Hingga saat lelaki manis itu tiba disana, semua orang menjadi diam dan menatapnya.

Membuat si mungil menyimpan ponsel di saku celana dan mendongak.

Tubuhnya terdiam. Netra rubah miliknya bergerak tak tentu arah. Kedua tangannya yang berada di samping tubuh, terkepal erat.

Jantungnya berdebar kencang, membuat pasokan oksigennya menipis. Mendadak tenggorokannya terasa kering.

Hingga tanpa disadari, matanya memanas. Dadanya terasa sesak.

"hiks" Isakan lolos begitu saja dari bibir mungilnya.

"—hiks hiks hiks hiks"

Laki-laki mungil itu menunduk. Senantiasa menangis dengan terisak hebat.

Semua orang di meja makan tidak ada yang berani membuka suara. Membiarkannya menumpahkan emosi melalui tangisan.

Hingga sepuluh menit berlalu, Jeongin mulai menghentikan isakan. Namun kedua matanya tetap mengeluarkan liquid bening.

Melangkahkan kedua tungkainya pada pemuda tampan yang menjadi alasan ia menangis.

KADEZO || HYUNJEONG [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang