#7

6.6K 788 216
                                    

Note: If you're enjoying a story part, let me know by voting for it.



Thank you



Warning: 18+

Warning: 18+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Gerakan kecil yang mengusik tidurku mengakhiri waktuku untuk mengistirahatkan tubuhku. Dibalik mataku yang terpejam, sumber cahaya memintaku untuk membuka mataku. Hari telah berganti menjadi pagi, tubuh lelahku seakan enggan meninggalkan empuknya ranjang. Aku berharap masih memiliki banyak waktu untuk mengistirahatkan tubuhku.


Perlahan mataku yang terbuka, mengadaptasi mataku terhadap terangnya mentari pagi yang melewati celah tirai. Aku mendesah pelan, sedikit kesal ketika baru benar-benar menyadari kalau diluar matahari telah meninggi. Harusnya aku berangkat bekerja, tapi rasanya tubuhku enggan untuk benar-benar beranjak.


Lagi, gerakan tercipta begitu saja, mengguncang ranjang yang kutempati. Aku sempat tersentak begitu sebuah tangan mendarat pelan di pinggang kananku. Dan bodohnya aku baru menyadari lagi ketika bantalan keras yang kupakai untuk mendaratkan kepalaku.


Tangan yang lain itu terjulur menjadikan tangannya sebagai pengganti bantal untuk kepalaku. Aku yang tidur dengan posisi miring, melihat jelas tangan yang terulur dengan sebuah cincin emas putih tersemat di jari manis sang pemilik tangan.


Melihat cincin itu sungguh menamparku kembali kepada kenyataan. Ia yang tak bisa kumiliki tapi bisa kurasakan. Kenyataan pahit yang tak bisa kuelakkan, bahwa ia milik wanita lain. Ia dengan begitu percaya diri memakai cincin itu dan menunjukan bagaimana ia telah menjadi pria beristri.


Bukankah ia bangga bisa menikah dengan istrinya?


Dia bahkan tak melepaskan cincin itu sedikitpun, meski tadi malam ia menggunakan jemarinya untuk menyentuhku. Aku terbuai dengan sentuhannya, tubuhku menginginkannya. Ia menawarkanku untuk memenuhi hasratku, dan aku tak menyia-nyiakannya.


Cincin yang masih tersemat manis tak cukup menyadari apa yang telah kami lakukan. Kami tak peduli, nafsu terlanjur mendesak hasrat yang tubuh kami rasakan untuk segera menyatu.


Memejamkan mata sejenak, aku teringat bagaimana erangan erotis masih terngiang jelas di telingaku. Tubuhku bahkan memanas mengingat bagaimana ia membiarkanku untuk merasakannya di dalam tubuhku.


"Jeong Han?" Kejutku sedikit menoleh ke arahnya, begitu merasakan usapan lembut di pinggang telanjangku.


UNRESTRAINED || Yoon Jeong HanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang