#18

4.5K 665 79
                                    

Note: If you're enjoying a story part, let me know by voting for it.



Thank you














Berulang kali tanganku merapatkan selimut tebalku untuk membaluti tubuhku. Dingin yang menusuk kulit semakin membuatku enggan beranjak dari tempat tidurku. Melirik jam dinding berwarna silver yang menghiasi dinding berwarna pink pastel kamarku, kini nampak telah menunjukan jam 8.20 pagi.


Mendesah malas, aku menyadari kalau ini sudah menjelang siang. Di hari liburku, rasanya ingin di maksimalkan dengan tidur dan mengistirahatkan tubuhku. Tapi, untuk tidur dengan benar di malah hari saja aku tak bisa. Aku mulai terserang insomnia, dan aku baru bisa terlelap sekitar jam 3 pagi. Mau tak mau, hal seperti itu semakin membuat tubuhku merasakan lelah. Lelah itu belum ditambah dengan pekerjaanku yang semakin membuatku kelelahan. Tak jarang, aku harus pulang dengan tubuh yang sangat lemas.


Udara dingin mulai tak bisa terhalau kembali, meskipun aku telah menggunakan selimut tebal. Berpikir untuk menghangatkan tubuhku, aku beranjak dari ranjangku dan mengambil hoodie kebesaran berwarna hitam yang menggantung di standing hanger. Dengan langkah yang masih belum seimbang sepenuhnya, perlahan aku berjalan keluar kamar sembari menggunakan hoodie. Pikiranku yang melayang membayangkan teh hangat membasahi tenggorokan dan menghangatkan tubuhku, menggiringku untuk melangkah ke arah dapur.


Selangkah kakiku memijak ruang tengah, aku menyadari sesuatu. Ruangan terlihat gelap tanpa lampu pencahayaan. Seingatku, semalam aku tak mematikan lampu ruang tengah dan aku tak pernah mematikan lampu di malam hari. Cahaya yang mengintip dari balik tirai sedikit memberikan penerangan. Samar-samar aku mulai menelisik di antara pencahayaan yang masih redup.


Seseorang tidur disana.


Di atas sofa.


Dari tempatku berdiri, hanya terlihat punggung sofa dan tekukan lutut yang menyembul dari balik sofa.


"......"


Tak mengeluarkan sepatah katapun, aku memilih melangkah mendekatinya. Langkahku sempat terhenti dan terlonjak begitu kulihat dirinya mengubah posisinya.


Tubuhku sedikit merunduk ketika telah tiba di dekatnya, memperhatikan wajahnya yang tertutup rambut hitamnya. Dengan begitu tenang ia tertidur. Tangannya ia luruskan dan menjadikannya sebagai bantalan untuk kepalanya.


"Jeong Han." Panggilku kepadanya di dalam benakku, enggan mengeluarkan suara dan mengusik tidurnya.


Tersenyum miris, aku menyadari kebodohanku karena belum mengubah password lock pintu rumahku. Itu sama saja dengan aku membiarkannya tetap masuk ke dalam kehidupanku, meskipun aku memintanya menjauh dariku. Sepertinya, hatiku memang sengaja mempermainkan pikiranku. Sampai dengan sengaja, aku tak mengubah passlock pintu rumahku meskipun Hong Bin memintaku menggantinya. Aku membiarkan Jeong Han keluar masuk rumahku dengan dirinya yang mengetahui passlock-nya.


UNRESTRAINED || Yoon Jeong HanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang