Note: If you're enjoying a story part, let me know by voting for it.
Thank you
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pijatan demi pijatan kecil beberapa menit ini, tak hentinya terus kulakukan dengan jemariku di atas dahiku. Rasanya syarat leher belakangku sampai sekitar kepalaku mulai mengeras dan membuatku merasakan kepalaku yang mulai berdenyut. Otakku mulai buntu mempelajari lembaran-lembaran berisi poin-poin yang menjadi job desk tambahanku.
Sudah hampir 4 jam aku harus mempelajari isi lembaran yang masih cukup mengejutkanku. Rasa tak adil dan kesal yang hanya mampu kupendam, sejak tadi terus mendominasiku. Sial, aku harus dibuat pusing karena sekarang pekerjaanku harus bertambah menjadi content writer. Sungguh perusahaan penyiaran benar-benar menguras tenaga para pegawainya.
Pekerjaanku bertambah, jangan sampai kalau gajiku juga tidak naik. Benar-benar membuatku mati perlahan saja sampai mereka tidak menambah gajiku, dan tentu saja tidak adil dengan tenaga yang aku keluarkan.
Bayaranku harus sepadan.
Bahkan content writer bukanlah ranah-ku, tapi dengan seenaknya mereka menjadikan sebagai job desk baru-ku. Tak bisa protes, tapi mereka hanya mengatakan, 'learning by doing' dan Perlahan aku pasti bisa menguasainya.
Yang benar saja, kenapa mereka tak mengatakan sejujurnya saja kalau mereka tak mau keluar uang lebih banyak lagi untuk membayar karyawan baru. Iya, karena itulah mereka seenaknya membuat kami para social media officer harus kerja rodi.
DUK
Suara benturan terdengar begitu keras mengisi ruangan yang berisi para karyawan digital division. Tak seramai siang tadi, sekarang sudah jam 7 malam dan suasana sudah mulai sepi. Hanya tersisa aku, Ga Eun, Young Ji, Jin Young dan Hong Bin yang notabene adalah social media officer. Kami benar-benar sedang menjadi para pekerja keras.
DUK
Lagi benturan itu terdengar nyaring.
"Haruskah kau membenturkan kepalamu seperti itu?" Tanya seseorang yang berdiri dari bilik meja kerjanya tepat di seberang mejaku.
DUK
"Seo Yeon Joo.. berhenti membenturkan kepalamu.. kau tak sadar membuat meja kami juga ikut berguncang?" Keluh Lee Hong Bin—si penghuni bilik di seberang mejaku.
"Sudahlah kita pulang saja, bisa gila kita menghabiskan waktu lebih dari 10 jam di tempat ini." Dengus wanita yang duduk di sisi kiriku, dan dengan keras ia membanting kertas-kertas di tangannya ke atas mejanya. Ia melirikku sembari merapihkan barang-barangnya, "Ayo pulang." Ajak Young Ji mulai kesal dengan pekerjaannya.